RESUME
SISTEM ENDOKRIN
2.1Fungsi Sistem Endokrin secara Umum
Sistem
endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur
aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari,
kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid
dan kelenjar buntu.
·
Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem
endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini
bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu
sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat,
maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui
hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh
ujung-ujung saraf.
·
Struktur Sistem Endokrin :
Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya
kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau organ internal, seperti
lapisan traktusintestinal.Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar
lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya
langsung ke dalam darah .
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke
dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti
lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas
(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air
mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam
darah. Kelenjar endokrin termasuk :
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise,
tiroid dan paratiroid, serta timus
Organ-organ yang berperan
dalam sistem endokrin adalah :
1. Hipotalamus
2. Kelenjar hipofisis
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Pankreas
6. Kelenjar adrenal
·
Fungsi Sistem Endokrin :
Membedakan sistem saraf dan sistem
reproduktif pada janin yang sedang berkembang, menstimulasi urutan
perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif, memelihara lingkungan internal
optimal.
·
Karakteristik Sistem Endokrin :
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan
turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar
kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari. Pola sekresi
hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti
bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan
siklus menstruasi. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan
tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam
berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang
memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon
mengontrol laju aktivitas selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia,
hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang
sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan
interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan
hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar
atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
·
Pengendalian Endokrin
Jika kelenjar
endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa
menjadi tinggi atau rendah,
sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.
Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya
jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah
untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar
target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui
bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali
hipofisa
.
Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa
memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus
menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh
kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung
telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan
hipofisa terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi
jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis.
Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan
hormon. Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa)
menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada
puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin.
Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan
mengkerutnya saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi.
Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar
paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem
sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit
hormon. Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh
harus mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula
darah akan turun sampai sangat rendah.
Kadar hormon lainnya bervariasi berdasarkan alasan
yang kurang jelas.
Kadar kortikosteroid dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja hari. Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti.
Kadar kortikosteroid dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja hari. Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti.
2.2 Hormon
Hormon
(dari bahasa Yunani,
όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa
pesan kimiawi antarsel
atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular,
termasuk tumbuhan
(lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.
Hormon
beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target.
Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor
tertentu pada permukaan sel tersebut
dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan
bereaksi baik dengan mempengaruhi ekspresi
genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular,[1] termasuk di
antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis
(kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem
kekebalan, pengaturan metabolisme
dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak),
atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur
produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada
hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan,
hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata.
Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan.
Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada
juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak
langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel
target.
Pada
prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus
(bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain,
terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol
kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu
mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya
dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya.
·
Fisiologi Hormon secara umum :
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar
endokrin.Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan
sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang
banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi
kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya
disebuthormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari
sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke
sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.
·
Struktur dasar hormon secara kimiawi :
- Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin. Amina: hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal
- Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat pencernaan. Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin dari pankreas, hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari kelenjar tiroid semuanya merupakan protein.Rantai pendek asam amino disebut peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang disintesis oleh hipotalamus, merupakan hormon peptida.
- Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh hormon testes, ovarium dan kortekssuprarenal. Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid, yang meliputi kortisol dan aldosteron dari korteks adrenal, estrogen dan progesteron dari ovarium, dan testosteron dari testis.
- Asam lemak : merupakan biosintesis dari dua FA, contohhormon prostaglandin.
·
Klasifikasi hormon :
1. Hormon perkembangan : hormon yangmemegang
peranan di dalam perkembangandan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh
kelenjar gonad.
2. Hormon metabolisme : proses homeostasis
glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid,
glukagon, dan katekolamin.
3. Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur
khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon
perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis
(LH).
4. Hormon pengatur metabolisme air dan
mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme
kalsium dan fosfor.
·
Patofisiologi hormon secara umum :
Hormon berperan mengatur dan mengontrol
fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada perangsangan atau penghambatan
melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam sel yang
menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel
sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain
melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan
reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melaui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular.
Hal ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus
pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan
balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan
aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan
digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya.
Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada
kelenjar penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan
sintesis dan penyimpanan hormon. Penyebab
lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis atau gangguan
pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak
cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon
tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel
panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah
penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon bergantung pada perbandingan
hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat menunjukkan
efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi
melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah
menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin
dilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon
dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal,
akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau
ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh
hormon meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau
banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon
dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak
berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga
terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan terlalu lambat, missal pada
gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat diperlambat
dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan
protein.
Gambaran
Umum kelebihan dan Defisiensi hormon sebagai sistem yang menyebabkan penyakit.
·
Pembahasan Hormon :
A. Kelenjar
Hipofise
Suatu
kelenjar yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam
sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu : lobus anterior
(adenohipofisis) dan lobus posterior (neurohipofisis)”
1.
Lobus
anterior ( adenohipofise ) = menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai
zat pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain. Contoh hormon
antara lain:
·
hormon
somatrotopik = mengendalikan pertumbuhan tubuh, Sel-sel somatotrof bentuknya
besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm dan terletak di
sayap lateral hipofise
·
hormon
tirotropik = mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon
tiroksin, Sel-sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula sekretori
dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
·
hormon
ACTH ( adrenokortikotropik ) = menegndalikan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal
2.
Lobus
posterior ( neurohipofise ), lobus ini mengeluarkan 2 jenis hormon antara lain:
·
hormon
ADH (anti diuretik hormone) = mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal
membuat kontraksi otot polos. ADH disebut juga sebagai hormon pituitrin.
Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin,
vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus,
dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron
penghasil hormon. ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan penggabungan
kanal air ke dalam membran lumen sehingga meningkatkan reabsorsi air pada
tubulus distal dan duktus koligentes ginjal. ADH juga merangsang absorsi Na+
dan urea di tubulus. Konsentrasi ADH yang tinggi juga menyebabkan
vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).
Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah
hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan sel) dan penurunan pengisian di
kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH
selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau
toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium
serta asam aminobutirat-γ
(GABA), alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.
Kelebihan ADH
Sering
kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal, karena
stress. Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor (terutama
small cell carsinoma bronchus) atau penyakit paru. Hal ini menyebabkan
penurunan eksresi air (oligouria). Konsentrasi komponen urin yang sukar larut
dalam jumlah yang bermakna dapat menyebabkan pembentukan batu urin
(urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi penurunan osmolaritas
ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi pembengkakan sel. Hal ini
terutama berbahaya jika menyebabkan edema serebri.
Defisiensi ADH
Terjadi
jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis yang
diturunkan secara genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh penyakit
autoimun, atau trauma kelenjar hipofisis lainnya. Penyebab eksogen lainnya
termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di sisi lain, ADH mungkin gagal
mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah yang dieksresikan normal, misal pada
kerusakan kanal air, atau jika kemampuan pemekatan ginjla terganggu, seperti
pad defisiensi K+, kelebihan Ca2+, atau inflamasi medilla
ginjal. Penurunan pelepasan ADH atau efek yang timbul akibat pengeluaran urin
yang kurangpekat dalam jumlah besar dan dehidrasi hipertonik menyebabkan
penyusutan sel. Pasien akan dipaksa mengkompensasi kehilangan air melalui
ginjal dengan meminum banyak air (polidipsia). Jika osmoreseptor dihipotalamus
rusak, defisiensi ADH akan disertai dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik
akan menjadi sangat nyata.
·
hormon oksitosin = merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu
melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Terletak di dasar
tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang spenoid.
B.
Fisiologi hormon Tiroid
Di
berbagai jaringan, hormon tiroid (T3, T4) akan
meningkatkan sintesis enzim, aktivitas Na+/K+-ATPase dan penggunaan oksigen sehingga menyebabkan
peningkatan metabolisme basal dan peningkatan suhu tubuh. Dengan merangsang
glikogenolisis dan glukoneogenesis, hormon tiroid menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa darah, sedangkan pada sisi lain juga meningkatkan
glikolisis. Hormon ini merangsang lipolisis, pemecahan VLDL dan LDL, serta
eksresi asam empedu di dalam empedu. Hormon tiroid merangsang pelepasan
eritropoetin dan eritrpoesis, dengan meningkatkan pemakaian oksigen. Hormon
tiroid mensensitisasi organ target terhadap katekolamin sehingga meningkatkan
kontraktilitas jantung dan frekwensi denyut jantung. Selain itu, hormon ini
meningkatkan motilitas usus dan merangsang proses transport di usus dan ginjal.
Hormon ini meningkatkan perkembangan fisik (misal pertumbuhan tinggi) dan
perkembangan mental (terutama intelektual). T3 dan T4 merangsang
restrukturisasi tulang dan otot, efek katabolik terutama mendominasi dan
meningkatkan eksitablitas neuromuskular. T3 dan T4 terutama
bekerja melaluipeningkatan ekspresi gen, yang berlangsung selama beberapa hari.
Di luar hal ini, kerjanya yang lama disebabkan oleh lamanya waktu paruh di
dalam darah (T3 : 1 hari dan T4 : 7 hari ).
Patofisiologi hormon Tiroid
1. Hipertiroidisme
Pada hipertiroidisme, metabolisme dan
produksi panas akan meningkat. Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya.
Pasien yang terkena lebih menyukai suhu lingkungan yang lebih dingin, pada
lingkungan yang panas pasien cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi
panas). Kebutuhan O2 yang meningkat membutuhkan hiperventilasidan merangsang
eritropoesis. Pasa satu sisi , peningkatan lipolisis menyebabkan penurunan
berat badan, dan pada sisi lain menyebabkab hiperlipiasidemia. Sementar itu,
konsentrasi VLDL, LDL, dan kolesterol berkurang. Pengaruhnya pada metabolisme
karbohidrat memudahkan terbentuknya diabetes melitus (reversibel). Bila diberikan
glukosa (tes toleransi glukosa), konsentrasi glukosa di dalam plasma akan
meningkat secara lebih cepat lebih nyata dari pada orang sehat, peningkatan
akan diikuti oleh penurunan yang cepat (toleransi glukosa terganggu). Meskipun
hormon tiroid meningkatkan sintesis, hipertiroidisme akan meningkatkan enzim
proteolitis yag berlebihan dengan peningkatan pembentukan dan eksresi urea.
Massa otot akan berkurang, pemecahan matriks tulang dapat menyebabkan
osteoporosis, hiperkalsemiadan hiperkalsiuria.
Akibat kerja perangsangan jatnung, curah
jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat. Fibrilasi atrium kadang
dapat terjadi. Pembuluh darah perifer akan berdilatasi. Laju filtrasi
glomerulus (GFR), aliran plasma ginjal (RPF), serta transpor tubulus akan
meningkat di ginjal. Sedangkan di hati pemecahan hormon steroid dan obat akan
dipercepat. Perangsangan di otot usus halus akan menyebabkan diare, peningkatan
eksitabilitas neuromuskular akan menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan
otot dan insomnia. Pada anak-anak, percepatan pertumbuhan kadang dapat terjadi.
2.
Hipotiroidisme
Metabolisme dan produksi panas berkurang
pada hipotiroidisme. Laju metabolisme basal dapat menurun hingga setengahnya,
dan pasien mudah merasa kedinginan (intoleransi dingin). Penggunaan oksigen,
ventilasi, dan eritropoesis akan berkurang. Selain itu, pembentukan anemia
menjadi lebih mudah karena gangguan absorpsi besi, asam folat dan vitamin B12
di usus. Berkurangnya lipolisis mendorong peningkatan berat badan dan
hiperlipidemia (VLDL,LDL), sedangkan berkurangnya pemecahan kolesterol menjadi
asam empedu dengan segera menyebabkan hiperkolesterolemia sehingga memudahkan
terjadinya aterosklerosis. Gangguan glikogenolisis dan glukoneogenesis dapat
menyebabkan hipoglikemia. Berkurangnya pengubahan karoten menjadi vitamin A
menyebabkan hiperkeratosis. Demikian juga karena berkurangnya sekresi keringat
dan sebasea, kulit menjadi kering dan produksi panas yang berkurang membuat
kulit terasa dingin. Pasien sering memiliki suara parau.
Menurunnya
perangsangan jantung oleh hormon tiroid menyebabkan penurunan kontraktilitas,
frekwensi denyut jantung, volume sekuncup, curah jantung, dan kadang-kadang
juga tekanan darah sistolik. Pada defisiensi hormon tiroid yang nyata, dapat
terjadi gagal jantung. Selain itu pertumbuhan tulang menjadi terlambat pada
anak-anak. Retardasi pertumbuhan dan kemampuan mental yang terganggu
menyebabkan gambaran kretinisme yang khas.
C.
Struktur dan Fungsi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar
paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar
tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini
terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells
merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi
hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
Parathormon
mengatur metabolisme kalsium dan fosfat tubuh. Organ targetnya adalah tulang,
ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi
tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan
vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi
kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun akan meningkatkan
reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3
dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih
besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium
serum di samping tentunya PTSH.
D.
Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas
Pankreas
terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang
horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar
2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mesenterika superior dan
splenikus.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin
dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau
Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang
menghasilkan yang menghasilkan glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin,
dan sel delta yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas
diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah
hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin
memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan
keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi
kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin
menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula
darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah
meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.
Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino
dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis
(pemecahan lemak). Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon
anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di
jaringan.
Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:
a. Efek pada hepar :
1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar.
b.Efek pada otot :
1) Meningkatkan sintesis protein
2) Meningkatkan transportasi asam amino
3) Meningkatkan glikogenesis.
c. Efek pada jaringan lemak
1)
Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2)
Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3)
Menurunkan lipolisis
E.
Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal
Terletak di kutub atas kedua ginjal.
Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan
kadang juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.
Kelenjar
adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla.
Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya korteks
yang esensial untuk kehidupan.
1. Korteks adrenal
Korteks
adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat
menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid
yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama
adalah aldosteron) dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini
mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi
natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu
dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addison’s) mengarah pada hipotensi, hiperkalemia,
penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid
mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
Glukokortikoid
Glukokortikoid
dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai
efek pada tubuh antara lain dalam: metabolisme glukosa (glukosaneogenesis) yang
meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan cairan dan
elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan terhadap stresor.
Hormon seks
Korteks
adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Umumnya
adrenal mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah
besar hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh
kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan
androgen menyebabkan virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis.,
akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.
F.
Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad
Terbentuk pada minggu-minggu pertama
gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur
kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan
gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa
prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat
penurunan inhibisi steroid.
1.Testes
Dua
buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ
endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon testosteron dan estradiol
dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan
spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan
spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron
melalui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar testosteron dan
estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ
reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek testosteron pada fetus
merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa
pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti
perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat genital,
distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara serta
perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan merangsang
pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.
2. Ovarium
Seperti halnya testes, ovarium juga
berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.
Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya
pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi
sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder,
menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan
proses laktasi.
Estrogen
dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron
juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.
Hormon
|
Yg menghasilkan
|
Fungsi
|
Aldosteron
|
Kelenjar adrenal
|
·
Membantu mengatur keseimbangan garam & air
dengan cara menahan garam & air serta membuang kalium
|
Hormon antidiuretik
(vasopresin) |
Kelenjar hipofisa
|
·
Menyebabkan ginjal menahan air
·
Bersama dengan aldosteron, membantu
mengendalikan tekanan darah
|
Kortikosteroid
|
Kelenjar adrenal
|
Memiliki efek yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:
·
Anti peradangan
·
Mempertahankan kadar gula darah, tekanan darah
& kekuatan otot
·
Membantu mengendalikan keseimbangan garam
& air
|
Kortikotropin
|
Kelenjar hipofisa
|
·
Mengendalikan pembentukan & pelepasan
hormon oleh korteks adrenal
|
Ginjal
|
·
Merangsang pembentukan sel darah merah
|
|
Estrogen
|
Indung telur
|
·
Mengendalikan perkembangan ciri seksual &
sistem reproduksi wanita
|
Glukagon
|
Pankreas
|
·
Meningkatkan kadar gula darah
|
Hormon pertumbuhan
|
Kelenjar hipofisa
|
·
Mengendalikan pertumbuhan & perkembangan
·
Meningkatkan pembentukan protein
|
Insulin
|
Pankreas
|
·
Menurunkan kadar gula darah
·
Mempengaruhi metabolisme glukosa, protein
& lemak di seluruh tubuh
|
LH (luteinizing hormone)
FSH (follicle-stimulating hormone) |
Kelenjar hipofisa
|
·
Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan
sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi
·
Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran
rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan
mungkin sifat kepribadian)
|
Oksitosin
|
Kelenjar hipofisa
|
·
Menyebabkan kontraksi otot rahim & saluran
susu di payudara
|
Hormon paratiroid
|
Kelenjar paratiroid
|
·
Mengendalikan pembentukan tulang
·
Mengendalikan pelepasan kalsium & fosfat
|
Progesteron
|
Indung telur
|
·
Mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman
sel telur yg telah dibuahi
·
Mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan
susu
|
Polaktin
|
Kelenjar hipofisa
|
·
Memulai & mempertahankan pembentukan susu
di kelenjar susu
|
Renin & angiotensin
|
Ginjal
|
·
Mengendalikan tekanan darah
|
Hormon tiroid
|
Kelenjar tiroid
|
·
Mengatur pertumbuhan, pematangan &
kecepatan metabolisme
|
TSH
(tyroid-stimulating hormone) |
Kelenjar hipofisa
|
·
Merangsang pembentukan & pelepasan hormon
oleh kelenjar tiroid
|
·
Mekanisme Aksi Hormon
Suatu hormon harus berinteraksi
dengan sel sasaran melalui reseptor khusus bagi hormon tersebut.Reseptor khusus
ini disebut reseptor hormon.Interaksi hormon dengan sel sasaran biasanya
terjadi melalui pembentukan kompleks hormon-reseptor.Reseptor hormon pada sel
sasaran umumnya berupa molekul protein besar dengan bentuk tiga dimensi yang
unik.Reseptor tersebut hanya akan berikatan dengan hormon tertentu atau
analognya,yaitu senyawa lain yang mempunyai gugus fungsional sangat mirip
dengan gugus fungsional hormon yang dimaksud.
Kemampuan
suatu hormon mempengaruhi sel sasaran ditentukan oleh keberadaan reseptor
khusus untuk hormon tersebut pada sel.Apabila tidak memiliki reseptor khusus untuk
suatu jenis hormon,suatu sel tidak akan tanggap terhadap hurmon yang
dimaksud,sekalipun hormon tersebut ada di dekatnya.
Reseptor
Hormon pada Membran :
Reseptor
untuk hormon pada suatu sel dapat terlrtak pada membran atau
sitoplasma.Reseptor hormon yang terdapat pada membran biasanya merupakan
reseptor untuk hormon protein atau peptida.
Apabila
sudah sampai di dekat sel sasaran,hormon akan segera berikatan dengan
reseptornya dan membentuk kompleks hormon-reseptor.Pembentukan hormon-reseptor
terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan anak kunci dan
gemboknya.Komleks hormon-reseptor selanjutnya akan memicu serangkaian reaksi
biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa
peristiwa yang dapat diubah oleh hormon :
1. Perubahan aktivitas enzim : perubahan
aktivitas enzim memungkinkan proses metabolisme tertentu dapat terselenggara
atau terhenti
2. Pengaktifan mekanisme transpor aktif :
proses transpor aktif sangat penting bagi sel intuk memasukkan atau
mengeluarkan suatu zat.
3. Aktivitas pembentukan mikrotubulus :
perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai
peristiwa yang tergantung padanya,antara lain pergerakan amoeba dan mitosis
sel.
4. Pengubahan aktivitas metabolisme DNA :
Pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat mempengaruhi proses pertumbuhan atau
pembelahan sel.
Reseptor Hormon pada Sitoplasma :
Reseptor sitosolik merupakan
reseptor hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran.Hormon yang
menggunakan reseptor sitosolik ialah hormon steroid dan hormon turunan asan
amino.Hormon tersebut sangat mudah larut dalam lipid sehingga mudah melewati
membran sel sasaran .Diperkirakan,hormon tersebut sampai pada sel sasaran dalam
keadaan berikatan dengan beberapa jenis molekul pengemban.
Selama dalam peredaran darah ke
seluruh tubuh,hormon selalu berikatan dengan pengembannya.Pada suatu
saat,hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran.Dalam
sitoplasma sel sasaran,hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan
kompleks hormon-hormon yang aktif.Komleks tersebut mempunyai daya gabung
(afinitas) yang sangat tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti akan
segera berkombinasi dengan DNA.Hal inilah yang mengawali transkripsi DNA.Tempat
pembentukan ikatan komleks hormon-reseptor pada DNA tidak diketahui dengan
pasti,tetapi diduga terjadi pada bagian DNA yang disebut daerah
promoter.Pengikatan komleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan
merangsang gen tertentu untuk aktif (on) atau pasif (off)
DAFTAR PUSTAKA
Akses di
Internet. 7 Oktober. 17:30. http://rudyregobiz.wordpress.com/2009/12/18
/sistem-endokrin-pada-manusia/
Akses di Internet. 7 Oktober. 17:24. http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon
Akses di
Internet. 14 Oktober. 10:14. http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/
anatomi-fisiologi-sistem-endokrin.html
Akses di
Internet 14 juli 2011.http://medicastor.com/hormon
dan sistem endokrin.html.
Dr.
Widiwinarni,Endang.2007.Biologi 2 SMA
kelas XI.Jakarta : Erlangga
Isnaeni,Wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Yogyakarta:Kanisius
Perce,Evelyin C.2002.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT Gramedia
Setiadi.2004.Anatomi
Fisiologi Manusia.Surabaya: Graha Ilmu
Tim
Penyusun.2006.Biologi untuk Kelas XI
Jilid 2b SMA dan MA.Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar