BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahun-tahun
pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan
kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang
berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama
untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau
penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik
pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan
yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati,
2007).
Pemerintah telah
menunjukkan kemauan politiknya dalam membangunan sumber daya manusia
sejak dini. Seperti disampaikan Ibu Megawati (wakil presiden pada saat
itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman
Kanak-Kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia
dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan
pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau
menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak
di usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia
Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.
Pernyataan
ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting bagi
kelangsungan bangsa, dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah.
Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan sumber daya
manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan
karakter bangsa dan kehandalan SDM ditentukan bagaimana penanaman sejak
anak usia dini. Pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering
disebut dengan masa usia emas (the golden age).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
b. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
c. Perkembangan Anak Usia Dini
d. Peran orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini
e. Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini
2. Mengoptimalkan peran ibu dalam minat anak
a. Antara bakat dan minat
b. Mengembangkan bakat dan minat anak
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Anak Usia Dini beserta
pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam membangun masa depan bangsa
dan bagaimana peranan orang tua mengenai hal tersebut.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peran ibu dalam mengoptimalkan minat anak agar dapat mengembangkan potensinya sedini mungkin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur
formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini.
Saat ini bidang ilmu
pendidikan, psikologi, kedokteran, psikiatri, berkembang dengan sangat
pesat. Keadaan itu telah membuka wawasan baru terhadap pemahaman
mengenai anak dan mengubah cara perawatan dan pendidikan anak. Setiap
anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan (Multiple Intelligences) yang
menurut Howard Gardner terdapat delapan domain kecerdasan atau
intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain
itu yaitu inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik,
linguistik (verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan
intrapersonal.
Multiple
Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh kembangkan dengan cara
memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara optimal
potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2000).
2. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa
Kondisi
SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC
(Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002
menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12,
terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya
kualitas hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias
sumber daya manusia Indonesia.
Dalam
kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang
dilaksanakan di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman,
Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang
mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan
dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia
dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga
telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand,
Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan
pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Di
Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau
sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan
pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di
Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6
tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah.
Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 juta anak usia 0-6
tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai
program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui
Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal
(1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain
kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%.
Masih
rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini
antara lain disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan
layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6
tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang
ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang
telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh,
belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek
pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat
menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.
Pentingnya
pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional.
Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal
menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk
semua dan salah satu butirnya adalah memperluas dan memperbaiki
keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi
anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai
salah satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen
ini.
Perhatian dunia
internasional terhadap urgensi pendidikan anak usia dini diperkuat oleh
berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia
sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru
mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir
memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia
yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang
akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya
melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun.
Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan
otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi
oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya,
terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini akan
memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan
berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas
emosional.
Ada empat
pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1)
menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas, (2) mendorong percepatan
perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya
produktivitas kerja dan daya tahan, (3) meningkatkan pemerataan dalam
kehidupan masyarakat, (4) menolong para orang tua dan anak-anak.
Pendidikan
anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman
belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk
mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya
juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas
pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya,
pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja
seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman
sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan
perkembangan anak usia dini.
3. Perkembangan Anak Usia Dini
Sebagian
besar masyarakat berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini
cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan
tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap PAUD tidak memerlukan
profesionalisme. Pandangan tersebut adalah keliru.
Jika
PAUD ingin dilakukan di rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu
perlu belajar dan menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran anak,
misalnya dengan membaca buku, mengikuti ceramah atau seminar tentang
PAUD. Kenyataannya semakin banyak ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh
karena itu haruslah orang yang menggantikan peran ibu tersebut memahami
proses tumbuh kembang anak.
Pembelajaran
pada anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui
bermain. Ada lima karakteristik bermain yang esensial dalam hubungan
dengan PAUD (Hughes, 1999), yaitu: meningkatkan motivasi, pilihan bebas
(sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat
secara aktif.
Bila salah satu
kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan
membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar
bukan lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu membuat
guru tidak sensitif terhadap tingkat kesulitan yang dialami
masing-masing anak.
Ketidaksensitifan
orangtua terhadap kesulitan anak bisa juga terjadi, alasan utama yang
dikemukakan biasanya karena kurangnya waktu karena orangtua bekerja di
luar rumah.
Memahami perkembangan
anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara
orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi
kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan
orangtua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang
perlu dimiliki anak, yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika,
linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada
umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi
tingkat skalanya.
4. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini
Anak
adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk
menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal
dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk
siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita
agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik.
Mengenal,
mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia
yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh
cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki
oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada
peranan orang tua.
Para ahli
sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak
agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika
berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan
prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka
memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh,
masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya
terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka
sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah
sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat
melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan
perubahan apapun.
Mengapa orang
tua perlu meningkatkan intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka
masuk sekolah? Jawabannya, sekolah saat ini meminta persyaratan yang
cukup tinggi dari kualitas seorang siswa. Masih didapat siswa yang masuk
SD sudah diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak
dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak
kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang
tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan.
Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah
beradaptasi, lebih mudah menerima hal-hal yang baru, atau
intelektualitas anak bisa dikembangkan jauh sebelum mereka masuk ke
sekolah. Kondisi seperti itulah yang menempatkan orang tua sebagai guru
pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam program pendidikan informal
yang terjadi di lingkungan keluarga.
5. Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini
Memasuki
abad XXI dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.
Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak
tahun 1997, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan
hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk
mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu
bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan
penyesuaian system pendidikan nasional, sehingga dapat mewujudkan proses
pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman potensi,
kebutuhan daerah, peserta didik, dan mendorong peningkatan partisipasi
masyarakat.
Permasalahannya
adalah ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan di
atas, disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusianya. Untuk menghadapi
tantangan itu, diperlukan upaya serius melalui pendidikan sejak dini
yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki
kesadaran akan potensi diri dan dapat mengembangkannya bagi kebutuhan
diri, masyarakat dan bangsa sehingga dapat membentuk masyarakat madani.
Pendidikan anak usia dini merupakan hal paling mendasar yang dilakukan
sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.
Menyeluruh, artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan
pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak
saja diberikan pada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat sebagai satu kesatuan layanan.
B. MENGOPTIMALKAN PERAN IBU dalam MINAT ANAK
1. Antara Bakat dan Minat
Bakat
merupakan kemampuan bawaan berupa potensi yang masih perlu dikembangkan
atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Sedangkat minat adalah aktivitas atau tugas-tugas
yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi
kesenangan atau kenikmatan.
Seorang
anak bisa saja memiliki miniat dan bakat lebih dari satu. Ada anak yang
mengetahui dan menemukan minat dan bakatnya. Namun ada juga anak yang
tidak menemukan minatnya dan merasa tidak memiliki bakat apa pun.
Mengapa bisa terjadi seperti ini ?
Bakat
merupakan potensi terpendam yang tersembunyi dalam diri seseorang. Agar
bakat dapat muncul, ia perlu digali, ditemukan, dilatih dan
dikembangkan. Seorang anak yang merasa tidak memiliki kemampuan apa pun,
bisa disebabkan oleh pengasuhan orang tuanya. Seperti yang telah
dijelaskan di atas dan pernah kita bahas di edisi-edisi sebelumnya, gaya
pengasuhan kita seringkali tidak sengaja menyebabkan konsep diri anak
menjadi jatuh.
Banyak orang tua
yang menganggap anaknya biasa-biasa saja. Bisa jadi, kita termasuk di
dalamnya. Kita tidak memperhatikan minat mereka. Yang terjadi, kita
justru sibuk mendaftarkan anak-anak kita dari satu les ke les lain, yang
kita inginkan. Niat kita memang baik, ingin anak-anak kita memiliki
kemampuan di berbagai hal. Tapi, pernahkah kita bertanya dalam hati,
apakah anak kita memang menginginkannya ? Atau jangan-jangan hanya
sekedar ‘dendam positif’ diri kita, karena obsesi kita di waktu dulu
yang tidak tercapai. Sehingga, kita ingin anak kita yang meneruskannya.
Atau jika bukan karena ‘dendam
positif’, kita menjadi orang yang latah terhadap lingkungan sekitar.
Misalnya,ketika teman-teman kita mendaftarkan anak-anaknya les
menghitung cepat dengan metode yang praktis, kita pun ikut-ikutan
meleskan anak kita.
Dampak dari
‘pemaksaan’ minat ini, berakibat buruk bagi anak. Anak merasa jiwanya
terkekang, tidak merdeka, karena tak mampu mengembangkan minatnya
sendiri. Biasanya, anak akan malas mengikutinya dan mencuri-curi waktu
untuk bolos bila tidak ketahuan orang tuanya.
Kondisinya
semakin parah, di rumah orang tua me-leskan anak dengan berbagai les.
Di sekolah, anak-anak juga di’gebrak’ dengan beban pelajaran yang banyak
dan berat. Karena beban kurikiulum yang padat itu dan target-target
yang harus dicapai, anak-anak menjadi kurang di’perhatikan’ oleh
gurunya. Banyak anak-anak yang tidak tergali minat dan bakatnya. Dan
seringkali, penjurusan anak-anak menjadi dipaksakan.
2. Mengembangkan Bakat dan Minat Anak
Kita
bisa menemukan bakat anak dari minat atau kesukaan mereka. Jadi pertama
yang harus kita lakukan adalah melakukan pengamatan, apa saja yang
mereka minati atau sukai. Seringkali mereka menyukai banyak hal.
Mungkin, kita menjadi bingung, karena mereka ingin ini ingin itu,
tertarik ikut les ini dan les itu. Syukuri hal itu, terlebih dahulu.
Jangan kita batasi. Berikan peluang kepada mereka, jika mereka bermaksud
mengikuti les tertentu. Namun jangan terlalu banyak me-leskan mereka.
Karena mereka jadi tidak fokus. Sesuatu yang tidak fokus, tentu hasilnya
kurang baik dan tidak optimal.
Lalu,
bagaimana kita bisa mengetahui bahwa yang mereka sukai merupakan minat
mereka dan buka hanya sekedar ikut-ikutan teman ? Minat yang tinggi akan
bertahan lama. Jika anak kita menyukai sesuatu dan dalam jangka waktu
yang lama, maka kita bisa menilai anak kita memiliki minat di bidang
tersebut. Dari minat akan berkembang menjadi bakat. Misalnya, anak kita
sangat menyukai permainan catur, dan minatnya bertahan lama. Lalu
setelah kita les-kan, ternyata ada peningkatan. Maka berarti ia berbakat
menjadi pemain catur yang hebat. Jadi, jika minat anak kita setelah
dikembangkan ada peningkatan, maka ia berbakat di bidang yang ia minati.
Setelah
kita mengetahui minat dan bakat anak kita, maka selanjutnya kita
memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan bakat mereka.
bagaimana caranya ?
a. Hendaknya kita mengerti tentang perkembangan anak, dari segi kecerdasan, emosi, sosial, fisik, spiritual.
Dengan
demikian kita bisa memahami kondisi perkembangan anak kita dan kita
mengetahui bagaiamana sebaiknya pengasuhan kita di setiap tahap usia
anak.
b. Memahami cara otak bekerja.
Prinsip kerja otak : “Bila hati senang…otak akan menyerap lebih banyak”
Jadi,
jangan sekali-kali memaksa anak untuk ikut les tertentu, padahal anak
kita tidak menyukainya. Karena, akan sia-sia jadinya. Anak akan
terpenjara jiwanya. Dan otaknya tidak menyerap informasi yang masuk
dengan optimal.
c. Mengenali minat anak.
d. Mengetahui modalitas belajar.
Kenali gaya belajar anak kita, apa kah lebih banyak visual, auditorial atau kinestetik.
e. Mengetahui apa itu ‘bermain’.
Kita
juga bisa melihat apakah anak suka dengan apa yang mereka mainkan, pada
saat mereka bermain. Dari sini, kita juga bisa melihat minat dan bakat
mereka.
Setelah kita mengetahui minat
dan bakat anak kita, teruslah kembangkan dengan memberinya fasilitas dan
kesempatan yang mendukungnya untuk meningkatkan bakatnya tersebut. Dan
jadikan ia champion di bidang tersebut.
Setiap
anak adalah bintang. Allah telah menganugerahi mereka dengan berbagai
potensi yang spesial. Potensi atau bakat ini baru akan muncul bila ada
kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan. Tugas kita-lah yang harus
membantu mereka dalam menemukan setiap bakat istimewa yang terpendam
dalam dirinya.
Akui keberadaan dan keunikan mereka
Beri kesempatan kepada mereka untuk meng-eksplorasi bakat dan minatnya
Dukung mereka untuk terus mengasah keistimewaannya
Jadikan mereka champion di bidangnya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan masalah yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal, nonformal, dan informal.
PAUD
merupakan hal yang sangat penting untuk mengembangkan potensi anak
sedini mungkin dalam membangun masa depan bangsa. Peran orang tua
terutama ibu dalam mengembangkan potensi anak tersebut sangat besar dan
penting. Maka dari itu perlu sekali untuk mengoptimalkan peran ibu dalam
mengembangkan potensi anak tersebut, dapat berupa meningkatkan minat
dan bakat anak sedini mungkin.
B. SARAN
Sebagai
orang tua terutama untuk seorang ibu dan sebagai guru/calon guru PAUD
sangat diperlukan untuk membaca materi seperti yang sudah dibahas
sebelumnya untuk mengetahui pentingnya pendidikan anak usia dini dan
pentingnya mengoptimalkan peran ibu dalam membangun minat anak. Namun
disarankan juga untuk membaca materi dari sumber lainnya agar lebih
memahami hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
CHA, Wahyudi dan Damayanti, Dwi Retna. 2005.Program Pendidikan Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo.
Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.
Tientje,
Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia
Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.
Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Asfandiyar, Andi Yudha. 2009. Kenapa Guru Harus Kreatif?. Jakarta: Mizan Media Utama.
http://paud-usia-dini.blogspot.com/2008/06/pengasuhan-anak.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
http://c314gpa.multiply.com/journal/item/39/39
0 komentar:
Posting Komentar