KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas individu pembuatan makalah
Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Dalam makalah ini, saya menjelaskan tentang pengaruh
permasalahan remaja terhadap psikologi perkembangan.Yang mana dalam pembahasan
ini akan saya kupas secara jelas dan lengkap mulai dari pengertian psikologi
remaja; perkembangan psikologi
remaja;pengertian kenakalan remaja; faktor-faktor
yang melatarbelakangi kenakalan remaja;. akibat yang
ditimbulkan oleh kenakalan remaja; hubungan
psikologi dan kenakalan remaja;upaya yang dilakukan untuk menangani kenakalan
remaja; sampai untuk mengetahui peranan agama terhadap kenakalan
remaja.
Kendati
saya sudah berusaha dengan maksimal, sebagai manusia yang dhoif saya akui,
makalah ini masih belum sempurna.Karena itu saran dan kritik dari semua pihak
sangat diharapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
Tak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada bapak Drs.
Ahmad Matin selaku pembimbing materi yang telah memberikan masukan yang
sangat berguna untuk makalah ini.
Akhir kata
saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi
pembaca. Amiin...
Garut, 06 Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL..........................................................................................................................................halaman
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................................ii
BAB
I :
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH.......................................................................................................1
1.2
RUMUSAN
MASALAH......................................................................................................................1
1.3
TUJUAN
MAKALAH..........................................................................................................................1
1.4
KEGUNAAN
MAKALAH....................................................................................................................2
1.5
PROSEDUR
MAKALAH.....................................................................................................................2
BAB
II :
PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN
PSIKOLOGI REMAJA.................................................................................................3
2.2 PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI
REMAJA..........................................................................................4
2.3 PENGERTIAN
KENAKALAN REMAJA................................................................................................
2.4 FAKTOR-FAKTOR
YANG MELATARBELAKANGI KENAKALAN REMAJA........................................
2.5 AKIBAT YANG
DITIMBULKAN OLEH KENAKALAN
REMAJA............................................................
2.6 HUBUNGAN PSIKOLOGI
DAN KENAKALAN
REMAJA......................................................................
2.7 UPAYA YANG
DILAKUKAN UNTUK MENANGANI KENAKALAN
REMAJA......................................
2.8 MENGETAHUI
PERANAN AGAMA TERHADAP KENAKALAN REMAJA..........................................
BAB
III :
PENUTUP..................................................................................................................................5
3.1
KESIMPULAN.....................................................................................................................................5
3.2
SARAN................................................................................................................................................5
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini,
kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah masyarakat.
Berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah meresahkan masyarakat,
semisal kasus pencurian, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan, bahkan
pembunuhan.
Sebenarnya
kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu
mereka sedang berada dalam masa transisi anak menuju dewasa. Perilaku
menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta
sosial yang normal.
Dengan
demikian, perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan
keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas
tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja. Namun, kontras
dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah
kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran.
Remaja
memiliki potensi besar untuk melakukan hal-hal menyimpang dari kondisi atau
perilaku normal. Seperti ada pergolakan dalam diri mereka untuk melakukakan
hal-hal yang berbeda dengan yang lain di sekelilingnya, hal-hal yang dianggap
normal oleh kebanyakan orang. Mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk
berbuat demikian. Hal itu disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya pasti
mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu. Sebaliknya, orang
yang dianggap normal dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk
menyimpang. Dorongan semacam itupun didasari oleh berbagai hal, seperti motif
untuk mencari sensasi, bahkan karena sifat dasar remaja yang pada usia itu
sedang melalui tahap mengidentifikasi, misalnya meniru apa yang dilakukan tokoh
idola atau yang dianggapnya menarik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa
pengertian psikologi remaja?
2. Bagaimana
perkembangan psikologi remaja?
3. Apa
pengertian kenakalan remaja?
4. Apa
faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan remaja?
5. Apa akibat
yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja?
6. Bagaimana
hubungan psikologi dan kenakalan remaja?
7. Apa upaya
yang dilakukan untuk menangani kenakalan remaja?
8. Bagaimana
peranan agama terhadap kenakalan remaja?
C. Tujuan
Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas,
makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. pengertian
psikologi remaja;
2.
perkembangan psikologi remaja;
3. pengertian
kenakalan remaja;
4.
faktor-faktor yang melatarbelakangi kenakalan reamaja;
5. akibat yang
ditimbulkan oleh kenakalan remaja;
6. hubungan
psikologi dan kenakalan remaja;
7. upaya yang
dilakukan untuk menangani masalah remaja;
8. untuk
mengetahui peranan agama terhadap kenakalan remaja.
D. Kegunaan
Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan
kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah
ini berguna sebagai pengembangan konsep pengaruh psikologi terhadap kenakalan
remaja. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis,
sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
pengaruh psikologi terhadap kenakalan remaja;
2.
pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang pengaruh psikologi terhadap
kenakalan remaja.
E. Prosedur
Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan teknik
studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai
literatur yang relevan dengan tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Psikologi Remaja
Masa yang paling indah adalah masa remaja.
Masa yang paling menyedihkan adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja.
Masa yang paling menyedihkan adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja.
Masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja.
Berikut ini saya akan menjelaskan dahulu tentang 'Psikologi
Remaja'.
·
Menurut Hurlock (1981) remaja
adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
·
Menurut Monks, dkk (2000) memberi
batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
·
Menurut Stanley Hall (dalam
Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat
bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang
diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai
sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh
James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja
yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity
achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
1.2
Perkembangan Psikologi Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan
topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya
emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa)
dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan
oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan
psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan
keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah
sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua
dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan
situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional
yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat
yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap
kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain,
remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag,
remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan
psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya
fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian
dalam mengemukakan pendapat.
1.3
Pengertian Kenakalan Remaja
Dalam kehidupan para remaja sering
kali diselingi hal hal yang negative dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan
sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada
saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negative
yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri
merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma
sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
- Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
- Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
- Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat
memperlihatkan hal-hal yang mengarah
kepada kenakalan remaja :
kepada kenakalan remaja :
- Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
- Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
- Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
- Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
- Anak-anak yang suka berbohong.
- Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
- Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
- Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
Dengan sedikit pengertian kenalan
remaja diatas membuat kita akan lebih mengerti akan sikap dan perilaku remaja
kita apakah baik baik saja ataukah sudah mengarah pada suatu kenakalan remaja.
Dalam pengertian lain, kenakalan
remaja itu disebut Juvenille delinquency.Yaitu
perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan
gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.Anak-anak muda yang delinkuen
atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat
secara sosial.Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial
yang ada di tengah masyarakat.Juvenile
beraal dari bahasa latin juvenilis,
artinya : anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat
khas pada periode remaja.Delinquent
berasal dari kata latin “delinquere”
yang berarti : terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi
jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror,
tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.
1.4
Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Kenakalan Remaja
Wijaya (http://wija091.multiplay.com) menyatakan “Faktor-faktor
yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja” adalah sebagai berikut
sebagai berikut :
- Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga
merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan
anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada
perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat
sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.
Keadaan
lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja seperti
keluarga yang broken home, rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh
kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras, ekonomi
keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan
delinkuensi remaja.
- Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Di dalam
kehidupan berkeluarga kurangnya pembinaan agama juga menjadi salah satu faktor
terjadinya kenakalan remaja Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang
sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya dari agama tetap tidak
berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Dalam
pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu dilakukan
sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan belum
mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti mana
batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan moral
pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan,
nasehat-nasehat yang dipandang baik. Maka pembinaan moral harus dimulai dari
orang tua baik perlakuan, pelayanannya kepada remaja dapat memperlihatkan
contoh teladan yang baik melaksanakan shalat dan sebagainya yang merupakan
hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif karena apa yang diperoleh dalam
rumah tangganya akan dibawa kelingkungan masyarakat. Oleh karena itu pembinaan
moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan
mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk mempersiapkan hari depan
generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam pembinaan moral akan berakibat
negatif terhadap remaja itu sendiri.
Sebenarnya
pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui kedua
orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan tentang
keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk
perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Dalam
masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu pengetahuan,
kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang teguh oleh orang-orang dahulu
menjadi tertinggal dibelakang. Dan didalam masyarakat yang telah terlalu jauh
dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan
moral, tingkah laku dan perbuatan – perbuatan orang dewasa yang tidak baik
menjadi contoh atau tauladan bagi anak-anak dan remaja sehingga berdampak
timbulnya kenakalan remaja.
Kekurangan
spiritual termasuk ketidak pahaman secara utuh tentang ajaran Islam sehingga
mereka melakukan apa saja yang menjadi keinginan serta kemauan mereka.
- Pengaruh lingkungan dan pergaulan
Di dalam
kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran dan mengganggu
ketentraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya barat, pergaulan dengan
teman sebayanya yang mana sering mempengaruhi untuk mencoba. Sebagai mana kita
ketahui bahwa para remaja sangat senag dengan gaya hidup yang baru tanpa
melihat faktor negatifnya. Karena dianggap ketinggalan zaman jika tidak
mengikutinya.
1.5
Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh
Kenakalan Remaja
Secara umum akibat yang ditimbulkan
dari kenakalan remaja ada 3, antara lain :
a). Bagi diri remaja itu sendiri
a). Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dia lakukan akan berdampak bagi dirinya
sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan
itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan
sesaat saja. Kenakalan yang dilakukan yang dampaknya bagi fisik yaitu seringnya
terserang berbagai penyakit karena karena gaya hidup yang tidak teratur.
Sedangkan dalam segi mental maka pelaku kenakalan remaja tersebut akan
mengantarnya kepada memtal-mental yang lembek, berfikirnya tidak stabil dan
keperibadiannya akan terus menyimpang dari segi moral dan endingnya akan
menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus berlangsung selama
tidak ada yang mengarahkan.
b). Bagi keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang
punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para
orang tuanya apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan
berakibat terjadi ketidak harmonisan didalam kekuarga, komunikasi antara orang
tua dan anak akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak baik, Sehingga
mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang dengan
jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika. Dan menyebabkan
keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja.
Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya saja
terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.
c). Bagi lingkungan masyarakat
Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu
orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat
lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun
orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Dan apabila remaja sekali
saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga. Sehingga
masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukkan
ataupun mengganggu ketentraman masyarakat mereka dianggap remaja yang memiliki
moral rusak. Dan pandangan masyarakat tentang sikap remaja tersebut akan jelek
Dan untuk merubah semuanya menjadi normal kembali membutuhkan waktu yang lama
dan hati yang penuh keikhlasan.
1.6
Hubungan Psikologi dan Kenakalan
Remaja
Alimudin (http://tabloid_info.sumenep.go.id/) menyatakan bahwa “Manusia adalah suatu mahluk
somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus
menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.”
Psikologi secara etimologi memiliki
arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah
al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah
al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat
diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh.
Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Harapan terhadap remaja cukup
banyak. Remaja adalah pewaris masa depan, pelapor pembangunan, pendobrak
kebekuan dan saat bangsa dan negara dalam keadaan kritis. Harapan itu seringkali
merusak serta menghambat psikologinya karena prilaku menyimpangnya.
Bagaimanapun prilaku menyimpang yang dilaku kan remaja sering mendatangkan
gangguan terhadap ketenangan dan ketertiban hidup dalam masyarakat.
Menurut etimologi kenakalan remaja
(juvenile deliquency) berarti suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan
oleh remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Setiap
tindakan kenakalan remaja betapapun kecil dan sederhananya yang tidak
mendapatkan teguran dan penjelasan untuk memperbaiki kondisi remaja ke depan.
Untuk itu, mereka membuktikan bantuan orang lain yang memberikan informasi yang
akurat tentang baik buruk, benar salah sekalipun cukup akrab, namun karena
tidak mendapatkan akses informasi lebih baik dapat menjerumuskan ke lembah
kehinaan.
Remaja adalah mereka yang berusia
antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan
psikis sebagai berikut :
a.Masa
Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral,
yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini
lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi
perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan
mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya,
remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya
baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini
akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut,
gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja
juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang
bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka
juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan
tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak
beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan
sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok
sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya.
Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama
keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka
juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya,
jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat
yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk
mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang
lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi
orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah
yang sangat-sangat berat. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa
masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu
bahwa orang tuanya adalah jalan keluar yang terbaik baginya. Ini akan
mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
b.Masa
pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja
awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas
akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan
lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai
mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan
mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya,
remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut.
Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa
ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan
membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
c.Masa akhir
pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu
melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik
sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka
dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat.
Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga
proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria.
Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya.
Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
d.Periode
remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja
sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun
psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai
menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya
terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya,
bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol
akan terlihat jelas pada fase ini.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan
jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa
kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan
fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada
trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
1.7
Upaya yang Dilakukan untuk
Menanggulangi Kenakalan Remaja
- Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
- Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja dididik untuk pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
- Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan masalah kenakalan dapat terbagi ke dalam :
a. Tindakan Preventif
1) Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja
secara umum
a) Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas
remaja;
b) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara
umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya
menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan;
c) Usaha pembinaan remaja :
(1) Menguatkan sikap mental remaja supaya
mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
(2) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam
penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi
melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
(3) Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan
suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.
(4) Usaha memperbaiki keadaan lingkungan
sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana terjadi banyak
kenakalan remaja.
2) Usaha pencegahan kenakalan remaja secara
khusus
Dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan
tingkahlaku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru
pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya.
Sarana pendidikan lainya mengambil peranan
penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat.
Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya.
Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja
dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan
tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut
bertujuan menambah pengertian remaja mengenai:
a) Pengenalan diri sendiri: menilai diri
sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b) Penyesuaian diri: mengenal dan menerima
tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
c) Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja
ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada
penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang
dilakukan dengan dua pendekatan:
a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang
diberikan secara pribadi pada si remaja itui sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan
kesulitan si remaja danmembantu mengatasinya.
b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia
sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut:
(1) Memberikan wejangan secara umum dengan
harapan dapat bermanfaat.
(2) Memperkuat motivasi atau dorongan untuk
bertingklaku baik dan merangsang hubungan sosia; yang baik.
(3) Mengadakan kelompok diskusi dengan
memberikan kesempatan mengemukaka pandangan dan pendapat para remaja dan
memberikan pengarahan yang positif.
(4) Dengan melakukan permainan bersama dan
bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan persekutuan denga Pembimbing.
b. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial
dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan
pelanggaran.
1) rumah, remaja harus mentaati peraturan dan
tata cara yang berlaku. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat
oleh orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga.
Pelaksanan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran
yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota
keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
2) Di sekolah, kepala sekolahlah yang
berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah.
Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat
seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala
sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai
pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada
umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam bentuk memberikan
peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan
pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan team guru atau pembimbing dan
melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergabtung dari macam
pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.
c. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi
Dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya
dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku si pelanggar remaja itu
dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara
khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan
yang ahli dalam bidang ini.
1.8
Peranan Agama terhadap Kenakalan
Remaja
Muslih et.al. (2008: 171) mengemukakan bahwa
”Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi
sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama
mempunyai peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja
dalam menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.”
Di dalam ajaran agama Islam bahwa adanya
kebutuhan terhdap agama disebabkan manusia selaku mahluk Tuhan dibekali dengan
berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut
adalah kecenderungan terhadap agama Islam.
Pada hakikat manusia membutuhkan agama. Hal
ini disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah/haluan.
Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai peran yang sangat penting, karena agama
dapat membantu para remaja dalam menghadapi segala macam persoalan yang
dihadapi dalam hidupnya,
Pendidikan agama hendaknya dapat diwarnai
kepribadian remaja, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya
yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan dikemudian hari. Untuk pembinaan
pribadi itu, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh seseorang yang
benar-benar mencerminkan agama dalam sikap, tingkah laku, gerak gerik, cara
berpakaian, berbicara, menghadapi persoalan dan keseluruhan pribadinya,
pendidikan dan pembinaan agama akan sukses apabila ajaran agama itu hidup dan
tercermin dalam pribadi remaja.
Fungsi pendidikan agama Islam yang sekaligus
suatu proses sosialisasi pada lingkungan atau lembaga pendidikan keluarga,
antara lain:
a. Pembekalan, yaitu untuk membimbing anak dalam memiliki akhlak.
b. Penerangan, yaitu membantu anak untuk mengetahui pinsip-prinsip dan
hukum agama agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ajaran agama.
c. Perbaikan, yaitu untuk menolong anak dalam membina akidah yang baik dan
benar serta pembentukan jiwa keagamaan yang kokoh.
d. Penyadaran, yaitu untuk memberikan pemeliharaan anak-anak atau remaja
agar memahami dan mampu menjaga kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
e. Pengajaran, yaitu untuk menyiapkan peluang dan suasana praktis untuk
mengamalkan nilai-nilai agama dan akhlak dalam kehidupan.
Jadi fungsi pendidikan Islam adalah realisasi
dari cita-cita ajaran Islam, yang membawa misi kesejahteraan manusia sebagai
hamba Allah lahir dan batin di dunia dan akhirat.
Untuk itu, agama berfungsi sebagai terapi
bagi jiwa yang gelisah dan teganggu. Agama berperan sebagai pencegahan terhadap
gangguan kejiwaan dan merupakan fakor pembinaan mental bagi remaja. Dengan
demikian, agama dan keyakinan merupakan kebutuhan jiwa yang penting bagi remaja
yang dapat memberikan bantuan untukmelepaskan diri dari goncangan jiwa dan gejolak-gejolak
jiwa yang hebat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu
maka suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik,
psikologik, dan sosial.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami
periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
a.
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
b.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
c. Masa
akhir pubertas (17 - 18 tahun)
d.
Periode remaja Adolesen (19 - 21
tahun)
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan.Masa remaja
adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri.Perkembangan psikologis ditekankan pada keadaan emosi remaja. Kenakalan remaja itu sendiri
merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma
sosial.Faktor-faktor yang melatar belakangi
terjadinya kenakalan remaja adalah sebagai berikut bagai berikut:
a. Kurangnya perhatian dari orang
tua, serta kurangnya kasih sayang;
b. Minimnya pemahaman tentang
keagamaan;
c. Pengaruh lingkungan dan
pergaulan.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan
remaja ada 3 antara lain:
a. Bagi diri
remaja itu sendiri;
b. Bagi
keluarga;
c. Bagi
lingkungan masyarakat.
Upaya penanggulangan masalah
kebakalan dapat di bagi dalam:
a. Tindakan Preventif;
b. Tindakan Represif;
c. Tindakan Kuratif dan
Rehabilitasi.
Pada hakikat
manusia membutuhkan agama. Hal ini disebabkan agama berfungsi sebagai
pembimbing dan petunjuk arah/haluan. Dalam kehidupan remaja, agama mempunyai
peran yang sangat penting, karena agama dapat membantu para remaja dalam
menghadapi segala macam persoalan yang dihadapi dalam hidupnya.
B. Saran
Kondisi psikologis seorang remaja sangat
berpengaruh dalam sikap dan tindakannya, maka semua pihak harus berusaha
memperhatikan perkembangan psikologi remaja agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu kita hendaknya turut
berperan aktif untuk menanggulangi maraknya kenakalan di kalangan remaja. Kita
hendaknya turut melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan mereka dari perbuatan
yang tidak pantas mereka lakukan. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat
preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja
terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik
yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing)
maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://niesa-silfia.blogspot.com/2010/05/pengaruh-psikologi-terhadap-kenakalan_21.html
·
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
·
http://www.psikoterapis.com/?en_memahami-tentang-perkembangan-psikologi-remaja%2C81
·
http://firdasmablog.blogspot.com/2011/02/pengertian-psikologi-remaja-dan.html
·
http://fauzistks.blogspot.com/2011/08/makalah-kenakalan-remaja.html
·
http://ladang-hijau.blogspot.com/2011/07/akibat-yang-ditimbulkan-dari-kenakalan.html
·
Kartono,
kartini. 2003. Patologi sosial II
Kenakalan Remaja. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
0 komentar:
Posting Komentar