Senin, 23 Juli 2012

Tugas Makalah Psikologi-Kecemasan

| Senin, 23 Juli 2012 | 0 komentar

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Definisi Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

Kecemasan (anxiety) dapat diartikan sebagai perasaan kuatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh, seperti: jantung berdebar-debar, keringat dingin. Kecemasan dapat timbul sebagai reaksi terhadap “bahaya” baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang tidak (hasil dari imajinasi saja) yang seringkali disebut dengan “free-floating anxiety” (kecemasan yang terus mengambang tanpa diketahui penyebabnya).
Kecemasan adalah keadaan yang beroeriantasi pada masa yang akan datang, yang ditandai dengan efak negatif, dimana seseorang memfokuskan diri pada kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan yang tidak dikontrol. Biasanya rasa cemas ini terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Bahkan kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. Apabila kecemasan itu berlebihan akan berubah menjadi abnormal, ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya. Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami gangguan kecemasan yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diriindividu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya.
2.Definisi Kecemasan Menurut Para Ahli
Beberapa definisi kecemasan menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :
a.Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
b.Menurut Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya akan muncul apabila orang tidak siap menghadapi ancaman.
c.Menurut Davisin, Neale, & Kring (2004). Anxietas atau kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yangmengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak menyenangkan
d.Menurut Barraclough (1999), Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali muncul pada situasi yangtidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya. Menurutnya kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental(psikologis) dan gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali,seperti khawatir, mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness), insomnia, ataumimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernafasan menjadilebih cepat, aktivitas berlebih pada sistem syaraf otonom, atau tegangan otot, jantungberdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat gumpalan pada tenggorokan yangmenyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut, dan diare.
e.Menurut Kowalski (2000) Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai denganmeningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem syaraf sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernafasan, dantegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputiketakutan dan kekhawatiran
f.Menurut DepKes RI (1990). Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karenadirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam.
g.Menurut Stuart and Sundeens (1998).Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yangtidak diketahui atau dikenal.
h.Menurut Kusuma W (1997).Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yangdisertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dansering kali merupakan suatu emosi yang normal. Dan
i.Menurut Kaplan, Sadock (1997). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui,internal, samar-samar atau konfliktual.
B.Teori Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
1. Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
2.Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
3.Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
4.Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.
5.Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 – 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
C.Klasifikasi Kecemasan
Menurut Townsend (1996) ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a.Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
b.Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
c.Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
d.Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Menurut penyebab, dan lama berlangsungnya, kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yakni:
a.Phobic Anxiety.
Yaitu kecemasan yang timbul dikarenakan oleh phobia (ketakutan) tertentu, misalnya:
- Cemas karena takut berada di dalam kamar tertutup.
- Cemas ketika tidur di ruang yang gelap.
- Cemas lantaran berada di tempat tinggi.
b.Acute Anxiety
Ialah kecemasan yang muncul mendadak dengan intensitas yang tinggi, tapi tidak terlalu lama akan lenyap, misalnya:
- Ketika melihat orang yang mirip dengan pembunuh keluarganya, ia segera ketakutan dan beberapa saat setelah orang tadi pergi ia tenang kembali.
- Akibat mendengar hiruk pikuk yang mengingatkannya pada peristiwa Medio Mei, seorang ibu muda langsung histeris ketakutan, namun sesaat sesudah ia sadar bahwa itu bukan peristiwa sesungguhnya, ia menjadi tenang kembali.
c.Chronic Anxiety
Yakni kecemasan yang berlangsung lama dan terus menerus (dapat terjadi seumur hidup), meski dalam intensitas yang rendah, dan tanpa sebab yang jelas, misalnya:
- Orang “kagetan”.
- Hendak bepergian, selalu ingin kencing.
d.Normal Anxiety
Yaitu kecemasan yang beralasan, misalnya:
- Menjelang ujian, perasaan cemas muncul begitu besar.
- Cemas menunggu hasil operasi tumor dari salah satu anggota keluarga.
e.Neurotic Anxiety
Ialah kecemasan tanpa alasan yang jelas sebagai akibat konflik alam bawah sadar, misalnya:
- Sering punya perasaan bersalah akibat seringnya dipersalahkan pada masa kecil, dan kini muncul menjadi kecemasan yang berlarut-larut serta secara periodik muncul.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
1. Faktor Internal
a. Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapatmenimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.
b. Respon
Terhadap Stimulus menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yangtimbul.
c.Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamnnyasehingga pengetahuannya semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.
d.Gender
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akanketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif,eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.
2.Faktor Eksternal.
a.Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu (2002).
b.Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebihkuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan ataulingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan. (Baso, 2000 : 6)
Menurut Sigmund Freud membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ke dalam tiga jenis, yakni :
a.Kecemasan Riel
Adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (api, binatang buas, orang jahat, penganiayaan, hukuman).
b.Kecemasan Neurotik
Adalah kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bias mendatangkan hukuman. Sungguhpun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, sebab hukuman yang ditakutkan oleh ego individu berasal di dunia luar.
c.Kecemasan Moral
Adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individutelah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini menyatakan diri dalam bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, keecemasan moral bersifat nyata, dalam arti bahwa tekanan superego atas ego yang menimbulkan kecemasan moral itu mengacu kepada otoritas-otoritas yang riel atau nyata ada di luar individu (orang tua, penegak hukum, masyarakat).
Pdt. Dr. Yakub Susabda menyebutkan bahwa kebenaran pandangan Freud tersebut tidak cukup menjelaskan penyebab kecemasan. Sebab, menurut Pdt. Susabda, tidak ada kecemasan yang berdiri sendiri. Yang lebih normal terjadi adalah kombinasi dari ketiganya sebagai reaksi terhadap realita-realita:
a. Ancaman
Yaitu kesadaran akan adanya ancaman terhadap dirinya baik secara fisik, maupun psikis.
b. Konflik Kemauan
Yakni antara kemauan melakukan (approach) dengan kemauan menghindar (avoidance). Approach, memberikan kepuasan yang diharapkan. Sedangkan Avoidance menghasilkan hal-hal yang tidak menyenangkan. Terdapat tiga macam konflik kemauan, yaitu:
- Konflik akibat Approach-Approach. Konflik ini timbul karena adanya kemauan yang sama-sama menyenangkan, tetapi tidak mungkin dilakukan sekaligus, sehingga menimbulkan kecemasan.
- Konflik akibat Approach-Avoidance. Kemauan dan ketidak-mauan yang sama kuatnya alasan masing-masing.
- Konflik akibat Avoidance-Avoidance. Konflik yang ditimbulkan oleh karena dua alternatif yang hasil akhirnya sama-sama tidak diinginkan.
c.Ketakutan
Yaitu ketakutan pada sesuatu yang menyebabkan timbulnya kecemasan. Misalnya: takut gagal menimbulkan kecemasan ketika menghadapi ujian, takut ditolak menimbulkan kecemasan di waktu berjumpa dengan orang baru. Bahkan ketakutan tanpa alasan pun dapat menimbulkan kecemasan yang makin lama makin serius.
d.Kebutuhan yang tidak Terpenuhi
Sekian banyaknya kebutuhan hidup yang paling mendasar disebutkan oleh berbagai ahli, seperti kebutuhan akan kenikmatan (Freud), kebutuhan akan kuasa (Alfred Adler), kebutuhan akan arti kehidupan (Victor Frankl), sampai pandangan cukup banyak orang akan kebutuhan mengasihi, dikasihi, dan merasa diri berharga. Dan kala kebutuhan, yang oleh Pdt. Susabda diringkaskan menjadi tiga: security, survival, dan self-fulfilment itu, tidak tercukupi maka akan timbul kecemasan.
e. Keunikan Kepribadian
Setiap orang memiliki kepribadian yang unik dalam bersikap hati terhadap realita maupun bukan realita. Ada orang yang tidak tahan menghadapi persoalan kecil lalu timbul kecemasan, tetapi ada tipe orang yang menghadapi tekanan dan konflik hidup yang berat tanpa menimbulkan kecemasan apapun. Beberapa unsur pembentukan kepribadian seringkali menyebabkan besar kecilnya daya tahan terhadap konflik, yaitu:
- Unsur Psikologis. Setiap orang “belajar” bagaimana ia berreaksi terhadap kesuksesan dan kegagalan. Pengalaman menentukan kadar kecemasan.
- Unsur Keturunan. Beberapa sikap hati ditentukan oleh unsur genetika/keturunan. Ada kalanya, seseorang lebih sensitif dikarenakan orang tuanya ber-temperamen Sanguin-Melankolis misalnya.
- Unsur Sosiologis. Keadaan sosial potensial untuk membentuk kecemasan seseorang. Perasaan aman dan puas dalam kehidupan sosial (social life) menentukan besar kecilnya kadar kecemasan. Misalnya: kondisi sosial politik di Indonesia yang tidak menentu seperti sekarang ini (1999) suatu hari kelak akan membentuk manusia Indonesia yang mudah cemas.
- Unsur Fisiologis. Kondisi kesehatan tubuh menentukan kadar kecemasan. Seseorang yang kurang sehat atau sakit-sakitan akan rentan terhadap perasaan cemas yang berkepanjangan. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang kerap kali cemas akan terganggu kesehatannya.
- Unsur Teologis. Kadar iman seseorang menentukan kadar kecemasannya. Semakin tinggi imannya, semakin rendah kecemasannya.
E.Gejala Kecemasan
Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :
a. Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
Selain fase-fase diatas, terdapat juga respon fisologi dan psikologi yang terjadi pada gejala gangguan kecemasan diantaranya sebagai berikut :
a.Respon Fisiologi terhadap Kecemasan
1.Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
2.Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3.Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
4.Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
5.Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
b.Respon Psikologis terhadap Kecemasan
1.Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
2.Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
3.Afektif; tidak sabar, tegang, neurosis,tremor, gugup yang luar biasanya, sangat gelisah, dan lain-lain.
F.Penanganan Gangguan Kecemasan
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :
1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat member perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorangyang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat- obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, valium dan Xanax.
Meskipunbenzodiazepine mempunyai efek menenangkan tatapi mengakibatkan depansi fisik adiksi(USDHHSS,1999a) . orang- orang yang tergantung kedapanya dapat mengalami serangkaian sintom putus zat bila mereka berhenti menggunakannya dengan tiba- tiba. Obat antidepresimempunyai efek antikecemasan dan anti panik selain jiga mempunyai efek anti depresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar,diantaranya:
a.Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak atau (stepwise) dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan (exposure therapy) sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yangagorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberattanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan.
b.Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c.Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d.Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkankecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkankebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksikeyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkinberpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakapdengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidupmereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiranmereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contohtekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klienmencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e.Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapatdikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma,gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparandan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendirisituasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, Ruth. 2001. Freud. Seri Siapa Dia?. Jakarta : Erlangga
Kuswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco
Makalah online. http://www.scribd.com/doc/52579464/MAKALAH-KECEMASAN-EDIT
R, Budimoeljono. Seri Sikap Hati. Kecemasan. Artikel (Online). Malang : Gandum Mas

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Copyright 2012. Makalah Cyber . All rights reserved | Makalah Cyber.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by Makalah Cyber - Zoenk