Selasa, 07 Agustus 2012

TUMOR PARU (KARSINOMA BRONKOGENIK)

| Selasa, 07 Agustus 2012 | 0 komentar

TUMOR PARU
(KARSINOMA BRONKOGENIK)
Lebih dari 90 % tumor paru-paru merupakan tumor ganas, dan sekitar 95 %
tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bilamana kita menyebut kanker
paru-paru maka yang dimaksudkan adalah karsinoma bronkogenik, karena
kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernafasan bagian bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronchi.
A. DEFINISI
Karsinoma bronkogenik adalah tumor malignan yang timbul dari epithelium
bronchial.
B. ETIOLOGI
1.   Pajanan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik,
seperti: rokok, asbestos, radiasi ion, radon, arsen, kromium, nikel, dan lain-
lain.
2.   Polusi udara
3.   Genetik
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni:
-     Proto oncugen
-     Tumor suppressor gene
-     Gene encoding enzyme

C. PATOFISIOLOGI BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM

Rokok
Ulserasi bronchus
  Reaksi radang
 Pada bronchus
Penumpukan sekret
Batuk
Anoreksia
 Intake menurun
Gangguan pemenuhan
Nutrisi

Pekerjaan/Polusi
Tumor Paru
Metaplasia sel skuamosa
Pada bronchus
Obstruksi
bronchus
Empisema
Gangguan Pertukaran Gas

Fibrosis paru
Jalan nafas
inefektif
O2 ke jaringan ↓
Kelemahan/letih
Intoleransi
aktivitas


D. GAMBARAN KLINIS
1.    Mulai secara tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan sering
asimtomatik sampai tahap akhir
2.    Tanda-tanda dan gejala-gejala tergantung pada lokasi, ukuran tumor, derajat
obstruksi dan keberadaan metastasis.
3.    Gejala yang paling sering adalah batuk kering tak produktif, pada tahap
akhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang
menunjukkan perubahan dalam karakter harus menimbulkan kecurigaan
terhadap adanya kanker paru.
4.    Mengi terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial, pengeluaran sputum
yang berwarna merah darah adalah hal yang umum terjadi pada pagi hari.
5.    Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien.
6.    Nyeri adalah gejala akhir, seringkali berhubungan dengan metastasis
tulang.
7.    Nyeri dada, kekakuan, suara sesak, disfalgia, edema pada leher dan kepala
dan gejala-gejala infusi pleural atau pericardial terlihat jika tumor menyebar
pada struktur yang berdekatan dan pada nodus limfe.
8.    Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru
kolateral dan kelenjar adrenal.
9.    Kelemahan, anoreksia, penurunan BB dan anemia akan terjadi pada tahap
akhir.
E. KOMPLIKASI
-     Hematorak
-     Pneumotorak
-     Empiema
-     Endokarditis
-     Abses paru
-     Atetektasis

F.     Penatalaksanaan
1.   Jika tumor jinak maka lakukan eksisi bedah
2.   Jika tumor ganas
- Small cell: kemoterapi
- Non small cell
• Stadium I – IIIa beda dilanjutkan radio terapi kemoterapi
• Stadium IIIb – IV radioterapi dilanjutkan kemoterapi.
- Imunoterapi paliatif
3.   Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya.
4.   Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi
yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
5.   Untuk menjaga keseimbangan: perhatikan keadaan cairan tubuh.
6.   Atur diet yang sesuai.

I.      PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan         : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan
terjadi kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat
badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur            : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.

- Aktivitas
3. Pemeriksaan fisik

: keletihan, kelemahan

-     Sistem pernafasan
     Sesak nafas, nyeri dada
     Batuk produktif tak efektif
     Suara nafas: mengi pada inspirasi
     Serak, paralysis pita suara.
-     Sistem kardiovaskuler
     tachycardia, disritmia
     menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
Sistem integument
-     Sistem gastrointestinal
     Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan
menurun.
-     Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
-     Sistem neurologis
     Perasaan takut/takut hasil pembedahan 
     Kegelisahan
4. Data Penunjang
-     Foto dada, PA dan lateral
-     CT scan/MRI


-     Bronchoscope
-     Sitologi
TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
-     Perasaan lemah
-     Sesak nafas, nyeri dada
-     Batuk tak efektif
-     Serak, haus
-     Anoreksia, disfalgia, berat badan menurun
-     Peningkatan frekuensi/jumlah urine
-     Takut
2. Data Objektif
-     Batuk produktif
-     Tachycardia/disritmia
-     Menunjukkan efusi
-     Sianosis, pucat
-     Edema
-     Demam
-     Gelisah

C. Analisa Data
Data
DS:
-     Sesak nafas
-     Gelisah
-     Batuk tak
efektif
DO:
-     Batuk produktif
-     Tachycardia
-     Bunyi nafas
mengi
DS:
-     Sesak nafas
(dyspneu)
DO:
-     Gelisah
-     Sianosis
DS:
-     Anoreksia,
disfagia
-     Penurunan BB
-     Kelemahan
DO:
-     Demam
-     Batuk

Penyebab
Rokok
Tumor paru
Metaplasia sel skumosa
pada bronchus
Obstruksi bronchus
Obstruksi bronchus
Empisema
Gangguan pertukaran gas
Ulserasi bronchus
Reaksi radang pada
bronchus
Penumpukan sekret
Batuk

Masalah
Bersihkan jalan nafas
inefektif
Gangguan pertukaran gas
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

DS:
-     Kelemahan
DO:
-     Sesak nafas
-     Sianosis
-     Tachycardia

Anoreksia
Intake menurun
Gangguan pemenuhan
nutrisi
Gangguan pertukaran gas
Suplai O2 ke jaringan
menurun
Kelemahan/letih
Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

II. Diagnosa Keperawatan
1.   Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan obstruksi bronchus,
ditandai dengan:
-     Sesak nafas
-     Bunyi nafas mengi
-     Batuk produktif tak efektif
-     Lemah, Gelisah
2.   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan empisema, ditandai dengan:
-     Sesak nafas (dyspneu)
-     Gelisah
-     Sianosis
3.   Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun ditandai
dengan:
-     Anoreksia, disfagia, penurunan BB
-     Kelemahan
-     Demam
-     Batuk
4.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun
ditandai dengan:
-     Kelemahan
-     Sesak nafas
-     Sianosis
-     Tachycardia
III. Intervensi Keperawatan
A. Tujuan
1.   Bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria:
-     Tidak sesak
-     Batuk berkurang/hilang
-     Tidak ada mengi
-     Nyeri dada hilang

-     Tachycardia  berkurang/hilang
-     Tidak gelisah
2.   Pertukaran gas lancar dengan kriteria
-     Sianosis hilang
-     Edema hilang
3.   Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria
-     Nafsu makan meningkat
-     Disfagia hilang
-     Berat badan dapat dipertahankan atau bahkan meningkat
4.   Aktivitas kembali normal dengan kriteria
-     Tidak lemah
-     Sianosis hilang
-     Tidak sesak
B. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas inefektif

Tindakan/Intervensi
Mandiri:
-     Auskultasi dada untuk karakter
bunyi nafas dan adanya sekret
-     Bantu pasien untuk nafas efektif,
batuk efektif dengan posisi
duduk dan menekan daerah dada.
-     Penghisapan bila batuk lemah
-     Kaji nyeri dan kelemahan

Rasional
Pernafasan ronkhi menunjukkan
tertahannya sekret atau obstruksi jalan
nafas.
Posisi duduk memungkinkan ekspansi
paru dan penekanan menguatkan upaya
batuk untuk memobilisasi dan
membuang sampah.
Lebih merangsang terjadinya batuk
efektif
Mendorong pasien untuk nafas efektif
dan nafas lebih dalam untuk mencegah
kegagalan pernafasan.


Kolaborasi:
-     Gunakan oksigen humidifikasi,
berikan cairan tambahan melalui
IV sesuai indikasi
-     Berikan bronchodilator, expectorant
atau analgesik sesuai indikasi
2. Gangguan pertukaran gas
Tindakan/Intervensi
Mandiri:

Memberikan hidrasi maksimal
membantu penghilangan/pengenceran
sekret untuk meningkatkan pengeluaran
Menghilangkan spasme bronchus untuk
memperbaiki aliran udara.
Rasional

-     Auskultasi paru untuk
gerakan udara dan bunyi
nafas tidak normal
-     Selidiki kegelisahan dan
perubahan mental
-     Pertahankan kepatenan jalan
nafas dengan memberikan
posisi duduk terlentang
sampai posisi miring
-     Catat terjadinya demam
Kolaborasi:
-     Berikan oksigen tambahan
-     Awasi atau buat gambaran
GDA nadi oksimetri, catat
kadar Hb.

Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara
pada posisi dada menunjukkan aliran udara
tidak normal pada lobus paru.
Dapat menunjukkan peningkatan hipoksia
atau komplikasi seperti penyimpangan
mediastinal pada pasien tumor paru
Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase
sekret di mana obstruksi jalan nafas
mempengaruhi ventilasi. 
Demam dalam 24 jam pertama, pada tumor
paru terkadang menunjukkan adanya
atelektasis, infeksi atau peningkatan
metastasis.
Memaksimalkan sediaan O2
Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2
dapat menunjukkan kebutuhan untuk
dukungan ventilasi.


3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
Tindakan/Intervensi
Mandiri:
-     Kaji kemampuan pasien
untuk makan, batuk dan
mengatasi sekresi
-     Timbang BB sesuai indikasi
-     Tingkatkan kenyamanan
lingkungan yang baik untuk
sosialisasi saat makan
-     Berikan makan dalam jumlah
kecil dan dalam waktu yang
sering dan teratur
Kolaborasi:
-     Konsultasi dengan ahli gizi
-     Untuk pemberian NGT
4. Intoleransi aktivitas
Tindakan/Intervensi
Mandiri:

Rasional
Faktor ini menentukan pemilihan jenis
makanan sehingga pasien terlindungi dari
aspirasi.
Mengevaluasi keefektifan atau mengubah
kebutuhan pemberian nutrisi
Perbaikan lingkungan dan sosialisasi waktu
makan dapat meningkatkan pemasukan dan
menormalkan fungsi makan.
Meningkatkan proses pencernaan dan
toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan.
Merupakan sumber yang efektif
mengidentifikasi kebutuhan klien
Memungkinkan pasien lebih mudah
diberikan tanpa menimbulkan aspirasi.
Rasional

-     Berikan lingkungan tentang dan
batasi pengunjung selama
perawatan, dorong penggunaan
manajemen stress dan pengalihan
yang cepat.
-     Perhatikan dispneu, peningkatan

Dengan tindakan ini menurunkan stress
dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
Menetapkan kemampuan pasien dan


kelemahan perubahan tanda vital,
tachycardia selama dan setelah
aktivitas.
-     Jelaskan pentingnya istirahat
dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas
dan istirahat
-     Bantu aktivitas perawatan diri.
Berikan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan.
IV. Implementasi

memudahkan pilihan intervensi
Menghemat energi untuk
penyembuhan, pembatasan aktivitas
berdampak positif terhadap pasien
dalam perbaikan kegagalan pernafasan
Menimbulkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai serta pergerakan
otot

Dilaksanakan sesuai dengan intervensi berdasarkan prioritas masalah
V. Evaluasi
Ditentukan berdasarkan pencapaian tujuan dengan keberhasilan kriteria yang
telah ditentukan. 

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Copyright 2012. Makalah Cyber . All rights reserved | Makalah Cyber.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by Makalah Cyber - Zoenk