ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA
Merupakan
penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya
secara mendadak seperti selubung hitam.
Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin
ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana
lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini
biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam
retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini
harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak
dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas
lagi.
Ada 2 tipe ablasio retina :
- Non rhemathogen retina detachmen :
a.
Malignancy hypertensi
b.
Choriodal tumor
c.
Chorioditis
d.
Retinopati
- Rhemathogen retina detachmen :
a.
Trauma
b.
Degenerasi
c.
Kelainan vitreus
Etiologi :
Ablasio retina dapat terjadi secara
spontan atau sekunder setelah trauma,
akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina
(rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina
terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca
(traksi). Penimbunan eksudat terjadi
akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar,
uveitis dan toksemia gravidarum.
Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca
bedah.
Faktor predisposisi :
Mata dengan miopia tinggi, pasca
retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi
diperifer.
Manifestasi klinis :
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti
melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah
yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.
Pemeriksaan penunjang :
Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat
retina yang terangkat berwarna pucat dan adanya retina yang berwarna merah,
sering ditemukan pada daerah temporal superior. Bila bola mata bergerak
terlihat robekan retina bergoyang, terdapat defek aferen pupil tekanan bola
mata rendah. Bila tekanan bila mata meningkat maka terjadi glaukoma neomuskular
pada Ablasi yang lama.
Penatalaksanaan :
Menghindari robekan lebih lanjut dengan
memperhatikan penyebabnya, seperti :Foto koagulasi laser, krioterapi,retinopexy
pneumatic, bila terjadi akibat jaringan parut dilaku kan vitrektomi, scleral
buckling atau injeksi gas intraokuler.
Usaha Pre-operatif :
Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi,
penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest
total). Kepala dan mata tidak boleh
digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu.
Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan
menggunakan obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi
jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan
operasi katarak, operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila
menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100
mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50
mg) dan phenergan (25 mg) IM.
Usaha Post-operatif :
Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala, per-gerakan mata,
obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow –up). Posisi
kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan sewaktu
operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan yang
sangat besar, posisi kepala dan badan
dipertahankan sedikitnya 12 hari.
Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau
diathermi koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata
ditutup selama 48 – 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah
pergerakan matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata
ditutup selama 48 jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum
semua tertutup, maka kedua mata harus ditutup selama 12 – 14 hari, retina
menempel kembali dengan kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena
itu selama periode 3 minggu itu diberikan instruksi sebagai berikut :
-
Jangan membaca.
-
Melihat televisi hanya boleh
dari jarak 3 meter.
-
Mata diusahakan untuk melihat
lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata di tutup.
Obat – obat
:
Selama 24 jam post-operasi diberikan obat
anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg, bila mual muntah berikan obat anti
muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu
diberikan obat-obat, kecuali bila merasa sakit.
Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi
dengan Atropin tetes steril 1 %. Bila
kelopak mata bengkak, diberikan Kortikosteroid lokal disertai babat tindih
(druk verban) dan kompres dingin.
Follow Up:
Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1
minggu, 3 minggu, 6 minggu kemudian tiap 3, 6 dan 12 bulan. Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca
bedah. Visus terlihat kemajuannya setelah
1 tahun pasca bedah.
Prognosis :
90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat
baik tidak akan lepas lagi.
Fokus pengkajian :
-
Klien mengeluh ada bayangan
hitam bergerak
-
Gangguan lapangan pandang
-
Melihat bendan bergerak seperti
tirai
-
Bila mengenai makula visus
sentral sangat menurun
-
Terjadi secar
tiba-tiba/perlahan-lahan
-
Pemeriksaan funduskopi, blade,
tear, hole
-
Diperlukan tindakan
pembedahan/operasi.
Diagnosa perawatan Pre-operasi yang
mungkin terjadi
Perubahan persepsi sensori melihat
berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.
Tujuan :
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang
berlanjut.
Kriteria :
- Klien memahami pentingnya parawatan yang
intensif/bedrest total.
- Klien mampu menjelaskan resiko yang akan
terjadi sehubungan dengan penyakitnya.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Anjurkan klien untuk bedrest total
|
Agar lapisan
saraf yang telepas tidak bertambah parah.
|
Berikan penjelasan tujuan bedrest total
|
Agar klien
mematuhi dan mengerti maksud pemberian /perlakuan bedrest total.
|
Hindari
pergerakan yang mendadak, meng-
hentakkan
kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah
|
Mencegah
bertamabh parahnya lapisan saraf retina yang
terlepas .
|
Jaga kebersihan mata
|
Mencegah
terjadinya infeksi,agar mem permudah pemeriksaan dan tindakan operasi.
|
Berikan obat
tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter.
|
Diharapkan
dengan pembnerian obat-obat
Kondisi
penglihatan dapat dipertahankan/
Dicegah agar
tidak menjadi parah
|
Ansietas yang berhubungan dengan
ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan
berkurang
Kriteria
:
- Klien mampu
menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien
mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi,
prognosisnya (bila dilakukan operasi).
Rencana
Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik
|
Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien
sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
|
Berikan kenyaman dan ketentraman hati
|
Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
|
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit
& progno-sisnya.
|
Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu
dirawat.
|
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
|
Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
|
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
|
Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
menurunkan/mengurangi ansietas.
|
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan.
|
Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai
dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.
|
Resiko
terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubung-an
dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan
yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program
terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit
dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).
Kriteria :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena
ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada
gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
-
Mengungkapkan maksud/tujuan
untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih
dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Rencana Intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata
laksanaan program terapeutik yg efektif.
|
Agar diketahui penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera
diatasi sesuai prioritas.
|
Bangun rasa percaya diri.
|
Agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang
lain tanpa mengganggu program perawatan.
|
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang
positif.
|
Agar klien mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan
yang dianjurkan tanpa mengurangi peran ser-tanya dalam pengobatan/ perawatan
diri-nya.
|
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan
pengobatan/perawatan,efek sam-ping prognosis penyakitnya.
|
Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu
tindakan & perlakuan yang tidak menyenangkan.
|
PENGKAJIAN DATA
Nama Mahasiswa : Subhan
Tempat Praktek : Ruang Mata Tanggal : 11 s/d 13 April 2001
I.
Identitas Klien
Nama :
Ny. I.F
Umur :
39 tahun
TTL : 12 Mei 1962
Jenis kelamin :
Perempuan
Alamat :
Jl.Gubeng kertajaya III /No.3R.
Status perkawinan : Kawin
Agama :
Islam
Suku :
Jawa
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Ibu Rumah tangga
Lama bekerja :
-
MRS :
9 April 2001
Keluarga terdekat : Suami
Pendidikan :
Perguruan tinggi
Pekerjaan :
Pegawai PT.POS Banyuwangi
Alamat :
Banyuwangi.
II. Status Kesehatan Saat
Ini:
1. Alasan kunjungan ke RS. mata kiri mendadak kabur ± 10 hari yang lalu sebelumnya melihat bayangan hitam seperti ombak,
tidak dapat melihat walau jaraknya dekat. Mata kanan kabur sejak 2 tahun yang
lalu.
2. Keluhan utama saat ini: Kedua mata kabur tidak dapat melihat
dengan jelas terutama mata kiri
hanya terlihat bayangan hitam seperti ombak,kilatan cahaya tidak tampak.
- Lama keluhan : Mata kiri ± 10 hari (tiba-tiba)
Mata kanan 2 tahun
yang lalu.
- Timbulnya keluhan: Mata kiri : mendadak.
Mata
kanan : Bertahap
- Faktor yang memperberat: Bila mata mengalami iritasi/kemasukan debu.
- Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: datang kedokter spesialis mata di Banyuwangi dan Surabaya, mendapat obat tetes mata dan obat oral, ke rumah sakit dirujuk oleh dokter yang merawat dengan diantar saudara.
- Diagnosa medik: Mata kiri : Ablasio retina, tanggal 09 April 2001.
Mata kanan: Katarak matur, tanggal 09 April
2001.
III.
Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
1.
Penyakit yang pernah
dialami:
Sejak 2 tahun yang lalu mata kanan kabur ada bintik putih
ditengah-tengah bola mata
2.
Klien tidak mempunyai riwayat
alergi.
3.
Imunisasi lengkap tidak ada
reaksi kecuali demam sewaktu mendapat imunisasi BCG.
4.
Kebiasaan : minum teh pagi
hari.
5.
Obat-obatan : lamanya ± 2 tahun,
minum obat-obat tradisional (jamu) dan resep dari dokter spesialis mata, obat
tetes mata dan obat oral.
6.
Pola nutrisi : makan 3 X sehari, BB= 48 Kg, TB= 158 cm, makan nasi, sayuran,
lauk-pauk dan buah-buahan serta susu, tidak ada pantangan, nafsu makan baik.
7.
Pola eliminasi : BAB= 2 X sehari (pagi/sore), tanpa menggunakan pencahar, warna
kuning, konsistensi lembek. BAK= 2 – 3 X, warna kuning jernih, bau tidak
terlalu menusuk.
8.
Pola tidur dan istirahat : waktu tidur pukul 20.00 Wib – 05.30 Wib (± 7 – 8 jam) sebelum tidur menonton TV sebentar.
9.
Pola aktifitas dan latihan : Memasak,mencuci, bersih-bersih rumah dan kegiatan rumah tangga
lainnya, kegiatan waktu luang diisi bersama keluarga, kesulitan dalam melakukan
pergerakan tubuh, mandi,mengenakan pakaian dan bersolek terutama dalam
berebrapa hari belakangan ini.
10. Pola kerja : sebagai ibu rumah tangga
yang tidak mempunyai jam kerja.
IV. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang
mengalami/mendaerita penyakit seperti
yang diderita klien.
V. Riwayat
lingkungan : lingkungan bersih dan aman bebas dari polusi
VI. Aspek Psikososial :
-
Pola pikir dan persepsi: klien
memakai kaca mata, sering pusing dan tidak bisa melihat dengan jelas pandangan kabur.
Klien sangat memikirkan pelaksanaan operasi dan keadaan matanya juga anak
perempuannya yang hampir selesai sekolahnya klien ingin menyaksikan wisuda
dan pernikahan anaknya nanti. Harapan
klien cepat sem buh dan dioperasi karena tidak bisa melakukan aktifitas seperti
biasanya. Suasana hati cemas dan gelisah, perhatian terfokus pada pelaksanaan
operasi dan keadaan matanya.
-
Hubungan/komunikasi: bicara
jelas, relevan, mampu mengekspresikan dan mengerti orang lain. Klien tingagal
bersama suami dan 2 orang anaknya sedangkan anak tertuanya sekolah diakademi
pariwisata Nusa dua Bali. Adat istiadat yang dianut adalah adat Jawa, pembuat keputusan dalam keluarga ayah
dan ibu setelah itu baru dimusyawarahkan ke anak-anak dan keluarga yang lain,
keuangan memadai.
- Pertahanan koping: pengambil keputusan suami
dan kakak klien, jika stres tidur dan diam, yang dapat dilakukan perawatan agar
klien merasa nyaman dan aman adalah memberikan penjelasan mengenai penyakit
klien dan pelaksanaan operasinya.
- Sistem nilai
kepercayaan: Tuhan YME merupakan sumberkekuatan, setiap minggu mengikuti pengajian tapi mulai jarang
sejak sakit.
VII.
Pengkajian fisik :
Kepala : bentuk simetris,keluhan kadang pusing bila dipaksa untuk
melihat.
Mata:
Mata kanan
Mata kiri
1/300 PI BSA Visus 1/300 PI BSA
14,6 mmHg Tekanan okuli 10,2 mmHg
Spasme (-) Oedema(-)
Palpebra
Sapsme(-), Oedema(-)
CVI(-), PCVI(-)
Konjunctiva
CVI(-), PCVI(-)
Jernih
Kornea
Jernih
Dalam
BMD Dalam
Reguler
Iris
Reguler
2 mm
Pupil
Bulat, VC (+) 3mm
Keruh
Lensa
Jernih
FR (-)
Funduskopi
FR (+) pupil N II Batas tegas,warna normal, retina
blass (+), makula Reff ¯,
eksudat (-), tear be-
lum ditemukan.
Fungsi penglihatan : kabur,terlihat bayangan hitam seperti omnbak,tidak ada rasa sakit. Tanda – tanda radang (-),
pemeriksaan mata terakhir tanggal 09 April 2001
Pada praktek dokter spesialis mata disurabaya,kemudian klien dirujuk
keRS untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Hidung :
tak ada kelainan
Mulut dan tenggorokan : tak ada kelaian
Penapasan
: Batuk (-), RR= 18 X/menit, pola napas baik tidak ada perubahan.
Sirkulasi : Nadi 80 X/menit, distensi vena jugularis tak
ada,suara jantung tamabahan tak ada,pusing kadang-kadang bila dipaksakan
melihat lama.
Nutrisi :
diet biasa, nafsu makan baik,mual-muntah tak ada, intake cairan 1 – 2 liter.
Eliminasi
: tak ada kelainan
Reproduksi : tak ada kelaianan
Neurologis
: Tingkat kesadaran GCS : 456, orientasi baik, bisa mengingat orang, waktu dan tempat.
Muskuloskeletal : Tak ada kelainan
Kulit :
warna putih, integritas baik, turgor baik
Data laboratorium
Tanggal 09 April 2001
Darah lengkap :
Urine lengkap :
- Hb
: 11,5 gr%
- Leukosit 25 /ul (+)
- LED
: 20 mm/l - Eritrosit 25 /ul (+)
- Leuko : 5.100 X 109 /dl - Warna : kining muda
- Thrombosit : 240 X 109 /L - Kekeruhan : Jernih
Kimia darah : Darah puasa : 79 mg/dl
- Bilirubin total 0,49 mg/dl 2 jam PP : 127 mg/dl
- Bilirubin terikat 0,6 mg/dl Kreatinin serum : 0,66 mg/dl
- SGOT : 29 u/l BUN
: 9 mg/dl
- SGPT
: 26 u/l
- Protein total : 7,2 g/dl
- Albumin : 4,1 g/dl
- Glukosa
: 3.2 g/dl
Pengobatan :
Atropin 1 % 2 X 1 tts OS
Analisa Data
T Tanggal
|
Kelompok Data
|
Kemungkinan Penyebab
|
Masalah
|
Diagnosa Keperawatan
|
2/4/211/04/01
2/42 11/04/01
|
DS:Kx.mengeluh mata
Kirinya tidak bisa
Melihat/kabur se-jak 10 hari yang lalu, yg tampak hanya bayangan hitam
spt ombak saja.
DO: VOS 1/300PI BSA
TOS 10,2 mmHg
FdOS = FR (+)
Pupil N II batas
Tegas, retina blass
(+),makula reff ¯,
tear belum ditemu
kan.
DS: kx.terus
menanya
kan kapan pelak
sanaan operasinya
serta keadaan mata
nya.
DO:
Kx.gelisah,selalu
Bertanya,tdk me
nuruti anjuran u/
bedrest total,ber
debar-debar.
|
Lep Lepasnya saraf sensori
retina
.
Ancaman kehilangan peng
lihatan
|
Per Perubahan persepsi sensori melihat
see
Ansietas/
cemas
|
Pe Perubahan persep-si sensori melihat
berhubungan de-ngan efek dari lepasnya saraf senori dari re-tina
An Ansietas yang
berhubungan dengan ancaman
kehilangan penglihatan
|
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
KRITERIA
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
2.
|
Perubahan
persepsi sen sori melihat berhubung-an dengan efek dari le-pasnya saraf
sensori da- ri retina.
Ansietas yang
berhu-bungan dengan anca-man
kehilangan peng-lihatan.
|
Tidak terjadi
ke- hilangan pengli-hatan yang ber-lanjut.
Kecemasan ber
-kurang.
|
-Klien memahami pentingnya pera-watan yang
inten-sif/bedrest total.
-
Klien mampu menjelaskan resi-ko yang akan ter-jadi
sehubungan dengan penyakit-nya.
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan
pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan
yang diberi-kan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi,
pelaksanaan operasi, pasca operasi, progno sisnya (bila di lakukan operasi)
|
1. Anjurkan klien untuk bed rest total.
2. Berikan penjelasan tujuan bed rest total.
3. Hindari pergerakan yang mendadak,
menghentakkan kepala, menyisir, batuk, ber
sin, muntah.
4. Jaga
kebersihan mata.
5. Berikan obat tetes mata. Midriatiksikloplegik & obat oral
sesuai anjuran dokter.
1. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, pa-nik.
2. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati.
3. Berikan penjelasan menge-nai prosedur
perawatan, perjalanan penyakit & prog nosisnya.
4. Berikan/tempatkan alat pe- manggil yang mudah dijang kau oleh
klien.
5. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
6. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan
kecemas an/ ketegangan.
|
Untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan
penanganan/ pemberian askep se-lanjutnya.
Agar klien
mematuhi & mengerti maksud
pemberian/perlakuan
bed rest total.
Mencegah
bertambah parahnya lapisan saraf retina yang terlepas.
Mencegah
terjadinya infeksi, agar memper mudah
pemeriksaan & tindakan operasi.
Diharapkan
dengan pemberian obat-obat an kondisi penglihat-an dapat dipertahan
kan/dicegah
agar ti-dak bertambah parah.
Untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan
penanganan/
pemberian askep
se-lanjutnya.
Agar klien
tidak terla- lu memikirkan penya- kitnya.
Agar klien
mengeta -hui/memahami bahwa ia benar sakit dan per- lu dirawat.
Agar klien
merasa aman dan terlindungi saat memerlukan ban- tuan.
Untuk
mengetahui ca- ra mana yang efektif un-tuk menurunkan /mengurangi ansietas.
Agar klien
dengan senang hati melaku- kan aktivitas karena sesuai dengan keingi -nannya
dan tidak ber -tentangan dengan program perawatan.
|
1. Menganjurkan klien untuk bed rest total,
usahakan tidur ter-lentang.
2. Memberikan pen-jelasan tujuan bed rest total.
3. Menghindari per-gerakan yang men-dadak,
menghen-takkan kepala, me-nyisir, batuk, bersin, muntah.
4. Menjaga kebersih- an mata, ditutup dengan kassa, tidak
boleh menggosok mata.
5. Memberikan obat tetes mata Mid-
riatiksikloplegik & obat oral sesuai an-juran dokter. Atropin tetes 1% 2x1 tetes OS.
1. Mengkaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik, sesuai respon yang
diberikan klien.
2. Memberikan kenya-manan dan ketentra -man
hati.
3. Memberikan penje- lasan mengenai
prosedur perawat -an, perjalanan
pe-nyakit & prognosis nya.
4. Memberikan/tem- patkan alat pemang -gil
yang mudah di -jangkau oleh klien.
5. Menggali intervensi yang dapat menurun-
kan ansietas.
Menanyakan hobi/
kegemaran klien.
6. Memberikan aktivi -tas yang dapat menu
runkan kecemasan/ ketegangan.
Mendengarkan mu- sik/radio.
|
13-4-2001
S:
Klien mengeluh mata kiri nya masih kabur.
O:VOS1/300 PI BSA
TOS10,2 mmHg
FdOS= FR (+)
Pupil N II batas Te- gas, retina blass
(+), makula reff ¯, te-
ar belum ditemu- kan.
A:
Masalah klien belum teratasi.
P:
Rencana tindakan diterus-kan.
I:Melaksana-kan
tindakan yang telah ada.
E:
Mata kiri klien ma -sih kabur VOS:
1/300, persiapan operasi.
13-4-2001
S:
Klien menanyakan rencana ope -rasinya.
O:
Klien terus bertanya tentang rencana operasinya.
A:
Masalah klien be- lum terata-si.
P:
Rencana tindakan diteruskan.
I:Melaksana-kan
tindakan yang telah ada.
E:
Kecemas-
an
klien
berkurang.
|
0 komentar:
Posting Komentar