KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
mengenai Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda ini dengan sebaik –
baiknya.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada saya
sebagai langkah awal untuk pembelajaran saya di mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Semoga dengan diselesaikannya makalah ini dapat
dijadikan sebagai suatu acuan awal bagi saya untuk membuat makalah –
makalah lain dikedepannya.
Makalah ini berisikan tentang Kebangkitan Nasional Indonesia yang
ditandai dengan berdirinya sebuah organisasi yaitu Budi Utomo, dan juga
membahas mengenai Sumpah Pemuda. Meskipun makalah ini dibuat secara
sederhana tapi saya sangat berharap makalah ini dapat memberikan sebuah
wawasan baru bagi yang membaca dan bagi anda yang mempelajarinya.
Demikian makalah ini saya buat dengan sebagaimana semestinya dan semoga dapat bermanfaat.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat
Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini
muncul sekelompok masyarakat indonesia yang menginginkan adanya
perubahan dari masyarakat indonesia yang selama ini dijajah dan ditindas
oleh bangsa lain. Kebagkitan nasional Indonesia ditandai dengan
berdirinya organisasi Budi Utomo. Sedangkan kebangkitan pemuda Indonesia
ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda. Kedua peristiwa itu
merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak sejarah kemerdekaan
negara indonesia.
Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya:
1.Semakin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.
2. Semakin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.
3 .Semakin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.
Dan Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas
Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat
bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit
putih (Eropa). setelah berdirinya Budi Utomo maka bermunculanlah
perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan yang bersifat luas antara lain,
Serikat Dagang Islam tahun 1909, Indische Party tahun 1913. Muhammadiyah
tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun 1926, dan berdiri perkumpulan pemuda
diluar Jawa pada tahun 1918 dan menamakan diri Young Java,Young
Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa dll. Para
pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang
menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat
Nasional. Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI)
sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober 1928
diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah mereka mengadakan pembahasan,
mereka sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika bangsa Indonesia ingin
merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang
terkenal dengan nama SUMPAH PEMUDA yang diikrarkan pada akhir kongres
yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928.
1
Kedua peristiwa ini memang sangat mempengaruhi kebangkitan nasional di
indonesia sehingga sangat bagus jika kita mengetahui latar belakang
kejadian ini dan lebih memahami lagi makna dari kebangkitan nasional
itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah:
1.kebangkitan nasional “ Budi Utomo ’’
2.kebangkitan nasional “ Sumpah Pemuda”
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dengan terselesaikanya makalah ini adalah
agar kita mampu memahami makna Kebangkitan Nasional dan mampu memberikan
tanggapan – tanggapan positif mengenai kebangkitan nasional iti
sendiri. Selain itu diharapkan kita juga mampu memahami makna dari
Sumpah Pemuda dan dapat menggunakan pengetahuan yang didapat dari
pembuatan makalah ini menjadi hal positif bagi kebangkitan pemuda
Indonesia di masa yang akan datang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA “ BUDI UTOMO ”
Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang berdirinya dipelopori
oleh Dr. Suetomo dan didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya
Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan
bagi golongan berpendidikan di daerah jawa. Meskipun sebagai sebuah
organisasi yang menjadi tonggak awal kebangkitan nasional Indonesia
tentunya Budi Utomo memiliki sebuah sejarah yang sangat sederhana dan
alamiah. Bahkan pendeklarasian berdirinya Budi Utomo sangat jauh dari
kesan kemewahan. Budi Utomo lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi
yang sering dilakukan di perpustakaan School Tot Opleiding van
Inlandsche Artsen ( STOVIA ) oleh beberapa mahasiswa, antara lain
Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka
memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan
tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara
memperbaiki para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja)
kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam
praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya
dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan
dan para penguasa Belanda dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
penetrasi sistem kolonialisme Barat yang berbasis pada merkantilisme.
Penderitaan masyarakat, ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan
perilaku pongah dari aparat penguasa kolonial, yang mereka temui di
dalam kehidupan sehari-hari, diserap ke dalam forum diskusi. Di dalam
forum itu mereka membahas dan memahami akar masalah dari kemiskinan,
kebodohan dan ketidak-adilan sebagai bagian tak terpisahkan dari
penetrasi sistem kolonialisme Barat yang berbasis pada merkantilisme.
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan
Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda
yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang
mewujudkan kata “politik” ke dalam tindakan yang nyata. Berkat
pengaruhnyalah pengertian mengenai “tanah air Indonesia” makin lama
makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka
muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes
Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan
terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya “tanah air”
(Indonesia) adalah di atas segala-galanya.Pada masa itu pula muncul
Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan
bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang
Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama,
nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam,
yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya
tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini
ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam
itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang.
Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam
dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum
berpengalaman.Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut,
makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa
kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda
hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan
uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut
melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat
marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki
Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel “Als ik Nederlander was”
(Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu
sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang
menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes
Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia
Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil
sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.Agak
berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan
kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah
manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang
Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa “nasionalisme Indonesia”
tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan
demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa,
Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk
mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian
pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi
hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi
anggota.Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan
segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam,
nasionalisme “Indonesia” ada dan merupakan unsur yang paling penting.
Kelahiran Boedi Oetomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan semangat
perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi berdirinya berbagai
organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat kedaerahan,
politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, maupun kepemu-daan.
Pada gelombang berikutnya, muncul sejumlah organisasi seperti Sarekat
islam, dan berbagai organisasi lainnya. Hal ini mewarnai awal
kebangkitan nasional, dan mencapai puncaknya pada tahun 1928, dengan
bersatunya berbagai kelompok organisasi—khususnya organisasi
kepemudaan—untuk mewujudkan suatu gerakan kebang-saan yang sejati,
melalui Sumpah Pemuda : satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa –
Indonesia!
Gerakan kaum muda tahun 1908 dan tahun 1928, menandai tonggak-tonggak
awal gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Sejak itu, nasionalisme
Indonesia terus berkembang, terus menjalar, dan terus berkobar di
seluruh penjuru tanah air.
2.2SUMPAH PEMUDA
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu
pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air,
satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28
Oktober 1928 dan merupakan hasil rumusan dari Kongres Pemuda II
Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari
Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh
organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).Rapat pertama,
Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB),
Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPI
Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat
persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian
Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia
yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop,
membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi
Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan
kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan
di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rapat ketiga atau rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di
Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan
demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan mengemukakan,
gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri,
hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Rapat ini beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres
tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong
Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten
Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee
Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah
Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku
Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang
Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku
Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa
Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia,
Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan
lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh
W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada
tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks
yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat
dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda
tetap terus menyanyikannya. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah
oleh peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil
kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai
Sumpah Setia.
6
BAB III
PENUTUP
Pahit getirnya perjuangan bangsa Indonesia jauh sebelum 1908 mencatat
begitu banyak kenangan berharga dan begitu banyak kenangan yang
mengharukan, semua ini membangkitkan kebanggaan pada kita semua selaku
generasi penerus dan tempat kita bercermin, tentang apa yang akan kita
perbuat pada masa yang akan datang.Dalam kaitan itulah kita perlu
merenungkan kembali makna hari Kebangkitan Nasional. Awal kebangkitan
Nasional bukanlah terjadi dengan sendirinya tetapi berawal dari rasa
keprihatinan terhadap kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, ini
disebabkan dari politik kolonial Belanda pada waktu itu, mereka banyak
mengambil keuntungan dari bumi pertiwi ini, Belanda menelantarkan
pendidikan Bangsa Indonesia, rakyat dibiarkan bodoh, melarat dan
menderita.Awal kebangkitan Nasional disebabkan beberapa faktor, baik
dari dalam negeri maupun luar Negeri, antara lain faktor dalam negeri :
1.Makin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu.
2.Makin mengingkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka.
3.Makin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia.
Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas Rusia
tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat bahwa
bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit putih
(Eropa).
Pada tanggal 20 Mei 1908 , atas prakarsa Dr.Wahidin S dan para Pemuda
Stovia, seperti Sutomo, Gunawan, Suradji dan Suwardi Suryaningrat
mengadakan rapat pertama di Jakarta, dan berhasil mendirikan perkumpulan
yang diberi nama Budi Utomo yang berarti Kebaikan yang diutamakan.
Organisasi Budi utomo adalah sebuah organisasi politik yang modern yang
pertama didirikan di Indonesia yang memuliki suatu tujuan yang sangat
hebat dan memiliki pengaruh yang amat dahsyat bagi berdirinya negara
indonesia terutama bagi kebangkitan nasional Indonesia yang telah lama
terpurukdalam ketidakberdayaanya akibat dijajah dan ditindas oleh negara
Jepang maupun Belanda. Organisasi Budi Utomo juga sangat membela
kepentingan rakyat dan berjuang demi mendapatkan keadilan bagi
masyarakat indonesia.
Disinilah titik awal berdirinya perkumpulan-perkumpulan yang menjurus
kepada sifat Nasionalisme dan Patriotisme, karena setelah berdirinya
Boedi Oetomo maka bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan
yang bersifat luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909,
Indische Party tahun 1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun
1926, dan berdiri perkumpula pemuda diluar Jawa pada tahun 1918 dan
menamakan diri Young Java,Young Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young
Batak,Pemuda Betawa dll.
Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926
yang menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat
Nasional. Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI)
sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober 1928
diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah mereka mengadakan pembahasan,
mereka sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika bangsa Indonesia ingin
merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang
terkenal dengan nama SUMPAH PEMUDA yang diikrarkan pada akhir kongres
yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi : ” Kami putra dan
putri Indonesia mengaku:
- Bertanah air satu tanah Indonesia
- Berbangsa satu bangsa Indonesia
- Berbahasa satu bahasa Indonesia
Dan ternyata sumpah pemuda itu mendapat sambutan yang sangat positip
dari segenap lapisan masyarakat, terutama dari golongan intelektual.
Sebagai pengaruh dari sumpah pemuda itulah yang menimbulkan motifasi
semangat untuk merdeka dan lepas dari belenggu penjajahan Belanda.
Sejak itu pulalah timbul tokoh-tokoh pemuda antara lain, Mr.Moh.Yamin,
Drs. Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Ir Soekarno, Ali Sostroamidjojo,
Mr.Sjarifuddin, Nasir Datuk Pamuntjak , Moh.Natsir, Mr.Moh.Room dll.
Kolonial Belanda mulai menangkapi pemimpin-pemimpin organisasi
kepemudaan itu yang dinilai vocal antara lain. Ir.Soekarno.
Drs.Moh.Hatta, Sutan Syahrir, Dr.Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar
Dewantoro dan banyak lagi pemimpin organisasi yang ditangkapi, dibuang
dan diasingkasn dari rakyatnya. Akan tetapi semangat untuk merdeka tidak
pernah padam dan malah bertambah subur berkat sumpah pemuda itu.
Pada gilirannya kelak mereka-mereka inilah yang memberi nafas, jiwa dan
semangat untuk mencetuskan proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tampak
mewarnai kehidupan sosial, badaya, politik dan bahkan ekonomi bangsa
Indonesia. Sehingga pada periode reformasi sekarang ini diharapkan
nafas, jiwa dan semangat para pendahulu kita itu juga turut memberi
corak pada tata kehidupan kita sebagai bangsa yang berdaulat. Yang kita
hadapi sekarang bukan lagi kolonial Belanda, ataupun Jepang tetapi
tantangan kelanjutan dari pembangunan Nasional menuju masyarakat adil
dan sejahtera yang memerlukan watak Nasionalisme dan patriotisme juga
guna memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Serta mampu
menciptakan bangsa Indonesia yang benar – benar bangkit dari
keterpurukan moral, ekonomi, sosial serta budaya pada saat sekarang ini.
9
Daftar Pustaka
Merenungkan Makna Hari Kebangkitan Nasional, February 20, 2008. just another WordPress.com weblog
indospot.blogspot.com/.../pemaknaan-baru-kebangkitan-nasional.htm
www.lontar.ui.ac.id/file
http://www.gudangmateri.com/2010/04/boedi-utomo-dan-kebangkitan-nasional.html
http://organisasi.org/komunitas dan perpustakaan online Indonesia
@ hostemple.com
ARIANDA TANJUNG,WASPADA ONLINE. Thursday, 29 October 2009 04:04
www.wikipedia.com
Marwati Djoened Poesponegoro, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia, Jilid
VI. Balai Pustaka. Jakarta.
Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908 – 1945. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Matroji, 2000, IPS Sejarah untuk SLTP kelas 2, Jakarta : Erlangga
Senin, 19 November 2012
makalah PKN Kebangkitan Nasional Budi Utomo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
~x(
Posting Komentar