BAB I
PENDAHULUAN
Sel-sel otot, seperti juga neuron, dapat dirangsang
secara kimmiawi, listrik dan mekanik untuk membangkitkan potensi aksi yang
dihantarkan sepanjang membrane sel. Berbeda dengan neuron, otot memiliki
mekanisme kontraktil yang digiatkan oleh potensial aksi. Protein kontraktil
aktin dan miosin, yang menghasilkan kontraksi, terdapat dalam jumlah yang
sangat banyak di otot. Namun, protein kontraktil juga ditemukan hamper disemua
sel tubuh. Miosin adalah salah satu penggerak molekuler yang mengubah hasil
energi hidrolisis ATP menjadi gerakan suatu komponen seluler di sepanjang
komponen lainnya.
Otot dibagi atas tiga jenis yaitu otot rangka, otot
jantung, dan otot polos meskipun otot polos bukan satu kategori tunggal
homogen. Otot rangka merupakan masa yang besar yang menyusun jaringan otot
somatik. Gambaran garis lintang sangat jelas, tidak berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari
saraf, tidak ada hubungan anatomik dan fungsional antara sel-selnya, dan secara
umum dikendalikan oleh kehendak (Volunter). Otot jantung juga berpola garis
lintang, tetapi membentuk sinsitium fungsional. Dapat berkontraksi ritmis
walaupun tanpa persarafan eksternal, karena adaanya sel-sel picu di miokardium
yang men cetuskan impuls spontan. Otot polos tidak memperlihatkan gambaran
garis lintang. Jenis seperti ini, ditemukan hamper di semua alat visera yang
berongga, membentuk sinsitium fungsional dan memiliki sel-sel pemicu yang
melepaskan impuls tidak teratur. Jenis yang ada di mata dan beberapa tempat
lainnya, tidak mempunyai kegiatan spontan dan menyerupai otot rangka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN OTOT
Otot adalah alat gerak aktif, karena kemampuan berkontraksi. Otot
memendek jika berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi. Kontraksi
otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot
terjadi jika sedang beristirahat. Dengan demikian oto meiliki 3 karakter:
a.
Kontraksibilitas
Yaitu kemampuan otot untuk memendek
dan menjadi lebih pendek dari ukuran semula, hal ini terjadi jika otot sedang
melakukan kegiatan.
b.
Ekstensibilitas
Yaitu kemampuan otot untuk memanjang
dan lebih panjang dari ukuran semula.
c.
Elastisitas
Yaitu kemampuan otot untuk kembali
pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, filament aktin dan
filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua
filamen ini menyusun myofibril.
Miofibril menyusun serabut otot, dan serabut otot-serabut otot menyusun satu
otot.
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja, dan lokasinya dalam
tubuh, otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot
jantung.
a.
Otot Lurik
Otot lurik disebut
juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja dibawah kesadaran.
Pada otot lurik fibril-fibrilnya mempunyai jalur melintang gelap (anisotrop)
dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-seling. Sel-selnya berbentuk
silindris dan memepunyai banyak inti.
Otot lurik dapat
berkonsentrasi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali-kali. Otot
lurik ini mempunyai kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia propria.
Kumpulan serabut otot yang di bungkus oleh selaput fasia superfasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan
terdiri dari bagian:
1.
Ventrikel (empal)
Merupakan bagian tengah yang
menggembung.
2.
Urat otot (tendon)
Merupakan kedua ujung yang mengecil.
Tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat. Berdasarkan cara
meletakan pada tulang dibedakan menjadi:
a.
Origo
Merupakan tendon yang melekat pada
tulang yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot
berkontraksi.
b.
Insersio
Merupakan tendon yang melekat pada
tuklang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
Otot yang dilatih terus
menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, contohnya pada binaragawan.
Sebaliknya kalau otot tidak digunakan (tidak ada aktifitas) akan menjadi kisut
atau mengalamiatrofi.
b.
Otot Polos
Otot polos disebut
juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot visceral). Otot polos tersusun
dari sel-sel yang berbentuk kumparan halus. Masing-masing sel memeiliki satu
inti yang terletak ditengah. Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak,
tetapi dipersrafi oleh saraf autonom. Otot polos terdapat di alat-alat dalam
tubuh misalnya:
1.
Dinding saluran pencernaan
2.
Saluran-saluran pernafasan
3.
Pembuluh darah
4.
Saluran kencing dan kelamin
c.
Otot Jantung
Otot Jantung
mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik. Hanya saja serabut-serabutnya
bercabang-cabang dan saling beranyaman serta di sarafi oleh saraf otonom. Letak
inti sel ditengah. Dengan demikian, otot jantung seperti otot lurik yang
bekerja tidak menurut kehendak.
B.
JENIS-JENIS KONTRAKSI
Kontraksi otot melibatkan puemendekan unsure otot kontraktil. Tetapi
karena otot mempunyai unsure elastic dan kental dalam rangkaian mekanisme
kontraktil maka kontraksi timbul tanpa suatu penurunan yang layak dalam panjang
ke seluruh otot. Kontraksi yang demikian disebut Isometrik (panjang ukuran
sama) kontraksi melawan beban tetap dengan pendekatan ujung otot dinamakan
Isotonik (tegangan sama).
Tegangan yang ditimbulkan oleh otot yang berkontrasi isometrik
(tegangan total) dan tegangan pasif yang di timbulkan oleh otot yang tidak
terangsang bervariasi sesuai dengan panjang serabut otot. Hubungan inin dapat
di teliti dalam preparat otot rangka. Panjang otot dapat bervariasi menurut
perubahan jarak diantara dua perlengketan dan pada saat setiap panjang dan
tegangan pasif diukur kemudian otot terangsang secara listrik dan tegangan
total diukur. Perbedaan antara dua nilai panjang merupakan jumlah tegangan yang
sebenarnya yang dihasilkan oleh proses kontraktil tegangan aktif.
Sifat lontraksi otot dapat diperlihatkan secara kusus dengan
menimbulkan suatu kedutan otot dengan cara memeberikan rangsangan listrik
secara tiba-tiba pada saraf ke otot atau dengan melewatkan rangsangan listrik
singkat diseluruh otot itu sendiri. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi
tunggal yang mendadak berlangsung kurang dari satu detik.
a.
Kontraksi Isometrik
Kontraksi dimana gerakan tidak
terjadi,karena beban pada otot melebihi ketegangan yang dihasilkan oleh
kontraksi otot. Hal ini terjadi ketika otot mencoba untuk mendorong atau
menarik objek bergerak.
b.
Kontraksi Isotonik
Kontraksi dimana gerakan tidak
terjadi,karena ketegangan yang dihasilkan oleh otot berkontraksi melebihi beban
pada otot. hal ini terjadi ketika anda menggunakan otot anda untuk berhasil
mendorong atau menarik objek. Kontraksi Isotonnik dibagi menjadi dua jenis:
1.
Kontraksi Konsentrik
Kontraksi dimana otot menurun panjang
(lebih pendek) terhadap suatu beban lawan,seperti angkat berat.
2.
Kontraksi Eksentrik
Kontraksi dimana otot meningkat
panjang (memperpanjang) karena menolak beban.seperti menurunkan berat badan.
C.
KENDALI SARAF PADA KONTRAKSI
OTOT RANGKA
1.
Setiap serabut otot menerima
satu ujung neuron motorik isomatik. Sel saraf pada medulla spinalis yang
mentransmisi impuls ke otot rangka.
2.
Ujung saraf motorik, disebut
akson atau serabut saraf, menjalar dengan sejumlah serabut serupa dari neuron
motorik lain dalam sebuah saraf.
a.
Serabut akson tunggal terbagi
menjadi sejumlah percabangan yang memebentuk sambungan (junction) neuromuscular
khusus dengan serabut otot rangka.
b.
Setiap terminal akson berada
dalam indentasi penuh berisi cairan (celah sinaptik) pada sarkolema, yang
kemudian membentuk lipatan.
3.
Lempeng ujung motorik merupak
sambungan sebuah cabang akson saraf dan serabut otot rangka yang tidak
berdekatan.
4.
Unit motorik adalah salah satu
neuron motorik (serta cabang-cabangnya) serta semua serabut otot yang
terinervasi didalamnya.
a.
Satu unit motorik dapat terdiri
dari dua atau tiga serabut otot saja atau biasa lebih dari seribu serabut dalam
beberapa otot besar.
b.
Semakin sedikit jumlah serabut
otot yang terinervasi sebuah neuron semakin
akurat gerakan yang dihasilkan.
1)
Otot yang digunakan untuk
menulis sebagai contoh memiliki serabut otot yang lebih sedikit dalam unit
motoriknya.
2)
Otot postural besar yang
menopang tubuh mungkin memiliki sekitar 800 serabut otot atau unit motorik.
5.
Terminal akson (terminal
bouton)mengandung mitokondria dan banyak vesikel sinaptik kecil. Jika impuls
saraf mencapai terminal akson, vasikel sinaptik melepas zat transmiter
asetilkolin (Ach).
a.
Ach berdifusi menyeberangi
celah sinaptik untuk berikatan dengan reseptor pada lipatan sarkolema. Hal ini
menyebabkan perubahan yang tiba-tiba pada permeabilitas membrane otot terhadap
ion natrium dan kalium dan mengakibatkan arus balik pada polarisasi (potensial
listrik) membrane.
b.
Aliran impuls listrik
(depolarisasi) menyebar kedalam serabut otot karena kerja tubulus ke reticulum
sarkoplasma.
c.
Retikulum sarkoplasma kemudian
melepas cadangam ion kalsium ke sekitar filamen tebal dan tipis yang bertumpang
tindih. Hal ini mengakibatkan interdigitasi aktin dan miosin serta pemendekan
sarkomer.
d.
Rangkaian kejadian ini disebut
rangkaian eksitasikontraksi.
6.
Jika impuls saraf terhenti,
maka depolarisasi membrane selesai, ion kalsium ditankap kembali oleh retikulum
sarkoplasma, dan proses kontrakasi berhenti.
7.
ACh berhubungan dengan
sarkolema hanya selama beberapa detik. Zt ini hamper secara langsung dipecah
oleh enzim kolinestarase yang dilepas dari lipatan sarkolema. Pemecahn ACH
seperti ini penting untuk membatasi durasi kontraksi dan memungkinkan
terjadinya kontraksi berulang.
8.
Otot rangka juga mengandung
banyak ujung saraf sensorik.
D.
MEKANISME GERAK OTOT
Hansen dan Huxly (1955) mengemukakan teori kontraksi otot yang
disebut model sliding filaments yaitu bahwa kontraksi didasrkan adanya dua set
filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filament aktin dan filament miosin.
Rangsangan yang diterima oleh asetil kolin menyebabkan
aptomiosin mengerut (kontraksi).
Kontraksi ini memerlukan energi. Pada waktu kontraksi, filament aktin meluncur
diantara miosin kedalam zona H (zona H adalah bagian terang diantara dua pita
gelap) dengan demikian serabut otot memendek, yang tetap panjangnya adalah pita
A (pita gelap) Sedangkan pita I (pita terang) dan zona H bertambah pendek waktu
kontraksi.
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya
menjadi ADP, beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke
miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi btinggi. Miosin yang berenergi
tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan kusus pada aktin
memebentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan
ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah. Pada saat inilah terjadi
relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung miosin menjadi miosin
ekor.
Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul
baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus itu berulang lagi.
E.
REFLEKS
Adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
segera setelah adanya rangsang. Pada manusia terjadi melalui reflex arc. Gerak reflex dapat digunakan pada
pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau pemfungsian dari system
saraf pusat dan saraf tepi. Gerak reflex dapat dilatih misalnya pengulangan
dari gerakn motorik pada latihan olah raga atau pengaitan dari rangsang oleh
reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal. Gerak merupakan pola koordinasi
yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang
terjadi tanpa dissadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui
jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensorik, dibawa ke otak untuk
selanjutnya di olah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa
tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan
oleh efektor.
Gerak reflex bergerak sangat cepat dan tanggapan terjadi secara
otmatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan control daro otak. Jadio dapat
dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa di sadari
terlebih dahulu. Contoh gerak reflex misalnya berkedip, bersin, atu batuk. Pada
gerak reflex impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensorik ke pusat
saraf, diterima oleh set sarad penghubung (asosiasi) tanpa diolah didalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk dissampaikan ke efektor, yaitu
otot atau kelenjar. Jalan pintas ini dapat disebut lengkung reflex. Gerak
reflex dapat dibedakan atas reflex otak bila saraf penhubung (asosiasi) berada
didalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan reflex sum-sum tulang belakang bila set saraf penghubung berada didalam
sumsum tulang belakang misalnya reflex paada lutut.
BAB
III
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar