KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah Ekologi Hewan yaitu tentang
“Hewan dan Lingkungan” ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Ekologi Hewan yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat
makalah ini sebagai pedoman, acuan, dan sumber belajar.
Akhir kata, Penyusun menyadari bahwa masih
terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang
kurang tepat dalam makalah ini, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.
Pancor,11 Desember 2011
Penulis
DAFATAR ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Batasan
Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Lingkungan Bagi Hewan
Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
B.
Hewan Sebagai Organisme Heterotrof
C.
Hewan Ektotermi atau Poikilotermi
D.
Hewan Endotermi atau Homeotermi
E.
Hewan dan Lingkungan Biotik
F.
Hewan dan Lingkungan Abiotik
G.
Kisaran Toleransi
dan Faktor Pembatas serta Terapannya
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lingkungan bagi hewan adalah
semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya dandapat
mempengaruhinya. Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan
sebagai konsumen, sedangkan tumbuhan
sebagai produsen. Hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof.
Setiap organisme di muka bumi
menempati habitatnya masing-masing. Dalam suatuhabitat terdapat lebih dari satu
jenis organisme dan semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu
dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan
berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta
mikroorganisme lainnya. Interaksi
tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar
komunitas.
Setiap organisme harus mampu
beradaptasi untuk menghadapi kondisi faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran
faktor abiotik yang seluas-luasnya. Pada
prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu
terhadapsemua semua faktor lingkungan.
B.
Batasan Masalah
Ø Pengertian Lingkungan Bagi Hewan Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
Ø
Hewan Sebagai Organisme
Heterotrof
Ø
Hewan Ektotermi atau
poikilotermi
Ø
Hewan Endotermi atau homeotermi
Ø
Hewan dan Lingkungan Biotik
Ø Hewan dan Lingkungan Abiotik
Ø Kisaran
Toleransi dan Faktor
Pembatas serta Terapannya
BAB II
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
A. Pengertian Lingkungan Bagi Hewan
Sebagai Kondisi Dan Sumber Daya
Lingkungan bagi hewan adalah
semua faktor biotic dan abiotik yang ada di sekitarnya dandapat
mempengaruhinya. Hewan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak dalamsuatu
lingkungan yang menyediakan kondisi dan sumberdaya serta terhindar dari faktor-faktor yang membahayakan.Begon (1996), membedakan faktor
lingkungan bagi hewan ada 2 kategori,yaitu;Kondisi dan Sumberdaya.
Kondisi adalah faktor-faktor lingkungan abiotik yangkeadaannya
berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.Hewan bereaksi
terhadap kondisi lingkungan, yang berupa perubahan-perubahanmorfologi, fisiologi dan
tingkah laku. Kondisi lingkungan antara lain berupa.; temperature,kelembaban,
Ph, salinitas, arus air, angina, tekanan, zat-zat organic
dan anorganik.
Sumberdaya
adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh organisme, yang dapatdibedakan atas materi, energi dan ruang. Sumberdaya
digunakan untuk menunjukkan suatufaktor abiotik maupun
biotikyang diperlukan oleh hewan, karena tersedianya di lingkungan berkurang apabila telah dimanfaatkan oleh hewan. Setiap hewan
akan bervariasi menurut ruang (tempat) dan waktu.
Oleh karena itu setiap hewan senantiasa berusaha untuk selaludapat beradaptasi
terhadap setiap perubahan lingkungan tersebut. Dalam penyesuaian diritersebut hanya hewan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan yang dapat bertahanhidup, sementtara yang tidak mampu beradaptasi
akan mati atau beremigrasi bahkan akan punah.Perubahan lingkungan terhadap
waktu, secara garis besarnya terdiri atas 3, yaitu;
a)
Perubahan Siklik, perubahan yang terjadinya
berulang-ulang secaraberirama, seperti malam dan siang, laut pasang dan
surut, kemarau danpenghujan, dll.
Perubahan siklik dapat berskala harian, bulanan, musiman,tahunan
b)
Perubahan Terarah , suatu perubahan yang terjadi
berangsur-angsur,terus
menerus dan progresif dan menuju ke suatu arah tertentu. Prosesnya bisalama. Contohnya mendangkalnya danau Limboto di Gorontalo
c)
Perubahan Eratik,,suatu perubahan yang
tidak berpola dan tidakmenunjukkan
arah perubahannya. Contohnya; pengendapan Lumpur Lapindo diJawa Timur (Ponorogo), kebakaran hutan,
letusan gunung berapi dan lain-lain.
B. Hewan Sebagai Organisme Heterotrof
Dalam konsep rantai makanan, hewan ditempatkan sebagai konsumen,
sedangkan tumbuhan
sebagai produsen. Hal ini karena hewan tidak dapat mensintesis makanannya
sendiri dari bahan anorganik di lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhannyaakan
bahan – bahan organik berenergi tinggi guna menyediakan energi untuk aktivitas
hidup dan menyediakan bahan – bahan untuk membangun tubuhnya, hewan mengambil
bahan organik dari makhluk hidup lain, baik tumbuhan atau hewan lain. Karena
itulah hewan disebut sebagai makhluk hidup yang heterotrof, sebagai lawan dari
tumbuhan yang bersifat autotrof atau dapat mensintesis makanannya sendiri yang
berupa bahan organik dengan cara melakukan fotosintesis.
Dalam dunia hewan dapat dibedakan 3 macam nutrisi heterotrof yaitu :
1.
Tipe nutrisi holozoik. Dalam tipe makanan ini baik yang
berupa tumbuhan atau jenis hewan lain, pertama – tama harus dicari dan
didapatkan dahulu, baru kemudian dimakan sertaselanjutnya dicerna sebelum dapat
diabsorpsi dan dimanfaatkan oleh sel – sel tubuh hewan itu. Untuk mencari dan
mendapatkan makanan diperlukan peranan berbagai struktur indera, saraf serta
mekanisme otot. Selanjutnya, untuk mengubah substansi makanan itu kedalam
bentuk yang dapat diabsorpsi, diperlukan juga mekanisme dari sistem pencernaan.
2.
Tipe nutrisi saprozoik. Dijumpai pada berbagai hewan
protozoa, yang memperoleh nutrien – nutrien organik yang diperlukan dari
organisme – organisme yang telah mati, membusuk, dan telah terurai. Nutrien –
nutrien tersebut diabsorpsi melalui membran sel dalam bentuk molekul – molekul
terlarut.
3.
Tipe nutrisi parasitik. Dijumpai pada hewan – hewan
parasit. Hewan – hewan ini mencerna partikel – partikel padat dari tubuh
organisme inangnya atau secara langsung mengabsorpsi molekul – molekul organik
dari cairan atau jaringan tubuh inangnya. Sebagai contoh dari fenomena ini
adalah berbagai jenis cacing parasit pada tubuh hewan atau manusia, misalnya
cacing hati di dalam hati, cacing pita dan cacing perut di dalam usus.
Dengan dasar yang
lain, yakni ukuran hewan yang menentukan cara makannya, hewan heterotrof
dikelompokkan menjadi makrokonsumen dan mikrokonsumen.
1.
Makrokonsumen disebut juga sebagai fagotrof, yakni
kelompok hewan yang mengambil bahan organik dari makhluk hidup lain dengan cara
memakan, misalnya kuda, kambing, harimau, ikan dan sebagainya.
2.
Mikrokonsumen adalah kelompok hewan yang mengambil
makanannya dengan cara menguraikan jaringan dan mengabsorpsi bahan organiknya.
Termasuk kelompok ini adalah saprofot atau pengurai atau osmotrof, termasuk
juga parasit. Sebagai contoh adalah cacing parasit dan serangga pengurai di
tanah.
C. Hewan Ektotermi atau poikilotermi
Hewan ektotermi adalah hewan yang
untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari
lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya
berubah – ubah sesuai dengan perubahan suhu lingkungan disebut hewan
poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut hewan berdarah dingin. Dikatakan
berdarah dingin karena rata – rata suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh
hewan homeotermi. Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi, yaitu
mulai dari golongan protozoa sampai reptil, aves dan mamalia merupakan hewan –
hewan homeotermi. Ini berarti bahwa hewan – hewan tersebut panas tubuhnya sangat bergantung pada sumber
panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan – hewan
ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu
lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras (konfermer).
Ada
kondisi suhu lingkungan yang ekstrim rendah di bawah batas ambang toleransinya,
hewan ektoterm mati. Hal ini karena praktis enzim tidak aktif bekerja, sehingga
metabolisme berhenti. Pada suhu yang masih ditolelir, yang lebih rendah dari
suhu optimumnya, laju metabolisme tubuhnya dan segala aktivitasnya pun rendah.
Akibatnya gerakan hewan tersebut menjadi sangat lamban, sehingga akan mudah
bagi predator untuk menangkapnya.
Sebenarnya hewan – hewan ektotermi berkemampuan juga untuk mengatur suhu
tubuhnya, namun daya mengaturnya san gat terbatas dan tidak fisiologis sifatnya
melainkan secara perilaku. Apabila suhu lingkungan terlalu panas, hewan
ektoterm akan berlindung di tempat – tempat teduh, bila suhu lingkungan turun
hewan tersebut akan berjemur di panas matahari atau berdiam diri ditempat –
tempat yang memberikan kehangatan baginya.
D. Hewan Endotermi atau homeotermi
Hewan endotermi adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas
dari dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya
golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan
ini disebut juga sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan –
hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada
kisaran suhu optimumnya.
Hewan – hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah –
ubah , suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan – hewan ini mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi
panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi).
Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas melalui mekanisme
metabolisme ini dikarenakan hewan – hewan homeotermi memiliki organ sebagai
pusat pengaturnya, yakni otak khususnyahipotalamus sebagai thermostat atau
pusat pengatur suhu tubuh. Suhu konstan untuk tubuh hewan – hewan homeotermi
biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena kemampuannya mengatur
suhu tubuh sehingga selalu konstan,maka kelompok ini disebut hewan regulator.
E.
Hewan dan Lingkungan Biotik
Setiap organisme di muka bumi
menempati habitatnya masing-masing. Dalam suatuhabitat terdapat lebih dari satu
jenis organisme dan semuanya berada dalam satu komunitas.Komunitas menyatu
dengan lingkungan abiotik dan membentuk suatu ekosistem. Dalamekosistem hewan
berinteraksi dengan lingkungan biotic , yaitu hewan lain, tumbuhan serta
mikroorganisme lainnya. Interaksi
tersebut dapat terjadi antar individu, antar populasi danantar
komunitas. Interaksi tersebut merupakan fungsi ekologis dari suatu ekosistem.Interaksi antara individu dapat terjadi antar individu
dalam suatu populasi atau berbeda populasi. Misalnya interaksi ayam jantan
dengan pejantan lainnya untuk memperebutkan territorial, antarseekor
kucing dengan tikus. Interaksi populasi terjadi antar kelompok hewan dari
suatu jenis organisme dengan kelompok lain yang berbeda jenis organisme.
Misalnya sekelompok
harimau berburu sekelompok rusa di padangrumput.Interaksi
antar komunitas terjadi antar kelompok-kelompo singa, kerbau, bison dan bantengdi satu pihak dengan rumput dan semak-semak di
pihak lain ketika hewan itu merumputdi padang rumput. Hubungan antar hewan dengan lingkungan biotiknya
terjadi antar organisme
yang hidup terpisah dengan organisme yang hidup bersama.Faktor-faktor biotic
yang mempengaruhi kehidupan
hewan adalah sebagai berikut:
Ø
Komunitas
Komunitas
(biocenose) adalah beberapa jenis organisme yang merupakan bagian dari
jenisekologis tertentu yang disebut ekosistem unit ekologis, yaitu suatu satuan
lingkungan hidupyang di dalamnya terdapat bermacam-macam makhluk hidup
(tumbuhan, hewan danmikroorganisme) dan antar
sesamanya dan lingkungan di sekitarnya (abiotik) membntuk hubungan timbale balik yang salingmempengaruhi.
Ø
Ekosistem
Ekosistem
adalah suatu unit lingkungan hidup yang di dalamnya terdapat hubunganyangfungsional antar sesame makhluk hidup dan
antar makhluk hidup dengan komponenlingkungan abiotik. Hubungan fungsional dalam ekosistem adalah
proses-proses yangmelibatkan seluruh komponen biotic dan abiotik untukm
mengelola sumberdaya yang masuk dalam ekosistem. Sumberdaya tersebut
adalah sesuatu yang digunakan oleh o0rganismeuntuk
kehidupannya, yaitu energi, cahaya dan unsure-unsur nutrisi.Interaksi
antar komponen di dalam ekosistem menentukan pertumbuhan populasi setiaporganisme dan berpengaruh terhadap perubahan serta
perkembangan struktur komunitas biotic.
Ø
Produsen
Produsen
terdiri dari organisme autotrof, yaitu organisme yang dapat menyusun
bahanorganic dari bahan organic sebagai
bahan makanannya. Penyusunan bahan organic itu berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan energi yang diperlukan untuk aktivitasmetabolisme dan
aktivitas hidup lainnya. Organisme autotrof adalah; sebagian besar adalah
organisme berklorofil, yang sebagian
besar terdiri dari tumbuhan hijau dan sebagian kecil berupa
bakteri.
Ø
Konsumen
Konsumen
adalh komponen biotic yang terdiri dari organisme heterotrof, yaitu organismeyang tidak dapat memanfaatkan energi secara
langsung untuk memenhuhi kebutuhanenerginya. Organisme heterotrof sebagai
organisme yang tidak dapat menyusun bahanorganic dari bahan anorganik. Energi
kimia dan bahan organic yang diperlukan dipenuhidengan cara mengkonsumsi energi kimia dan bahan organic
yang diproduksi oleh tumbuhanhijau (produsen).Organisme yang tergolong konsumen
adalah;
Ø
Herbivore
yaitu
memakan tumbuhan.Misalnya sapi, kuda, kambing, kerbau, kupu-kupu,
belalang dan siput.
Ø
Karnivor
Adalah hewan pemakan hewan lain baik
herbivore maupn sesame karnivor. Karnivor
pada umumnyaadalah hewan buas (harimau, singa, ular),
dan hewan pemakan bangkai (komodo, burunghantu, dll). Predator juga termasuk
sebagai karnivor.
Ø
Omnivor
, adalah
hewan pemakansegalanya baik tumbuhan maupun hewan yang sudah mati,
misalnya kucing, ayam, musang ,tikus dan lain-lain.
Ø
Detritivor,
adalah
organisme yang berperan sebagai pengurai(mikroorganisme) seperti bakteri.
Ø
Predator
Predator
adalah hewan yang makan hewan lain dengan cara berburu dan membunuh. Hewanyang
dimangsanya adalah hewan yang masih hidup. Contohnya adalah kucing makan
tikus,capung makan serangga.
Ø
Parasit
Parasit adalah
hewan yang hidup pada hewan lain. Hidupnya sangat mempengaruhiinangnya karena
semua zat makanan dari inang diserapnya untuk memenuhi kebutuhannya.Parasit
berupa hewan kecil dan organisme kecil yanmg termasuk jamur dan bakteri
pathogen.
Ø
Parasitoid
Parasitoid
adalah serangga yang pada fase dewasanya hidup bebas, tetapi pada fase larva berkembang di dalam tubuh (telur, larva dan pupa) serangga lain
yang merupakan inangnya.Serangga parasitoid pada umumnya termasuk pada ordo
Hymenoptera dan Diptera. Hewandewasa parasitoid meletakkan telurnya di dekat
atau pada tubuh serangga lain (telur, larvadan pupa). Ketika telur
parasitoid yang diletakkan pada tubuh inangnya menetas, selam faselarva itu belum dewasa akan hidup terus dalam tubuh
inang. Larva tersebut akan makansebagian atau seluruh tubuh dari inang sehingga
menyebakan kematian
bagi inangnya.
Ø
Pengurai
Pengurai
adalah organisme yang berperan
sebagai pengurai. Cara mengkonsumsimakanan tidak dapat menelan dan mencerna
makanan di dalam sel tubuhnya, melainkanharus mengeluarkan enzim pencerna
keluar sel untuk dapat menguraikan makanannya yang berupa organic mati
menjadi zat-zat yang molekulnya kecil sehingga dapat diserap oleh sel.
Ø
Mikrobivor
Mikrobivor
adalah hewan-hewan kecil yang makan mikroflora (bakteri dan fungi). Hewan ini berupa protozoa dan nematoda.
Ø
Detritivor
Detritivor
adalah hewan yang makan detritus, yaitu bahan-bahan organic mati
yang berasal dari tubuh tumbuhan dan hewan. Hewan yang tergolong detritus
antara lain; rayap,anjing tanah dan cacing tanah.
Intraspesifik dan interspesifik
Hubungan timbal balik
antara dua individu dalam suatu jenis organisme (intraspsifik) danhubungan antara dua individu yang berbeda jenis
(interspesifik). Hubungan-hubungan inimeliputi:
Ø
Kompetisi
Kompetisi
adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macamsumberdaya,
sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu pihak. Sumberdaya berupa; makanan, energi dan tempat tinggal.
Persaingan ini terjadi pada saat populasimeledak
sehingga hewan akan berdesak-desakan di suatu tempat tertentu. Dalam kondisidemikian
biasanya hewan yang kuat akan mengusir yang lemah dan akan menguasai tempatitu
sedangkan yang lemah akan beremigrasi atau mati bahkan punah.
Ø
Simbiosis
Hubungan
interspesifik ada yang berifat simbiosis ada yang non simbiosis.
Hubungansimbiosis adalah hubungan antara dua individu dari dua jenis organisme
yang keduanyaselalu bersama-sama. Contoh dari simbiosis adalah Flagellata yang
hidup dalam usus rayap.Flagellata itu mencerna selulosa kayu yang dimakan rayap.
Dengan demikian rayap dapatmenyerap karbohidrat yang berasal dari selulosa itu.
Hubungan nonsimbiosis adalahhubungan antara dua individu yang hidup secara terpisah, dan
hubungan terjadi jika keduanya bertematau berdekatan. Contohnya adalah kupu-kupu dengan
tanaman bunga. Bunga akanterbantu dalam penyerbukan yang disebabkan terbawanya
serbuk sari bunga oleh kaki kupu- kupu dengan tidak sengaja ke bunga
yang lain pada saat kupu-kupu mengisap nectar dari bunga tersebut. Simbiosis sebagai hidup bersama antara
dua individu dari dua jenisorganisme, baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Ø
Pemisahan Kegiatan Hidup
Peristiwa
ini adalah hubungan kompetitif antara satu hewan dengan hewan yang laindapat
berkembang menjadi kegiatan pemisahan hidup (partition). Dalam hubungan
inihewan-hewan yang hidup di suatu habitat mengadakan spesialisasi
dalam hal jenis makananatau dalam metode dan tempat memperoleh makanannya.
Misalnya burung Flaminggomempunyai kaki dan leher yang panjang yang berfungsi
dalam hal pengambilan makanannya berupa organisme kecil dan di tempat
berlumpur sehingga burung tersebut mudah meraihnya.
Ø
Kanibalisme
Kanibalisme
adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh bahkanmemakannya terhadap
individu lain yang masih sejenis. Contoh belalang sembah betinamembunuh belalang jantan setelah melakukan perkawinan,
ayam dalam satu kandang yang berdesak-desakan sehingga ruangan dan
makananya terbatas menyebabkan persaingan yanghebat.
Ø
Amensalisme
Hubungan
antara dua jenis organisme yang satu menghambat atau merugikan yang
lain,tetapi dirinya tidak berpengaruh apa-apa dari organisme yang dihambat atau
dirugikan.
Ø
Komansalisme
Hubungan
antara dua jenis organisme yang satu memberi kondisi yang menguntungkan bagiyang lain
sedangkan dirinya tidak terpengaruh oleh kehadiran organisme yang lain itu.
Ø
Mutualisme
Hubungan
antara dua jenis organisme atau individu yang saling menguntungkan tanpa
adayang dirugikan.
F.
Hewan dan
Lingkungan Abiotik
Hewan adalah organisme yang
bersifat motil, yaitu dapat bergerak dan berpndahtempat. Gerakannya disebabkan
oleh rangsangan tertentu yang berasal dari lingkungannya.Faktor-faktor yang
merangsang hewan untuk bergerak adalah makanan, air, cahaya,
suhu,kelembaban,dan lain-lain.Faktor lingkungan yang berpengaruh pada
kehidupan hewan dibedakan atas kondisidan
sumberdaya. Sumberdaya terdiri atas:
Ø
Materi
adalah
bahan-bahan atau zat yang diperlukan oleh organisme untuk membanguntubuh.
Materi terdiri atas; zat-zat anorganik (air, garam-garam mineral) dan zat-zat
organic(tubuh organisme lain atau sisa-sisa
tubuh organisme yang sudah mati).
Ø
Energi
adalah daya
yang diperlukan oleh organisme untuk melakukan aktivitashidup.
Ø
Ruang
adalah
tempat yang digunakan organisme untuk menjalankan siklus hidupnya.Hewan dan
organisme lain mempunyai hubungan yang saling ketergantungan denganlingkungannya, sehingga timbullah hubungan timbal
balik antara keduanya. Hubungan timbal balik tersebut meliputi; Aksi, Reaksi dan
Koasi.Lingkungan abiotik hewan meliputi faktor-faktor Medium dan Substrat
Ø
Medium
adalah
bahan yang secara langsung melingkupi organisme dan organismetersebut
berinteraksi dengan medium, seperti; Ikan menerima zat-zat mineral dari
air,sebaliknya air menerima kotoran ikan dalam air.Bagi beberapa jenis hewan,
mediummerupakan habitatnya.Beberapa fungsi medium bagi hewan;
a) Tempat tinggal misalnya; ikan hidup di
air, cacing hidup di dalam tanah
b) Sumber materi yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh, misalnya;hewan darat memperolh Oksigen dari
udara.
c) Tempat membuang sisa metabolisme, seperti Karbondioksida
dan feces.
d) Tempat berepeoduksi, misalnya, katak pergi ke air untuk kawindan bertelur.
e) Menyebarkan keturunan, misalnya;
Larva ketam air tawar (Megalopa),menyebar di perairan sungai setelah
berimigrasi dari laut ke arah hulu sungai.
Setiap
medium berbeda komposisi merambatkan panas, sifat perubahnya sebagaiakibat
perubahan suhu, tegangan permukaan kekentalan, massa jenis dan tekanan.
Ø
Substrat
adalah
permukaan tempat organisme hidup terutama untuk menetap atau bergerak, atau
benda-benda padat tempat organisme menjalankan seluruh atau sebagianhidupnya.
Setiap organisme memerlukan medium, tetapi tidak semua mempunyai substrat.Hewan
air yang bersifat pelagic (berenang) tidak mempunyai substrat. Medium juga
tidak berubah sebagai akibat adanya aktifitas organisme. Substrat
mengalami modifikasi olehaktivitas
organisme, misalnya tanah padang rumput yang gembur
menjadi padat jikadigunakan
untuk gembala kambing atau kerbau terus menerus. Substrat sebagai
tempat berpijak, membangun rumah atau kandang dan tempat makanan. Beberapa
hewanmenggunakan substrat sebagai tempat berlindung, karena warna substrat sama
dengan warnatubuhnya, misalnya; bunglon dan
belalang kayu.
Beberapa faktor fisik yang
berpengaruh pada kehidupan hewan adalah
a)
Tanah
Tanah merupakan substrat bagi tumbuhan untuk
tumbuh, merupakan medium untuk pertumbuhan akar dan untuk
menyerap air dan unsure-unsur hara makanan. Bagi hewantanah adalah substrat
sebagai tempat berpijak dan tempat tinggal, kecuali hewan yang hidupdi dalam
tanah. Kondisi tanah yang berpengaruh terhadap hewan tersebut adalahkekerasannya.Faktor dalam tanah yang mempengaruhi
kehidupan hewan tanah antara lainkandungan air (drainase), kandungan udara
(aerase), suhu, kelembaban serta sisa-sisa tubuhtumbuhan yang
telah lapuk. Jika tanah banyak mengandung air maka oksigen di dalam tanahakan berkurang dan karbondioksidanya akan meningkat. Air
juga menyebabkan tanahmenjadi cepat asam, karena eir mempercepat pembusukan.
Kurangnya oksigen menyebabkangangguan pernapasan , dan zat-zat yang bersifat
asam dapat meracuni hewan. Tanah yangterlalu kering menyebabkan hewan dalam
tanah tidak dapat mengekstrak air secara normal.Kandungan karbondioksida dalam
tanah lebih banyak daripada di atmosfir. Jika tanah banyak mengandung
rongga pertukaran udara antar tanah dengan atmosfir menjadi
lancar,karbondioksida dapat keluar sementara oksigen masuk.Rongga-rongga tanah
dapatdiperbanyak jika dalam tanah tersebut banyak hewan penggali tanahseperti
cacing tanah dananjing tanah.
b)
Air
Air
sangat menentukan kondisi lingkungan fisik dan biologis hewan. Perwujudan
air dapat berpengaruh terahadap hewan. Misalnya jika air dalam tubuh hewan
akan berubahmenjadi dingin atau membeku karena penurunan suhu lingkungan,
menyebabkan sel dan jaringan tubuh akan rusak dan metabolosme tidak akan
bejalan noremal, sebaliknya penguapan air yangb berlebihan dari
dalam tubuh hewan menyebabkan tubuh kekeuranganair.Hewan
dapat dibedakan atas 3 kelompok ditinjau dari pengaruh air, yaitu;
Hidrosol (Hydrosoles)
atau hewan air,Mesosol (Mesocoles),
hewan yang hidup di tempat yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu
kering dan Xeroso (Xerosole), hewan yang hidup di tempatyang kering karena
tingginya penguapan.Penyebaran dan kepadatan hewan air di lingkungan air
ditentukan olehkemampuannya mempertahankan osmotic dalam tubuhnya dan
berhubungan dengankemampuannya untuk bertoleransi dengan salinitas air.
c)
Temperatur
Temperatur
merupakan faktor lingkungan yang dapt menembus dan menyebar ke berbagai
tempat. Temperatur dapat berpengaruh terhadap hewan dalam proses reproduksi,metabolisme
serta aktivitas hidup lainnya. Suhu optimum adalah batas suhu yang
dapatditolerir oleh hewan, lewat atau kurang dari suhu tersebut menyebabkan
hewan terganggu bahkan menuju kematian karena tidk tahan terhadap suhu.
d)
Cahaya
Cahaya
dapat mempengaruhi hewan, misalnya warna tubuh, gerakan hewan dantingkah laku.
e)
Gravitasi
Pengaruh
gravitasi dirasakan oleh hewan jika hewan sedang berpijak pada substratyang
horizontal.Hewan yang berdiri di suatu bidang yang miring atau tegak, berenang
di air dan terbang di udara merasakan adanya pengaruh gravitasi
bumi. Gravitasi juga berpengaruh pada
perbedaan tekanan air dan udara.
f)
Gelombang Arus dan Angin
Kehidupan
hewan juga dipengaruhi oleh arus dan angina. Hewan yang hidup di lingkunganair
mengalir menghadapi resiko hanyut karena adanya aliran dan arus air. Demikian
denganhewan yang hidup di darat dan udara menghadapi arus angina. Namun
demikian arus air danangina yang normal sangat berpengaruh positif terhadap
hewann, karena air dan angina dapatmembantu sebagian aktivitas hewan.
g)
pH
Pengaruh
pH terhadap organisme terjadi melalui 3 cara, yaitu; 1) secara
langsung,mengganggu osmoregulasi, kerja enzim dan pertukaran gas di respirasi,
2) tidak langsung,mengurangi kualitas makanan yang tersedia bagi organisme, 3)
meningkatkan konsentarasiracun logam berat terutama ion AI.Di lingkungan
daratan dan perairan, pH menjadi faktor yang sangat berpengaruhterhadap
kehidupan dan penyebaran organisme. Toleransi hewan yang hidup di lingkunganair
umumnya pHnya bervartiasi.
h)
Salinitas
Salinitas
adalah kondisi lingkungan yang menyangkut konsentrasi garam dilingkungan
perairan dan air yang terkandung di dalam tanah. Di lingkungan perairan tawar,air cenderung meresap ke dalam tubuh hewan karena
salinitasi air lebih renadah daripadacairan tubuh. Hewan yang bhidup di
phabitat laut umumnya bersifat isotonic terhadapsalinitas air laut sehingga
tidak ada peresapan air ke dalam tubuh hewan.
G. Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta
Terapannya
Setiap organisme harus mampu
beradaptasi untuk menghadapi kondisi faktor lingkungan abiotik. Hewan tidak mungkin hidup pada kisaran
faktor abiotik yang seluas-luasnya. Pada
prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu
terhadapsemua semua faktor lingkungan.
HukumToleransi Shelford
“Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis,
yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme
itu terhadapkondisi faktor lingkungan”
Apabila organisme
terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yangmendekati batas kisaran tolrensinya,
maka organisme tersebut akan mengalami cekaman(stress). Fisiologis. Organisme berada dalam kondisi
kritis. Contohnya, hewan yangdidedahkan pada suhu ekstrim rendah akan
menunjukkan kondisi kritis Hipotermia dan padasuhu ekstirm tinggi akan
mengakibatkan gejala Hipertemia apabila kondisi lingkungan suhuyang demikian tidak segera berubah maka hewan akan mati.
Dalam menentukan batas-batas
kisaran toleransi suatu hewan tidaklah mudah. Setiaporganisme terdedah
sekaligus pada sejumlah faktor lingkungan, oleh adanya suatu interaksifaktor
maka suatu faktor lingkungan dapat mengubah efek faktor lingkungan
lainnya.Misalnya suatu individu hewan akan merusak efek suhu tinggi yang lebih
kerasapabilakelembaban udara yang relative rendah. Dengan demikian hewan akan
lebih tahan terhadapsuhu tinggi apabila
udara kering disbanding dengan pada kondisi udara yang lembab.
Dalam laboratorium juga sangat
sulit untuk menentukan batas-batas kisaran toleransihewan terhadap sesuatu faktor
lingkungan. Penyebabnya
ialah sulit untuk menentukan secaratepat kapan hewan tersebut akan mati. Cara yang biasa
dilakukan ialah denganmemperhitungkan adanya variasi individual
batas-batas kisaran toleransi itu ditentukan atasdasar
terjadinya kematian pada 50% dari jumlah individu setelah dideadahkan pada
suatukondisi faktor lingkungan selama rentang waktu tertentu. Untuk kondisi
suhu, misalnyaditentukan LT50 ± 24 jam atau LT50 ± 48 jam (LT= Lethal
Temperatur). Untuk konsentrasisuatu zat dalam lingkungan biasanya ditentukan
dengan LC 50 ± X jam ( LC= LethalConcentration; X dapat 24, 48, 72 atau 96 jam)
dan untuk sesuatu dosis ditentukan LD50 ± XJam
.Kisaran toleransi terhadap suatu faktor lingkungan
tertentu pada berbagai jenis hewan berbeda-beda. Ada hewan yang kisarannya lebar (euri) dan
ada hewan yang sempit (steno).Kisaran toleransi ditentukan secara herediter,
namun demikian dapat mengalami perubahanoleh terjadinya proses aklimatisasi (di
alam) atau aklimasi (di lab).
Aklimatisasi adalah
usaha manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisifaktor lingkungan di
habitat buatan yang baru. Aklimasi adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyesuaikan hewan terhadap kondisi suatu faktor
lingkungan tertentu dalamlaboratorium.
Konsep kisaran toleransi,
faktor pembatas maupun preferendum diterapkan di bidang- bidang pertanian, peternakan, kesehatan, konservasi
dan lain-lain. Hal ini dilakukan denganharapan kinerja biologi hewan,
pertumbuhan dan reproduksi dapat maksimum dan untuk kondisi hewan yang merugikan kondisi lingkungan
biasanya dibuat yang sebaliknya.
Setiap hewan memiliki kisaran
toleransi yang bervariasi, maka kehadiran di suatuhabitat sangat ditentukan
oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat tersebut. Kehadirandan kinerja
populasi hewan di suatu tempat menggambarkan tentang kondisi
faktor-faktor lingkungan di tempat tersebut. Oleh karena itu ada istilah
spesies indicator ekologi, baik kajian ekologi hewan maupun ekologi
tumbuhan. Species indikatoe ekologi adalah suatuspecies organisme yang
kehadirannya ataupun kelimpahannya dapat memberi petunjuk mengenai
bagaimana kondisi faktor-faktor
fisiko ± kimia di suatu tempat.
Beberapa species hewan sebagai spcies indicator antara lain
adalah Capitellacapitata
(Polychaeta) sebagai indicator untuk
pencemaran bahan organic.Cacing Tubifex (Olygochaeta) dan lain-lain.
Faktor pembatas
adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu
ekosistem.
Keterbatasan
dan toleransi di dalam ekosistem
Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan
yang mempengaruhi
pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan
tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau
kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling
tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini
disebut sebagai prinsip faktor pembatas. Justus Von Liebig adalah salah seorang
pioner dalam hal mempelajari pengaruh macam-macam faktor terhadap pertumbuhan organisme,
dalam hal ini adalah tanaman.
Faktor Pembatas Fisik dan Indikator Ekologi
Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme
terganltung kepada
komples keadaan. Kadaan yang manapun yang.mendekati atau melampaui batas-batas
toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya
faktor pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu organisme akan
mampu bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu.
Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu
faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup, maka faktor tadi bukan
merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabia organisme diketahui hanya
mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam, maka faktor
tadi dapat dinyatakan
sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya
adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfir, mineral, arus dan tekanan, tanah,
dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan terhadap
faktor pembatas.
Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak
sebagai ikut menseleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu
wilayah. Sehingga seringkali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang
mendiami suatu wilayah tertentu.pula. Organisme ini disebut sebagai indikator
biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Lingkungan adalah faktor-faktor abiotik dan
biotic di luar tubuh organisme yang berpengaruh terhadap kehidupan
organisme, yang dibedakan atas kondisi dansumberdaya.
2. Lingkungan bagi hewan adalah semua faktor
biotic dan abiotik yang ada di sekitar hewan dan dapat mempengaruhinya.Contoh-contoh
kondisi adalah: Temperatur, kelembaban, pH,
3.
Di dalam rantai makanan hewan
adalah makhluk hewan ersifat heterotrof baik secara holozoik, saprozoik, dan
parasitik
4. Faktor-faktor biotic yang berpengaruh
terhadap kehidupan hewan adalah komunitas danekosistem, produsen, konsumen,
predator, parasit dan parasitoid, pengurai, mikrobivor dan detritivor.
5. Faktor-faktor abiotik yang berpengaruh pada
kehidupan hewan adalah tanah, air,temperature, arus air dan angin, salinitas
dan makanan.
6. Setiap organisme terdedah pada faktor
lingkungan abiotik yang selalu dinamis atau berubah-ubah dalam skala ruang dan waktu.
7. Setiap hewan mempunyai batas kisaran
toleransi tertentu terhadap setiap factor lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri
Malang
Begon, M., T.L. Harper & C.R. Townsend. 1986.Ecology: Individuals Populationsand
Communities
Blacwell. Oxfor.Kendeigh, S.C.1980.
Ecology With
Special Reference to Animal & Man PrenticeHall, New Jersey.
http://www.inforedia.com/2010/03/faktor-pembatas-ekosistem.html
Kramadibrata, H.
(1996). Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar