BAB I
PENDAHULUAN
Fisiologi merupakan
ilmu yang mempelajari fungsi normal tubuh dengan beberapa gejala yang
ada pada sistem hidup, serta pengaturan atas segala fungsi dalam sistem
tersebut,sehingga dalam makalah ini kami dari kelompok IV membahas
sistem endokrin.
Sistem
endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata
maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara
bersama lebih dikenal sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja
sama secara kooperatif untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan
koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk
mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi
ionik.
Kelenjar
tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama
organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar
melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darahyang beredar
di dalam kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini
disebut hormon, dari kata Yunani
yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan
satu hormon tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis
hormon: misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon
yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka
kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fungsi Sistem Endokrin secara Umum
Sistem
endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang
mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar
hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar
suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua
sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan
dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar
hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika
keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila
sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf
bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Struktur Sistem Endokrin :
Kelenjar
eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh,
sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisan
traktusintestinal.Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas(kelenjar
eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air mata.
Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam
darah .
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar
eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh,
seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal.
Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya,
kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin termasuk :
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus
Fungsi Sistem Endokrin :
Membedakan
sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang,
menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif,
memelihara lingkungan internal optimal.
Organ-organ yang berperan dalam sistem endokrin adalah :
1. Hipotalamus
2. Kelenjar hipofisis
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Pankreas
6. Kelenjar adrenal
Karakteristik Sistem Endokrin :
Sekresi
diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol
adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari
dan turun pada malam hari. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik
naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah
non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada
kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons
terhadap kadar kalsium serum.
Hormon
bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju
aktivitas selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon
hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang
melakukan fungsi spesifik.
Hormon
mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu
kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya.
Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan
diekskresi oleh ginjal.
2.2. Hormon
Hormon (dari bahasa Yunani, όρμή: horman - "yang menggerakkan") adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel. Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan), memproduksi hormon.
Hormon
beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel
target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein
reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.
Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan
mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular,[1] termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar pituitari,
yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan
memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan
mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf
ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
Fisiologi Hormon secara umum :
Sistem
endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin.Kelenjar endokrin
merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis
sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan
atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi
kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya
disebuthormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang
dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon
tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya
efek hormon.
Struktur dasar hormon secara kimiawi :
- Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin. Amina: hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal
- Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat pencernaan. Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin dari pankreas, hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari kelenjar tiroid semuanya merupakan protein.Rantai pendek asam amino disebut peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang disintesis oleh hipotalamus, merupakan hormon peptida.
- Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh hormon testes, ovarium dan kortekssuprarenal. Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid, yang meliputi kortisol dan aldosteron dari korteks adrenal, estrogen dan progesteron dari ovarium, dan testosteron dari testis.
- Asam lemak : merupakan biosintesis dari dua FA, contohhormon prostaglandin.
Klasifikasi hormon :
1. Hormon
perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam perkembangandan
pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
2. Hormon
metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
3. Hormon
tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan
folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
4. Hormon
pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
Patofisiologi hormon secara umum :
Hormon
berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung
pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon
dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melaui berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal
ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat
siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus,
terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon
menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan
pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon
dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar
penghasil hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan penyimpanan hormon.
Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis
atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika
kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh,
atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi
terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak
cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya meningkat. Pada
hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon
bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk
terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon
akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun,
jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim,
hormon tidak akan berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi
karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan hormon. Hal
ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan.
Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon
(hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh
pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar
kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan
kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan
terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau
hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein
plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
Pembahasan Hormon :
- Kelenjar Hipofise
Suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu : lobus anterior (adenohipofisis) dan lobus posterior (neurohipofisis)”
1. Lobus
anterior ( adenohipofise ) = menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja
sebagai zat pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
Contoh hormon antara lain:
· hormon
somatrotopik = mengendalikan pertumbuhan tubuh, Sel-sel somatotrof
bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm
dan terletak di sayap lateral hipofise
· hormon
tirotropik = mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
hormon tiroksin, Sel-sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung
granula sekretori dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
· hormon
ACTH ( adrenokortikotropik ) = menegndalikan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal
2. Lobus posterior ( neurohipofise ), lobus ini mengeluarkan 2 jenis hormon antara lain:
· hormon
ADH (anti diuretik hormone) = mengatur jumlah air yang keluar melalui
ginjal membuat kontraksi otot polos. ADH disebut juga sebagai hormon
pituitrin.
Hormon
antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus
supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus
posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron penghasil hormon. ADH
melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan penggabungan kanal air ke dalam
membran lumen sehingga meningkatkan reabsorsi air pada tubulus distal
dan duktus koligentes ginjal. ADH juga merangsang absorsi Na+ dan urea di tubulus. Konsentrasi ADH yang tinggi juga menyebabkan vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).
Rangsangan
untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan
sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri,
stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh
angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin,
morfin, barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam
aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.
Kelebihan ADH
Sering
kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal,
karena stress. Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor
(terutama small cell carsinoma bronchus) atau penyakit paru. Hal ini
menyebabkan penurunan eksresi air (oligouria). Konsentrasi komponen urin
yang sukar larut dalam jumlah yang bermakna dapat menyebabkan
pembentukan batu urin (urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi
penurunan osmolaritas ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga
terjadi pembengkakan sel. Hal ini terutama berbahaya jika menyebabkan
edema serebri.
Defisiensi ADH
Terjadi
jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis
yang diturunkan secara genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh
penyakit autoimun, atau trauma kelenjar hipofisis lainnya. Penyebab
eksogen lainnya termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di sisi
lain, ADH mungkin gagal mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah yang
dieksresikan normal, misal pada kerusakan kanal air, atau jika kemampuan
pemekatan ginjla terganggu, seperti pad defisiensi K+, kelebihan Ca2+,
atau inflamasi medilla ginjal. Penurunan pelepasan ADH atau efek yang
timbul akibat pengeluaran urin yang kurangpekat dalam jumlah besar dan
dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien akan dipaksa
mengkompensasi kehilangan air melalui ginjal dengan meminum banyak air
(polidipsia). Jika osmoreseptor dihipotalamus rusak, defisiensi ADH akan
disertai dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik akan menjadi sangat
nyata.
· hormon
oksitosin = merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu
melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Terletak di dasar
tengkorak, di dalam fosa hipofise tulang spenoid.
B. Fisiologi hormon Tiroid
Di berbagai jaringan, hormon tiroid (T3, T4) akan meningkatkan sintesis enzim, aktivitas Na+/K+-ATPase dan penggunaan
oksigen sehingga menyebabkan peningkatan metabolisme basal dan
peningkatan suhu tubuh. Dengan merangsang glikogenolisis dan
glukoneogenesis, hormon tiroid menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa darah, sedangkan pada sisi lain juga meningkatkan glikolisis.
Hormon ini merangsang lipolisis, pemecahan VLDL dan LDL, serta eksresi
asam empedu di dalam empedu. Hormon tiroid merangsang pelepasan
eritropoetin dan eritrpoesis, dengan meningkatkan pemakaian oksigen.
Hormon tiroid mensensitisasi organ target terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan kontraktilitas jantung dan frekwensi denyut jantung. Selain
itu, hormon ini meningkatkan motilitas usus dan merangsang proses
transport di usus dan ginjal. Hormon ini meningkatkan perkembangan fisik
(misal pertumbuhan tinggi) dan perkembangan mental (terutama
intelektual). T3 dan T4 merangsang restrukturisasi tulang dan otot, efek katabolik terutama mendominasi dan meningkatkan eksitablitas neuromuskular. T3 dan T4 terutama
bekerja melaluipeningkatan ekspresi gen, yang berlangsung selama
beberapa hari. Di luar hal ini, kerjanya yang lama disebabkan oleh
lamanya waktu paruh di dalam darah (T3 : 1 hari dan T4 : 7 hari ).
Patofisiologi hormon Tiroid
1. Hipertiroidisme
Pada
hipertiroidisme, metabolisme dan produksi panas akan meningkat.
Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya. Pasien yang terkena
lebih menyukai suhu lingkungan yang lebih dingin, pada lingkungan yang
panas pasien cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi panas).
Kebutuhan O2 yang meningkat membutuhkan hiperventilasidan merangsang
eritropoesis. Pasa satu sisi , peningkatan lipolisis menyebabkan
penurunan berat badan, dan pada sisi lain menyebabkab hiperlipiasidemia.
Sementar itu, konsentrasi VLDL, LDL, dan kolesterol berkurang.
Pengaruhnya pada metabolisme karbohidrat memudahkan terbentuknya
diabetes melitus (reversibel). Bila diberikan glukosa (tes toleransi
glukosa), konsentrasi glukosa di dalam plasma akan meningkat secara
lebih cepat lebih nyata dari pada orang sehat, peningkatan akan diikuti
oleh penurunan yang cepat (toleransi glukosa terganggu). Meskipun hormon
tiroid meningkatkan sintesis, hipertiroidisme akan meningkatkan enzim
proteolitis yag berlebihan dengan peningkatan pembentukan dan eksresi
urea. Massa otot akan berkurang, pemecahan matriks tulang dapat
menyebabkan osteoporosis, hiperkalsemiadan hiperkalsiuria.
Akibat
kerja perangsangan jatnung, curah jantung dan tekanan darah sistolik
akan meningkat. Fibrilasi atrium kadang dapat terjadi. Pembuluh darah
perifer akan berdilatasi. Laju filtrasi glomerulus (GFR), aliran plasma
ginjal (RPF), serta transpor tubulus akan meningkat di ginjal. Sedangkan
di hati pemecahan hormon steroid dan obat akan dipercepat. Perangsangan
di otot usus halus akan menyebabkan diare, peningkatan eksitabilitas
neuromuskular akan menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot
dan insomnia. Pada anak-anak, percepatan pertumbuhan kadang dapat
terjadi.
2. Hipotiroidisme
Metabolisme
dan produksi panas berkurang pada hipotiroidisme. Laju metabolisme
basal dapat menurun hingga setengahnya, dan pasien mudah merasa
kedinginan (intoleransi dingin). Penggunaan oksigen, ventilasi, dan
eritropoesis akan berkurang. Selain itu, pembentukan anemia menjadi
lebih mudah karena gangguan absorpsi besi, asam folat dan vitamin B12 di
usus. Berkurangnya lipolisis mendorong peningkatan berat badan dan
hiperlipidemia (VLDL,LDL), sedangkan berkurangnya pemecahan kolesterol
menjadi asam empedu dengan segera menyebabkan hiperkolesterolemia
sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis. Gangguan glikogenolisis
dan glukoneogenesis dapat menyebabkan hipoglikemia. Berkurangnya
pengubahan karoten menjadi vitamin A menyebabkan hiperkeratosis.
Demikian juga karena berkurangnya sekresi keringat dan sebasea, kulit
menjadi kering dan produksi panas yang berkurang membuat kulit terasa
dingin. Pasien sering memiliki suara parau.
Menurunnya
perangsangan jantung oleh hormon tiroid menyebabkan penurunan
kontraktilitas, frekwensi denyut jantung, volume sekuncup, curah
jantung, dan kadang-kadang juga tekanan darah sistolik. Pada defisiensi
hormon tiroid yang nyata, dapat terjadi gagal jantung. Selain itu
pertumbuhan tulang menjadi terlambat pada anak-anak. Retardasi
pertumbuhan dan kemampuan mental yang terganggu menyebabkan gambaran
kretinisme yang khas.
C. Struktur dan Fungsi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar
paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.
Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill
cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid,
mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat
PTH.
Parathormon
mengatur metabolisme kalsium dan fosfat tubuh. Organ targetnya adalah
tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH
mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di
tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif
akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin.
Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di
tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na.
karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih
besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar
kalsium serum di samping tentunya PTSH.
D. Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas
Pankreas
terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang
horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan
lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mesenterika superior
dan splenikus.
Pankreas
berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ
endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans
terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang
menghasilkan glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel delta
yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ
sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak.
Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah
sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini
saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar
gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah.
Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah
meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan
epinefrin. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang
glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan
transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis
(pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme
lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak). Dalam
menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama
akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan.
Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:
a. Efek pada hepar :
1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar.
b.Efek pada otot :
1) Meningkatkan sintesis protein
2) Meningkatkan transportasi asam amino
3) Meningkatkan glikogenesis.
c. Efek pada jaringan lemak
1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3) Menurunkan lipolisis
E. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal
Terletak
di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis
karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar
anak ginjal karena menempel pada ginjal.
Kelenjar
adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla.
Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya
korteks yang esensial untuk kehidupan.
1. Korteks adrenal
Korteks
adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal
dapat menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas
hormon steroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid
(pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona
glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit
dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas
fisiologik ini selanjutnya membantu dalam mempertahankan tekanan darah
normal dan curah jantung. Defisiensi mineralokortikoid (penyakit
Addison’s) mengarah pada hipotensi, hiperkalemia, penurunan curah
jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid
mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol
merupakan glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek
pada tubuh antara lain dalam: metabolisme glukosa (glukosaneogenesis)
yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan
cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan terhadap stresor.
Hormon seks
Korteks
adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis.
Umumnya adrenal mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan
dengan sejumlah besar hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun
produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala
klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan virilisme.
sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis., akibat karsinoma adrenal
menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.
F. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad
Terbentuk
pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima.
Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat
jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar
gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi
gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid.
1.Testes
Dua
buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon
testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan
untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk
memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek
menurunkan konsentrasi testosteron melalui umpan balik negatif terhadap
FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik
negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ reproduksi berlangsung
di tubulus seminiferus. Efek testosteron pada fetus merangsang
diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas
hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder
seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat
genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita
suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan
merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.
2. Ovarium
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan
hormon estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium
menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk
selanjutnya siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan
mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk
menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen
dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum.
Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.
Mekanisme Aksi Hormon
Suatu
hormon harus berinteraksi dengan sel sasaran melalui reseptor khusus
bagi hormon tersebut.Reseptor khusus ini disebut reseptor
hormon.Interaksi hormon dengan sel sasaran biasanya terjadi melalui
pembentukan kompleks hormon-reseptor.Reseptor hormon pada sel sasaran
umumnya berupa molekul protein besar dengan bentuk tiga dimensi yang
unik.Reseptor tersebut hanya akan berikatan dengan hormon tertentu atau
analognya,yaitu senyawa lain yang mempunyai gugus fungsional sangat
mirip dengan gugus fungsional hormon yang dimaksud.
Kemampuan
suatu hormon mempengaruhi sel sasaran ditentukan oleh keberadaan
reseptor khusus untuk hormon tersebut pada sel.Apabila tidak memiliki
reseptor khusus untuk suatu jenis hormon,suatu sel tidak akan tanggap
terhadap hurmon yang dimaksud,sekalipun hormon tersebut ada di dekatnya.
itu pada sapi bukan ? ;))
BalasHapus