KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah “Rhodophyta” ini dengan baik dan tepat waktu. kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan bimbingan atau saran-saran dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.
Berkaitan dengan makalah ini kami banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang diterima oleh kami
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, November
2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG ...................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH .................................................................. 2
C.
TUJUAN.............................................................................................
2
II.
PEMBAHASAN
A.
CIRI-CIRI
RHODOPHYTA ............................................................ 3
B.
HABITAT RHODOPHYTA..............................................................
4
C.
SISTEM
REPRODUKSI RHODOPHYTA ..................................... 4
D.
PEMBAGIAN
ANAK KELAS RHODOPHYTA ........................... 5
E. PERANAN RHODOPHYTA ........................................................... 8
III. PENUTUP
A.
KESIMPULAN ................................................................................. 10
B.
SARAN .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Alga merah atau Rhodophyta
adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang
ini hidup di laut dan kira-kira 50 jenis di air tawar bentuk tubuh seperti
rumput sehingga disebut dengan rumput laut. Tubuh bersel banyak bentuk seperti
lembaran, talusnya mikroskopik dan multiseluler. Warna merah karena mengandung
pigmen fikoeritrin
Walaupun sebagian besar ganggang merah hiup di laut banyak terdapat dilaut
tropika.Sebagian kecil hidup diair tawar
yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang
hidup diair payau. Ganggang merah yang banyak ditemukan di lautdalam adalah
Gelidium dan Gracilar ia, sedang Eucheuma spinosumditemukan dilautdangkl.
Alga Merah (Rhodophyta) berwarna
merah sampai ungu,tetapi pada juga yang lembayung atau kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan mengandung k lorofil a, klorofil b, serta karotenoid. Akantetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin sebagai pigmen utama yangmengadakan fluoresensi.
Adapun secara lengkap mengenai
laga merah ini akan di bahas dalam pembahasan makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah ciri-ciri dari
rhodophyta ?
2. Bagaimanakah habbitat rhodophyta ?
3. Bagaimana sistem reproduksi rhodophyta ?
4. Bagaimanakah pembagian anak kelas rhodophyta?
5. Apakah peranan rodophyta dalam kehidupan ?
C.
TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa
dapat :
1. Memahami ciri-ciri rhodophyta.
2. Mengetahui habitat hidup
rhodophyta.
3. Memahami sistem reproduksi
rhodophyta.
4. Mengetahui pembagian anak
kelas rhodophyta.
5. Mengetahui peranan rhodophyta.
BAB
II
PEMBAHASAN
Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu,
kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerahmerahan. Kromatofor mengandung
klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang
mengandung fluoresensi, yaitu fikoeretin. Sebagai hasil asimilasi terdapat
sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan
hasil polimerisasi glukosa berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali
berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemerahmerahan. Rhodophyceae selalu
bersifat autotrof dan heterotrik, hidup dalam air laut, hidupnya sebagai
bentos, melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram
pelekat.
Adapun cici-ciri
rhodophyta secara spesifik dipaparkan sebagai berikut :
·
Mengandung
kloroplas berisi fikoeretrin lebih banyak dibandingkan klorofil, ada
karotenoid, sedikit fikosianin.
·
Kebanyakan
hidup di air laut, yaitu laut dalam yang hanya dapat dicapai oleh cahaya
bergelombang pendek. Hidup sebagai bentos, melekat pada substrat dengan
benang/cakram pelekat.
·
Bersifat
autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora dan
hidup sebagai parasit pada ganggang lain.
·
Hasil
asimilasi berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa
gliserin dan galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid.
·
Dinding sel
ganggang merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin berlendir
(sebelah luar).
·
Bentuk talus
beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim tetapi hanya
berupa plektenkim.
·
Reproduksi
aseksual dengan spora, dan seksual dengan cara oogami. Spora atau gamet tidak
berflagel, jadi tidak dapat bergerak aktif.
2.
Habitat rhodophyta
Sebagian besar alga
merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di
air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada
pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam
adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal
3.
Sistem reproduksi
rhodophyta
Perkembangbiakan dapat secara
aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dapat pula secara seksual (oogami).
a) Reproduksi seksual terjadi melalui
pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabangtalus. Anteridium menghasilkan gamet
jantan yang disebut spermatium.Gametangium betina disebut karpogonium yang
terdapat pada ujung cabang lain.Karpogonium terdiri dari satu sel panjang.
Bagian karpogonium bawah membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya
membentuk gada atau benang dan dinamakan
trikogen. Inti sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar seperti botol. Spermatium mencapai trikogen
karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat pada
trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut,seluruh protoplasma spermatium
masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di
bagian bawah. karpogonium. Sumbat itumemisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot
hasil pembuahan akan membentuk
benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu,
terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora
tersebutdinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung
benangsporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini
mula-mula berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu
baru lengkap dengan alat-alat generatifnya.
b) Reproduksi aseksual terjadi dengan
membentuk tetraspora. Tetrasporaakan menjadi gametangium jantan dan gametangium
betina. Gametangium jantann dan betina
akan bersatu membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora, Contoh
anggota-anggota Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira,
Batrachospermum moniliforme, Gelidium, Gracilaria, Eucheuma,dan Scicania
furcellata.
Baik spora maupun gametnya tidak
mempunyai bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif. Rhodophyceae dibagi
dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae dan Florodeae.
4.
Pembagian
anak kelas rhodophyta
1) Anak kelas bangieaea (protofloroda)
Talus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada
percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat
memperlihatkan gerakan ameboid. Anteridium menghasilkangamet jantan yang
disebut spermatium. Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae,
yang membawahi antara lain ganggang tanah Porpyridium cruentum dan
ganggang laut Bangia artropurpurea.
2)
Anak kelas floridae
Talus ada yang masih sederhana, tapi umumnya hampir selalu
bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti
benang, lembaran-lembaran. percabangannnya menyirip atau menggarpu. Tiap
anteridium menghasilkan satu gamet betina yang oleh karena tidak dapat bergerak
tidak dinamakan spermatozoid tetapi spermatium. Gametangium betina
dinamakan karpogonium, terdapat pada ujung-ijung cabang lain daripada cabang
talus yang mempunyai anteridium. Suatu karpogonium terdiri atas satu sel
panjang, bagian bawahnya membesar seperti botol, bagia atasnya berbentuk gada
atau benang dan dinamakan trikogen.
Zigot tidak mengalami waktu istirahat, melainkan dari bidang
sampingnya lalu membentuk sel-sel yang merupakan benang-benang sporogen. Dalam
sel-sel ujung benang itu terbentuk satu spora, masing-masing dengan satu inti
dan satu plastida dan dinamakan karpospora. Karpospora itu mula-mula
berkecambah menjadi suatu protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru
dengan alat-alat generatif. Peristiwa di atas terdapat antara lain pada Batrachospermum
moniliforme. Pada warga Floridaea lainnya terdapat pergiliran antar 3
keturunan dalam daur hidupnya yaitu :
·
Gametofit yang haploid, yang mempunyai anteridium dan karpogonium.
·
Karposporofit yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid.
·
Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan pertama), akan
tetapi tidak mempunyai alat-alat seksual, melainkan mempunyai sporangium yang
masing-masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora).
Daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain terdapat
pada Callithamnion corymbosum. Gametofit dan tetrasporofit dapat
isomorf, tetapi ada pula yang tidak, misalnya Bonnemaisonia hamifera.
Florideae dibagi dalam sejumlah bangsa,
diantaranya yaitu :
i.
Bangsa Nemalionales, termasuk suku Helminthocladiacae
yang antara lain mencakup Batrachospeermum moniliforme, Bonnemisonia
humifera.
ii.
Bangsa Gelidiales, termasuk suku Gelidiaceae,
misalnya Gelidium cartilagineum dan Gelidium lichenoides,
terkenal sebagai penghasil agar-agar.
iii.
Bangsa Gigartinales, kebanyakan terdiri atas
ganggangang laut. Yang penting ialah suku Gigartinaceae dengan dua
warganya yang menghasilkan bahan yang berguna, ialah Chondrus crispus
dan Gigartina mamillosa, penghasil karagen atau lumut islandia yang
berguna sebagai bahan obat.
iv.
Bangsa Nemastomales, dari bangsa ini perlu
disebut suku Rhodophyllidaceae yang salah satu warganya terknal sebagai
penghasil agar-agar, yaitu Euchema spinosum. Suku Sphaerococaceae,
juga mempunyai anggota-anggota yang merupakan penghasil agar-agar pula,
diantaranya Gracilaria lichenoides dan berbagai jenis yang termasuk
marga Sphaerococcus.
v.
Bangsa Ceramiales, dalam bangsa ini termasuk
antara lain suku Ceramiaceae di dalamnya. Contoh, Callithamnion
corymbosum.
Ada yang mencari nenek moyang Rhodophyceae pada Chlorophyceae,
mengingat adanya trikogin pada karpogonium yang mengingatkan oogonium dalam
sel-sel tumbuhan pada Coleochaeta. Ada yang mencari hubungan kekerabatan
dengan Cyanophyceae dan menganggap Protoflorideae sebagai
jembatannya.
Bekas ganggang ini telah ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah dari
zaman silur, dan mungkin dari kambrium, bahkan sering tidak hanya bekas,
melainkan sisa sisa yang mengandung kapur.
5. Peranan rhodophyta.
Alga merah jenis tertentu dapat
menghasilkan agar yang dimanfaatkanantara lain sebagai bahan makanan dan
kosmetik, misalnya Eucheuma spinosum.Di beberapa negara, misalnya Jepang, alga
merah ditanam sebagai sumber makanan. Selain itu juga dipakai dalam industri
agar, yaitu sebagai bahan yang dipakai untuk mengeraskan/memadatkan media
pertumbuhan bakteri. Beberapa alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral
menghasilkan kalsium karbonat didinding selnya. Kalsium karbonat ini sangat
kuat dalam mengatasi terjangan ombak. Kelebihan ini menjadikan alga koral
memiliki peran pentingdalam pembentukan terumbu karang.
Selain itu alga merah dapat
menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di
laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus
crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan
Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit,
bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria
lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena
menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini
digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada
elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil,
sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
- KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Ciri-ciri Rhodophyta adalah : mengandung kloroplas berisi fikoeretrin lebih banyak
dibandingkan klorofil, ada karotenoid, sedikit fikosianin, kebanyakan hidup di
air laut, Bersifat autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Hasil asimilasi berupa
tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa gliserin dan
galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid, dinding sel ganggang
merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin berlendir (sebelah luar),
bentuk talus Reproduksi aseksual dengan spora, dan seksual dengan cara oogami.
2.
Habitat rhodophita adalah di laut, banyak terdapat di laut tropika.
Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak
oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau
3.
Sistem reproduksi rhodophyta adalah secara seksual dan aseksual.
4.
Pembagian anak kelas rhodophyta yaitu terdiri atas : Bangieae dan
Florodeae.
5.
Peranan rhodophyta yaitu : bahan makanan dan kosmetik, dipakai dalam industri agar-agar,
sebagai bahan yang dipakai untuk mengeraskan/memadatkan media pertumbuhan
bakteri, kuat dalam mengatasi terjangan ombak, juga menjadi bahan makanan bagi
manusia juga dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat
pencuci rambut.
- SARAN
Bagi para pembaca sekalian yang
ingin memperoleh informasih lebih lengkapnya mengenai alga merah, di sarankan
agar m,encari lagi referensi yang lain, karena tidak dapat kami pungkiri bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih benyak kekurangan yang harus diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta,
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
terimaksi...
BalasHapusmaterinya sangat membantu.
MAterinya sangat bagus...
BalasHapus