BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konseling di Indonesia sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas,
khususnya di daerah perkotaan. Bahkan konseling sendiri sudah menjadi
bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan di Negara ini, walaupun
dalam prakteknya masih terdapat banyak kekurangan yang perlu
dibenahi.Perlu juga diketahui bahwa sebenarnya prinsip penerapan
konseling tidak terbatas pada setting pendidikan belaka. Tapi dapat juga menyentuh ranah karir dan lembaga-lembaga sosial.
Konseling sebagai bagian dari pendidikan di Indonesia dapat
memberikan sumbangan yang positif bagi perkembangan individu. Baik itu
di bidang sosial, karir, belajar, maupun pribadi. Karena memberikan
layanan yang bersifat psikologis terhadap penyelesaian masalah-masalah
siswa, khususnya pada 4 bidang layanan tadi.
Konseling banyak menggunakan prinsip-prinsip terapis dala pemberian
layanannya, sehingga aspek psiklogis mau tidak mau akan banyak
dilibatkan dalam proses layanan konseling. Beberapa aspek yang
berpengaruh dalam proses layanan konseling adalah kognisi, emosi, dan
motivasi. Berdasarkan hal tersebut maka kami menyusun makalah yang
berkaitan dengan kognisi, emosi, dan motivasi dalam rangka untuk lebih
mengetahui seberapa besar pengaruh ketiganya dalam konseling.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi dalam konseling
1.3. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengatahuan tentang emosi, motivasi, dan kognisi dalam konseling,
Manfaat
- Bagi praktisi pendidikan, khususnya guru bimbingan dan konseling, dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang konseling.
- Bagi penyusun makalah selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referansi dalam pembuatan makalah-makalah yang berkaitan dengan konseling.
1.4. Metode Pembahasan
- Jenis Tulisan
Tulisan ini menggunakan library search atau yang juga dikenal dengan
istilah metode studi pustaka, yakni menggunakan sumber-sumber buku dan
sumber website yang relevan dengan materi yang dibahas.
- Objek Penulisan
Adapun yang menjadi objek dari penulisan dari makalah ini adalah
gejala-gejala yang berkaitan dengan kognisi, emosi, dan motivasi.
- Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan
makalah ini, digunakan tehnik pengumpulan data dengan cara mengambil
bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan objek yang dikaji dari
berbagai sumber yang terkait misalnya buku dan internet.
- Prosedur Penulisan Makalah
Prosedur penelitian makalah ini terdiri dari: halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, pendahuluan, tinjauan teoritis, analisis,
kesimpulan dan rekomendasi, serta daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas
dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya, keluarga, pada masa kecil, dan juga bawaan
seseorang serjak lahir (Sjarkawi, 2006).
Menurut Sjarkawi (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor eksternal
dan internal.
- 1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. Faktor internal ini biasanya merupoakan faktor genetis atau
bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak
lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat kedua orang
tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang
tuanya.
- 2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor ekternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari
lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga,
teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual
seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti Koran, majalah dan
sebagainya .
1.1. Aspek Psikologis dalam Konseling
Nurul Wardhani (2007) menjelaskan beberapa aspek psikologis dan implementasinya dalam konseling, berikut ini penjelasannya:
- a. Kognisi dalam konseling
Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan,
penafsiran, pemikiran, pengingatan, penkhayalan atau penciptaan,
pengambilan keputusan dan penalaran. Bagaimana orang memandang satu
kejadian sering kali menentukan rekasi emosi atau dan kombinasi kognisi
dengan emosi akan menghasilkan respon perilaku. Sebagai konsekuensinya,
walaupun dua orang mengalami kejadian yang sama, mungkin akan memberikan
reaksi yang berbeda.
- b. Emosi dalam konseling
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu
yang berupa perasaan – perasaan tertentu yang dialami saat menghadapi
situasi tertentu. Interaksi antara kognisi, emosi, dan tindakan
mencerminkan satu hubungan sebab akibat.
- c. Motivasi dalam konseling
Salah satu aspek dalam konseling adalah motivasi, yaitu memberikan
dorongan kepada klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya
memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif.
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan
perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu, motivasi
memiliki karakteristik
- Sebagai hasil dari kebutuhan,
- Terarah pada tujuan, dan
- Menopang perilaku.
Dalam hal ini, fungsi konselor dalam konseling adalah memberikan
motivasi kepada klien untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebaik mungkin
secara efektif dan produktif.
BAB III
ANALISIS
3.1. Analisis Teoritis
- A. Pengertian Kognisi, Emosi, dan Motivasi
Sebelum membahas tentang hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi
maka kita terlebih dahulu perlu mengetahui pengertian dari ketiganya.
Pengetahuan pengertian tentang ketiganya akan membantu kita memberikan
gambaran atas apa yang kita bahas.
- 1. Pengertian Kognisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) kognisi memiliki
pengertian (1) kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk
kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui
pengalaman sendiri, (2) proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan
oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan pengetahuan
Menurut Neisser, (1967) kognisi adalah keseluruhan proses dimana
input sensorik diubah, dikurangi, dimaknai, diambil kembali dan
digunakan.
Menurut Chaplin (2002, dalam Desmita 2008) kognisi adalah konsep umum
yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati,
melihat, memperhatikan, memberikan, menyangga, membayangkan,
memperkirakan, menduga, dan menilai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi
merupakan usaha untuk memperoleh sesuatu dengan cara mengamati dan
kemudian menafsirkannya dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya.
- 2. Pengertian Emosi
Emosi menurut Wade dan Tavris (2007) adalah situasi stimulus yang
melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak,
penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecendrungan melakukan suatu
tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang
terdapat di suatu kebudayaan.
Menurut The American College Dictionary, (H. Djali, 2007) emosi
adalah suatu keadaan afektif yag disadari dimana dialami perasaan
seperti kegembiraan (joy), kesedihan, takut, benci, dan cinta (ibedakan
dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari); dan juga perasaan
seperti kegembiraan (joy), kesedihan, taku, benci, dan cinta.
Sarlito W. Sarwono (2009) menjelaskan emosi sebagai suatu reaksi
penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf
seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah
bentuk keadaan reaksi , positif atau negative, oleh perasaan seseorang
terhadap stimulus yang diperoleh berdasarkan hasil persepsi kognisi
sebelumnya.
- 3. Motivasi
Wade dan Tavris (2007) menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses
dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan organism tersebut
bergerak menuju tujuan yang dimiliki atau bergerak menjauh dari situasi
yang tidak menyenangkan.
Menurut H. Djali (2007) Motivasi adalah kondisi fisiologis dn
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktiitas tertentu guna mencapai tujuan (kebutuhan).
Menuru Frederick J. McDonad (Wasty Soemanto,1983) motivasi adalah
perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. (PT Rineka Cipta
Jakarta,Psikologi Pendidikan)
Menurut Soekmadinata (2007) motivasi adalah kekuatan yang mendorong kegiatan individu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
kondisi dari dalam diri seseorang yang memberikan dorongan-dorongan
kekuatan untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
- B. Hubungan Antara Kognisi, Emosi, dan Motivasi dalam Konseling
Mengawali pembahasan tentang hubungan antara kognisi, emosi, dan
motivasi, maka gambaran berikut ini diharapkan dapat membantu memberikan
pemahaman hubungan antara keduanya
Dari gambar di atas terlihat bahwa emosi muncul didahului dengan
kegiatan persepsi yang dilakukan oleh panca indra. Menurut Alport (Maz
Bow, 2009) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang
dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu.
Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi
objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala
akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan
akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya
jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang
ada. Jadi dapat dikatakan bahwa Persepsi merupakan sebuah proses yang
melibatkan kognisi dalam prosesnya.
Selanjutnya yang mesti kita ketahui bahwa emosi seseorang sangat
berpengaruh pada motivasi yang dimilikinya. Menurut Ardi (2011) emosi
dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan
memotivasi orang dalam mencapai suatu sasaran.
Sebagai seorang konselor sekolah maka yang penting dilakukan, dalam
proses konseling, kepada konseli yang mengalami ketidakmampuan menjalani
kehidupan efektif sehari-hari adalah mengatur emosinya. Emosi ini kita
atur sedemikian rupa untuk memberikan sugesti-sugesti positif yang dapat
menumbuhkan motivasi bagi konseli tersebut. Namun, sebelumnya konselor
harus mampu merubah kognisi (pola pikir) konseli dalam memandang hal-hal
yang membuatnnya terganggu. Selanjutnya konselor dapat lebih muda
mengatur emosi dan menumbuhkan motivasi dalam diri konseli.
Hal ini tidaklah sulit mengingat manusia adalah makhluk emosional.
Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari
interaksi antarmanusia (Fahroe, 2007). Interaksi yang intens antara
konselor dan konseli harus dijaga kulitasnya. Hal lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan salah satu teknik konseling.
Salah satu teknik yang penulis pikir dapat digunakan adalah terapi
rasional – emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis. Terapi ini cocok
karena berorientasi proses berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis,
dan bertindak.
3.2. Analisis Praktis
Kognisi, emosi, dan motivasi merupakan aspek-aspek psikologis yang
tidak bisa diabaikan pengaruhnya dalam proses konseling. Adanya hal-hal
tertentu yang mempengaruhi aspek-aspek psikologis tersebut berakibat
pada ketidak mampuan individu tertentu untuk menjalani kehidupannya
secara efektif.
Dari ketiga aspek psikologis di atas, penulis kemudian
menitikberatkannya pada satu aspek yaitu aspek kognitif. Hal ini tidak
berarti penulis mengabaikan dua aspek lain dalam proses konseling, akan
tetapi penulis melihat bahwa berhasil tidaknya konselor merubah emosi
dan motivasi konseli tergantung dari sejauh mana konselor mampu merubah
kognitif konseli.
Secara sederhana dapat digambarkan alur proses hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi sebagai berikut :
Alur hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi
Dari skema gambar, penulis mencoba memberikan gambaran bagaimana
proses hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi. Tidak berlebihan
rasanya ketika penulis menitikberatkan pada aspek kognisi. Kognisi
ibarat pintu gerbang yang akan menjadi penentu bagaimana keadaan emosi
dan sejauh mana motivasi seorang individu.
Kognisi individu sebenarnya bukanlah sesuatu yang kosong belaka,
namun telah terisi sebelmunya dengan informasi-inforamasi yang telah
didapatkan serta pengalaman-pengalaman masa lalu. Tugas konselor adalah
merekonstruksi pemikiran (kognisi) konseli yang sedang mengalami
kegagalan dalam menjalani kehidupannya secara efektif.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
- Kesimpulan
Aspek-aspek psikologis dalam konseling menjadi bagian tak terpisahkan
dalam proses terapinya. Kondisi ini menuntut para pratiktisi konseling
untuk lebih mampu memahami konsep dasar dari aspek-aspek psikologis
dalam konseling. Tidak hanya sebatas itu, namun konselor juga diharapkan
mampu menemukan hubungan dan keterkaitan dari aspek-aspek psikologis
yang ada.
Pemahaman akan aspek-aspek psikolgis dari diri konseli akan memudahkan konselor untuk me-manage
energi-energi negative dari diri konseli dan kemudian merubahnya
menjadi energi-energi positif untuk mengembangkan kehidupan sehari-hari
yang efektif pada diri konseli
- b. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan makalah di atas maka dapat disampaikan rekomendasi sebagai berikut :
- Perlunya peningkatan kajian-kajian dan pelatihan-pelatihan yang memberikan pemahaman psikologis oleh pihak-pihak terkait kepada para konselor.
- Para praktisi bimbingan dan konseling diharapkan senantiasa meningkatkan kualitas pribadinya sebagai pendik dan kulitas profesinya sebagai konselor dengan aktif mengikuti perkembangan dunia konseling memalui bacaan Buku ataupun dengan mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU :
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Djali, H. 2007. Psikolgi pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta.
Soemanto, Wasti. 1983. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Soekmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Penerbit Rosda
Safari, Trianto., Saputra Nofrans Eka. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara
Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Keribadian Anak. Jakarta: PT Bumi AKsara
Wade, Carole., dan Tavris, Carol. 2007. Psikologi edisi ke 9 (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Wardani, Nurul. 2007. Makalah Keterkaitan Konsep Konseling dengan
Asepk Psikologis. Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran
Jatinagor.(tidak dipublikasikan)
SUMBER BUKU :
Ardi Al-Maqassary. 2011. Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif. http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/11/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/
Bro Fahroe. 2007. Motivasi Apa
Emosi.http://fahroe.wordpress.com/2007/05/24/ motivasi-apa-emosi/. Di
akses pada tanggal 21 Juni 2012.
Maz Bow. 2009. Apa Itu Persepsi?. From http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html. di akses pada tanggal 15 Juni 2012.
http://psikologi-online.com/bagaimana-hubungan-emosi-dan-pikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar