BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri.
Antara seorang dengan yang lain tentu saling hajat-menghajatkan,
butuh-membutuhkan dan dari situ timbul kesadaran untuk saling
bantu-membantu dan tolong-menolong. Tidak mungkin seseorang dapat
bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain.
B. Tujuan dan Manfaat
Penulis berharap agar pembaca lebih peka terhadap keadaan orang lain
yang sedang membutuhkan pertolongan. Lebih sadar diri akan status yang
telah manusia sandang, yaitu makhluk sosial.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tolong-menolong adalah termasuk persoalan-persoalan yang penting
dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian. Sebab tidak
mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-sendiri tanpa
menggunakan cara pertukaran kepentingan dan kemanfaatan.
B. Dalil Al-Qur’an
Al-Qur’an menganjurkan untuk saling menolong dalam kebaikan. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Maidah: 2
وتعا ونواعلى البروالتقوىۖ ولا تعا ونواعلى الأ ثم والعد وا نۚ واتقوالله ان الله شديد العقا ب
Artinya:
“ tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.”
Maka sungguh tepat apa yang dipaparkan oleh Al-Qur’an bahwa manusia
tidak akan pernah rugi selama mereka masih mau menegakkan nilaii-nilai
saling menolong disamping juga beriman dan beramal shalih. Secara jelas
ditegaskan dalam surat Al-‘Ashr ayat 1-3 yang artinya:
1) Demi masa
2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasehati
supaya menaati kesabaran.
Saling menolong dalam persaudaraan dan kekukuhan harus menjadi sifat
seorang mukmin dalam hidup bermasyarakat juga ditegaskan dalam surat
At-Taubah ayat 71 yang artinya:
“orang-orang mukmin lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong-penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma’ruf,
mencegah yang munkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan mereka
taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan dirahmati Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
C. Dalil Hadis
1. Nabi SAW bersabda yang artinya:
“dari Abu Musa dari Rasulullah SAW bersabda: orang mukmin bagi orang
mukmin yang lain seperti sebuah bangunan sebagiannya memperkokoh
(menolong) sebagian yang lain. (HR. Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi)
2. “mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang
saling memperkuat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya.
(Rasulullah SAW sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela-sela
jarinya).” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
3. “perumpamaan orang-orang mukmin dalam (menjalin) cinta dan kasih
sayang diantara mereka bagaikan tubuh yang satu, apabila ada anggota
(tubuh) yang merasa sakit, maka seluruh anggota yang lainnya merasa
demam dan tidak bisa tidak”. (HR. Muslim).
D. Realitas dalam Kehidupan
Pada masa kini, umat kita sedang haus dan dahaga sekali kepada bantuan.
Mereka semua membutuhkan pertolongan, bahkan mereka mengharapkan segera
datangnya juru penyelamat bangsa yang dapat menarik tangan mereka dari
lumpur kehinaan dan kemiskinan untuk dibimbing ke puncak kesejahteraan
dan kebahagiaan. Sudah lama sekali umat kita merindukan datangnya
manusia yang dapat berbuat semacam itu dan sampai saat inipun belum
tampak dan belum lagi muncul di hadapan mereka.
E. Permasalahan yang Ada
Banyak sekali di antara golongan manuia-manusia yang tidak tahu membalas
jasa dan budi orang lain, disebabkan oleh dorongan sifat serta
akhlaknya yang rendah, tidak segan-segan membalas kebaikan itu dengan
kejahatan, dipertukarkan sesuatu yang hina dari dirinya sendiri sebagai
balasan terhadap sesuatu yang terbaik yang datang dari orang lain. Jadi
bukan diberi susu, lalu ia membalas dengan memberikan madu, tetapi susu
dibalas dengan tuba. Alangkah buruknya budi pekerti manusia-manusia yang
demikian itu. Tepat sekali dengan sebuah kata-kata hikmat yang
berbunyi:
اتق شرمن احسنت إ ليه
Artinya:
“ berhati-hatilah akan kejahatan yang dilakukan oleh orang yang kamu berbuat baik kepadanya”
F. Pemecahan Masalah
Membahas kebaikan dengan keburukan adalah karena rusaknya akhlak,
sehingga dalam hal ini diperlukan adanya bimbingn agama yang baik,
misalnya diadakan pengajian atau majelis ‘ilmi. Atau dengan menasehati
secara halus serta pengarahan-pengarahan terhadap kebenaran atas balasan
buruk yang telah orang tersebut lakukan.
G. Hikmah yang Diperoleh
1. ringan memberikan bantuan kepada siapapun yang membutuhkan asalkan dalam hal kebaikan.
2. memberikan bantuan secara ikhlas.
3. berhati-hati akan kejahatan yang mungkin dilakukan oleh orang yang telah kita tolong.
4. mebalas kebaikan dengan kebaikan.
5. membalas kebaikan dengan keburukan adalah hal yang sangat rendah, sehingga harus kita jauhi.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai makhluk sosial, tidak mungkin manusia dapat bertahan hidup
sendirian tanpa bantuan pihak lain. Sehingga timbullah kesadaran untuk
saling membantu dan menolong.
Memberikan bantuan haruslah dengan hati yang ikhlas agar orang yang
kita bantu merasa ringan dengan beban masalah yang dideritanya. Kebaikan
yang telah diberikan orang lain hendaknya kita balas dengan kebaikan
juga, jangan sampai keburukan yang kita balaskan. Dan harus berhati-hati
akan kejahatan yang mungkin dilakukan oleh orang yang telah kita bantu.
B. Saran
Umat manusia pada saat ini lahiriahnya saja tenang, tentram, bagus dan
luhur. Tetapi sebenarnya mereka itu sudah lama rusak dan bejat.
Tolonglah mereka dengan memperbaiki akhlak mereka.
Khusus untuk umat kalian sendiri mereka itu benar-benar dalam keadaan
fakir miskin melarat dan papa. Berilah mereka pertolongan dengan
membelanjakan harta untuk digunakan pendirian sekolah-sekolah yang
mendidik putera-puteri bangsa dengan didikan yang baik dan teratur rapi,
juga untuk membangun bebagai perusahaan dan pabrik-pabrik untuk
melenyapkan kaum penganggur atau setidak-tidaknya dapat mengurangi
jumlah golongan yang tuna karya.
Untuk melaksanakan itu, gunakan cara ta’awun dengan sebaik-baiknya
dalam segala segi bidang. Ingatlah bahwasanya Allah adalah Maha
Mencintai manusia-manusia yang suka tolong-menolong.
DAFTAR PUSTAKA
Musthafa Al-Ghalayini, Syekh.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur. Semarang: CV. TOHA PUTRA.
Nurdi, Ali, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://www.google.com
Sabtu, 20 Oktober 2012
MAKALAH TOLONG MENOLONG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
:))
Posting Komentar