Halo para sahabat searching makalah Cyber ( MakBer) semuanya, kali ini makalah Cyber membahas Makalah Kebidanan yang berjudul "MASA NIFAS"
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan dibidang kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia
harapan hidup. Peningkatan kualitas hidup ini perlu dimulai dari dini
yaitu sejak berada dalam kandungan. Oleh karena itu kehamilan yang sehat
serta perawatan dan penanganan masa nifas yang benar sangat
mempengaruhi potensi dari penerus keturunan di kemudian hari. ( Manuaba;
1998 )
Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan
salah satun faktor paling sensitive yang menggambarkan kesehatan ibu dan
anak. AKI dan AKB di Indonesia masih sangat tinggi, terbukti dengan
adanya kematian ibu yang bervariasi antara 5 sampai 100.000 per
kelahiran hidup. Dan kematian perinatal yang berkisar antara 25 sampai
750 per kelahiran hidup. Angka kematian ibu tersebut harus dapat ditekan
menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi ditekan
menjadi 49,8 per 1000 kelahiran hidup.
Perawatan masa nifas yang benar akan mengurangi adanya infeksi
puerperium yang juga merupakan penyebab kematian tertinggi pada ibu,
maka dari itu pemeriksaan postnatal perlu sekali dilakukan untuk
memastikan keadaan ibu dan bayi secara berkala serta untuk mengetahui
secara dini apabila ada penyimpangan atau kelainan yang ditemukan.
Dengan tujuan agar ibu nifas dapat melalui masa nifas, dengan baik dan
selamat .
Pemeriksaan nifas secara berkala yang diikuti secara teknis harus
dikuasai oleh setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas
pelayanan dapat terjamin. Pada ibu nifas dengan primigravida umumnya
banyak masalah yang berhubungan dengan masa nifas karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang masa nifas. Oleh karena itu penting bagi ibu
nifas primigravida untuk melakukan pemeriksaan yang memungkinan faktor
resiko tinggi bisa ditemukan.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara
ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan
pengalaman dalam memecahkan masalah khususnya pada Ny. N Post Partum
Hari Ke 7 Di Poli Hamil RSUD Sidoarjo.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
1. Pengkajian dan menganalisa data pada klien dengan puerperium fisiologis
2. Merumuskan diagnosa kebidanan dan menentukan prioritas masalah pada klien
3. Menyusun rencana kebidanan
4. Melaksanakan tindakan kebidanan
5. Evaluasi asuhan kebidanan.
1.3 LOKASI DAN WAKTU
Penyusunan tugas ini dilakukan saat penulis melaksanakan
praktek lapangan di Poli Hamil RSUD Sidoarjo mulai tanggal 11 Juli
2011 sampai dengan 06 Agustus 2011.
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan persalinan, metode
penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar nifas dan asuhan
kebidanan pada masa nifas.
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data, diagnosa/ masalah,
diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan dan
rasional, pelaksanaan rencana tindakan, dan evaluasi.
BAB IV Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR NIFAS
2.1.1 Pengertian
Masa nifas
(puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum bamil, berlangsung
selama kira-kira 6 miuggu (Prawirohaijo, Sarwono, 2000: 122).
Masa nifas
(puerperiuni) adalah masa pulih kembali, mulai dan persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali sepeti pta hamil, lamanya 6-8 minggu
(Mochtar, Rustam, 1998: 115).
2.1.2 Fisioiogi Nifas
Yang
dimaksud dengan fisiologi nifas adalah hal-hal yang terjadi dan
bersifat karakteristk dalam masa nifas, artinya memberi ciri adanya masa
nifas.Jadi hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik tidak
terjadi pada hal lain, misalnya masa sebelum hamil, masa hamil maupun
masa persalinan. Hal-hal yang terjadi dan memberi ciri masa nifas ini
adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus tenjadi untuk
memenuhi sebagian dan fungsi masa nifas, yaitu mengembalikan keadaan
seperti sebelum masa hamil
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung lama kira-kira 6 minggu.(Buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
sarwono prawirohardjo:122)
Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :
1. Puerperium
dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan- jalan. Di dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat- alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote
puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan atau tahunan.
2.1.3 INVOLUSI ALAT-ALAT KANDUNGAN
Involusi
adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
1. Uterus berangsur- angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
INVOLUSI
|
TFU
|
BERAT UTERUS
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Uri lahir
|
2 jari bawah pusat
|
750 gram
|
1 Minggu
|
Pertengahan pusat
|
500 gram
|
2 Minggu
|
Tidak teraba diatas simphisis
|
350 gram
|
6 Minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
8 Minggu
|
Sebesar normal
|
30 gram
|
2. Plasental
bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan
diameter 7,5 cm, minggu ke-3 menjadi 3,5 cm, minggu ke-6 menjadi 2,4 cm
dan akhirnya pulih.
3. Luka- luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4. Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas.
a. Lochea
rubra ( cruenta): berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban,
sel- sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari
pascapersalinan.
b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.
d. Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
5. Setelah
persalinan bentuk servik agak mengganggu seperti corong berwarana merah
kehitaman, konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan
kecil.
6. Ligamen,
fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksikarena ligamentum rotundum menjadi kendor.
2.2 PERAWATAN PASCA PERSALINAN
1.
Mobilisasi: setelah persalinan ibu harus beristirahat , tidur
terlentang selama 8 jam, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke
kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari
kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan, dan hari keempat/
kelima sudah diperbolehkan pulang.
2.
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
3.
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang
wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama
persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi
selama persalinan.
4. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pascpersalinan.
5.
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
6. Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan- perubahan pada kelenjar mammae yaitu:
· Proliferasi kelenjar- kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
· Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum berwarna kuning- putih susu.
· Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena- vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
· Setelah
persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-
epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi
akan banyak sesudah 2-3 hari pascapersalinan.
7.
Cuti hamil dan bersalin menurut undang- undang bagi wanita pekerja
berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu satu
bulan sebelum bersalin ditambah dua bulan setelah persalinan.
2.3 Laktasi
dapat
diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Untuk
menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dan kehamilan telah teijadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mamae yaitu:Proliferasi janingan pada
kelenjar-keleujar, alveoli, dan jaringan lunak bertambah. Keluar cairan
susu jolong dan ductus laktiferus disebut colostrum, berwarna
kuning-putih susu. Hipervaskulanisasi pada permukáan dan bagian dalam,
dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan,
pengaruh supresi astrogen dan progesteron akan hilang. Maka timbul
pengaruh hormon laktogonik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air
susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar
susu berkontraksi, sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
· Colostrum
Elandula
mammae sudah mulai mengeluarkan kolostrum pada bulan ke 3 kahmilan,
kolostrum akan diproduksi terus sampai 2 – 3 hari post partum antibody
dengan jelas dapat dibuktikan didalam kolostrum.
· Asi dan pengeluaran
Asi
disebut juga bentuk matur dari kolostrum selama 5 hari post partum,
setelah persalinan pengaruh estrogen dan progesterone hilang, maka
timbul pengaruh dari laktogen dan hormone yang merangsang produksi air
susu disamping timbul juga pengaruh hormone oksitosin yang menyebabkan
miopitel kelenjar susu berkontraksi sehingga keluar air susu atau milk
injection, hisapan bayi pada putting susu merupakan rangsangan psikis
yang secara reflektosis mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh
hipofise anterior.
· Faktor – faktor yang mempengaruhi laktasi
Faktor
anatomis, makanan atau diet, cairan yang dikonsumsi, istirahat, isapan
bayi, obat – obatan dan psikologis ibu. Produksi ASI bertambah sesuai
dengan kebutuhan bayi dan pada umumnya ASI bertambah jika ibu dalam
keadaan normal.
· Teknik menyusui
1. Posisi menyusui
Cara
meyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk berdiri atau
berbaring, ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi apabila ibu
pasca operasi Caesar yaitu bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan
kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang
bola, kedua bayi disusui bersamaan dengan payudara kiri dan kanan pada
ASI yang memancar bayi ditengkurapkan di atas dada ibu dengan ibu
sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan
tersedak.
2. Langkah – langkah menyusui
a) Sebelum
menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu
dan areola sekitarnya, sebagai disinfeksi dan menjaga kelembaban puting.
b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.
c) Ibu
duduk atau berbaring santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi.
d) Bayi
dipegang dengan satu tangan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
e) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan.
f) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
g) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
h) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
i) Payudara ibu dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain mneopang dibawah, jangan menekan puting susu atau areola saja.
j) Bayi
diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting reflect) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
k) Setelah
bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu
dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi, usahakan sebagian
besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi sehingga puting susu berada
di bawah langit – langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampunganASI yang terletak di bawah areola.
l) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipagang atau disangga lagi.
2.4 PERUBAHAN – PERUBAHAN PADA MASA NIFAS
2.4.1 Perubahan psikologis
1. Menurut Christina S. Ibrahim:
Reaksi
ibu setelah melahirkan anak bermacam-macam. Kebanyakan ibu-ibu merasa
gembira karana bayi yang telah lama ditunggunya sudah datang, wajah bayi
ingin dilihatnya, sekarang sudah dapat dilihatnya.Reaksi ibu setelah
melahirkan ini ditentu kan pula oleh temperamennya. Bila ibu bertempera
men gembira, riang, dan cukup cerdas, biasanya menjadi ibu yang lebih
sukses. Ibu-ibu yang selalu murung banyak berkhayal, kemungkinan
mengalami kesulitan dalam tugasnya sebagai seorang ibu.
2. Menurut Reva Rubin
Adaptasi psikososial pada waktu post partum. Periode ini diuraikan oleh Rubin dalam 3tahap yaitu:
1) Periode tak ingin
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, pada masa ini umumnya pasif dan tergantung.
2) Periode taking hold
Peniode
ini berlangsung 2-4 had. post partum. ibu menjadi perhatian pada kemam
puannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab
terhadap bayi.
3) Periode letting go
Periode
ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah, dan sangat
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
Ibu mengambil tanggung jawab tehadap perawatan bayinya dan harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas :
1. After
pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksj uterus,
kadang-kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari post partum. Perasaan
mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui. Perasaan
sakit itupun timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban,
sisa-sisa plasnta atau gumpalan darah di dalam Cavum Uteri.
2. Suhu
badan wanita inpartu tidak lebih dan 37,2°C. Sesudah partus dapat naik ±
0,5°C dan keadaan nonnal tetapi tidak melebihi 38,0°C sesudah 12 jam
pertama melahirkan. Umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu
badan lebih dan 38,0°C, mungkin ada infrksi.
3. Nadi.
Umumnya berkisan antara 60 sampai 80 denyutan per menit. Segera setelah
partus dapat terjadi bradikardi. Bila terdapat takikandia sedangkan
badan tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan. Pada nifas umumnya
denyut nadi lebih labil dibanding kan dengan suhu badan.
2.4.2 Perubahan Anatomi
1. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam
kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah
yang banyak,maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas
2. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa
han setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jan,
pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jan
saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis
cervicalis.Pada cervix terbentuk sel-sel otot baru, karena hyperplasi
ini dan karena retraksi dan cervix, robekan cerviks menjadi sembuh.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran-ukurannya yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai
tampak kembali.
3. Dinding perut dan perineum
Setelah
persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang path wanita yang
asthemia teijadi diastasia dari otot-otot rectus abdominia sehingga
sebagian dan dinding perut di garis tengah hanya terdiri dan peritoneum,
prociatipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri
atau mengejan.
4. Saluran kencing
Dinding
kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang.
oedema daii trigonum, menimbulkan obstraksi dan urethra sehingga terjadi
retensio urinae. Kandung kencing dalam masa puerperium kurang sensitif
dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah
kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada
dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalaip waktu 2 minggu.
2.5 Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Paling
sedikit 4 kali kunjungan. Masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
· Kunjungan I (1-2jam setelah persalinan. Setiap 15 menit,4x dilakukan) Tujuan :
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding Attachment).
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7. Pengawasan oleh petugas kesehatan dalam 2 jam pertama setelah melahirkan.
· Kunjungan II 30 menit setelah persalinan. 2x pemeriksaan)
Tujuan :
1. Memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, merawat tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
· Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Tujuan :
Sama seperti pada 6 hari setelah persalinan.
· Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuan :
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
2.6 Kebutuhan Dalam Masa Nifas
2.6.1 . NUTRISI DAN CAIRAN
Ibu nifas perlu diet dengan gizi yang baik dan lengkap.
Tujuan :
1. Membantu memulihkan kondisi fisik.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
3. Mencegah konstipasi.
4. Memulai proses pemberian ASI eksklusif.
Ibu menyusui harus :
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
- Pil zat besi diminum selama 40 hari post partum.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bayi juga mendapatkannya melalui ASI.
2.6.2 AMBULASI (MOBILISASI)
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa
lebih letih dan sakit. Ambulasi dini penting untuk mencegah trombosis
vena. Pada persalinan normal ambulasi dapat dilakukan setelah 2 jam post
partum.
Pada pasien dengan section caesarea ambulasi dilakukan 24-36 jam post partum.
Ambulasi dini (early ambulation) ialah :
Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan selekas mungkin berjalan.
Keuntungan :
- Melancarkan pengeluaran lochea.
- Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
- Memungkinkan untuk ibu belajar merawat bayinya seperti : memandikan, ganti popok dan lain-lain.
- Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah.
Sebagian pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang.
2.6.3 ELIMINASI
1. MIKSI
Miksi spontan normal terjadi pada 8 jam post partum.
· Anjuran pasien berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4 jam setelahnya.
Kandung
kemih yang penuh menganggu mobilitas, involusi uterus dan pengeluaran
lochea. Distensi kandung kemih yang berlebihan dalam waktu lama dapat
merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni uteri.
· Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan extra seluler 50 %. Setelah melahirkan dieliminasi sebagai urine.
· Pada
pasien dengan persalinan lama dan dehidrasi, terdapat acetone dalam
urine. Pada saat laktasi dimulai, mungkin terdapat laktose dalam urine.
· Bila
setelah 8 jam pasien tidak dapat BAK atau jumlahnya belum mencapai 200
cc dapat dilakukan kateterissasi atau intervensi lain.
· Penyeban retensio urine post partum :
a. Tekanan intra abdominal berkurang.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Oedem uretra.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif.
2. DEFEKASI
· Jika lebih dari 3 hari pasien belum juga BAB maka perlu diberi laksans.
· BAB tertunda 2-3 hari post partum masih dikatakan fisiologis.
2.6.4 KEBERSIHAN DIRI
· Tujuan :
- Mengurangi / mencegah infeksi.
- Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan.
· Nasihat yang diberikan :
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
-
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Juga agar membersihkan vulva setiap
kali selesai buang air kecil atau besar dan mengganti pembalut minimal 2
x sehari.
- Sarankan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2.6.5 ISTIRAHAT
- Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
-
Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan dan tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam bebrapa hal :
· Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
· Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
· Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
2.6.6 SEXUAL
- Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri bila :
· Darah merah berhenti.
· Ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
· Ibu merasa siap.
-
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai merasa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada kedua pasangan.
2.6.7 LATIHAN / SENAM NIFAS
-
Jelaskan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu
akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
-
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti : menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu
ke dada, tahan 1 hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
- Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul dilakukan latihan kegel.
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
-
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30
kali.
2.6.8 PERAWATAN PAYUDARA
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
- Menggunakan BH yang menyokong payudara.
-
Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
- Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
· Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
· Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
· Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
· Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI , sisanya keluarkan dengan tangan.
· Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
2.7 Pengawasan masa nifas
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Keadaan umum ibu: warna muka, suhu, nadi, pernafasan
2. Keadaan uterus : tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus
3. Perdarahan : pengawasan dilakukan dengan mengawasi keadaan kotek penderita yang selalu basah dan mendengarkan keluhan penderita
4. Keadaan lochia : warna, banyak dan baunya
5. Keadaan
perineum pengawasan perineum dilakukan waktu perawatan vulva yaitu
setiap kali penderita miksi atau defekasi, atau pada waktu-waktu khusus
diadakan perawatan vulva. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
keadaan jahitannya, keadaan luka bekas jahitan, adakah bengkak atau
iritasi
6. Keadaan buah dada: keadaan puting susu, pembengkakan buah dada, kelainan-kelainan buah dada
7. Keadaan miksi dan defekasi
Urine
yang keluar harus diperhatikan banyaknya dan warnanya. Kandung kemih
yang penuh perlu dihindarkan karena akan mempengaruhi kontraksi uterus
yaitu : kontraksi menjadi lemah yang dapat mengakibatkan perdarahan.
2.8 Kriteria Ibu Post Partum Yang Pulang Lebih Awal
· IBU :
- Kehamilan dan melahirkan normal
- Tidak terdapat KPD
- Tekanan darah stabil, suhu < 38°C
- Sudah mampu untuk ambulasi.
- Perineum utuh tanpa ruptur tingkat III atau IV.
- HB > 10 gr %
- Perdarahan vagina yang tidak berbahaya.
• BAYI :
- Usia bayi (30-40 minggu) dengan BB ≥ 2500 gr sampai 4500 gr dan bayi dapat menyusui.
- Lab : Hematokrit 40%-65%
- Nilai APGAR > 7 pada 1 dan 5 menit pertama.
- BAB BAB dan BAK normal dan tanda-tanda vital stabil.
2.9 Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas
Tanda – tanda bahaya pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan yang hebat.
2. Pengeluaran darah dari vagina yang berbau menusuk.
3. Rasa nyeri dibagian bawah abdomen atau punggung.
4. Sakit kepala terus – menerus nyeri epigastrik atau ada masalah penglihatan.
5. Pembengkakan pada tangan dan wajah.
6. Demam, muntah, sakit ketika buang air seni atau merasa tidak enak badan.
7. Payudara tampak merah, panas dan atau nyeri.
8. Kehilangan nafsu makan untuk jangka lama.
9. Nyeri, warna merah, lembek dan atau pembengkakan pada kaki.
10. Merasa sangat sedih atau tidak bisa merawat diri sendiri dan bayinya.
11. Merasa sangat letih dan sesak nafas.
2.10 KIE Perawatan Bayi
1. Kebersihan : Mandi
2. Menyusui : ASI eksklusif
3. Tidur : baringkan bayi ke samping / terlentang. Jangan
pakai bantal.
4. Perawatan tali pusat :
- Harus dijaga agar bersih dan kering.
- Ibu harus cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat.
- Lapor ke bidan / petugas kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau mengeluarkan cairan.
- Bubuhi alkohol 70 % atau triple – D
5. Imunisasi . Dalam waktu seminggu I, beri bayi :
- BCG
- Vaksin polio.
- Vaksin Hepatitis B.
2.11 Konsep Asuhan Kebidanan
2.11.1 Definisi
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan
oleh bidan kepada klien yang mempunyi kebutuhan atau permasalahan
khususnya dalam bidang KIA.
2.11.2 Tujuan Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan masa nifas bertujuan sebagai :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya secara fisik dan psikologis.
2. Melaksanakan
skrening yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila trejadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.11.3 Metode
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien, bidan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang disebut manajemen kebidanan.
Tahap – tahap manajemen ada 7 langkah yang berurutan (7 langkah Varney) :
1. Pengumpulan data – data
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa
3. Mengantisipasi masalah potensial
4. Menetapkan kebutuhan segera
5. Menyusun rencana tindakan
6. Melaksanakan perencanaan
7. Evaluasi
· Langkah I : Pengumpulan data – data
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang berkaitan dengn kondisi klien.
· Langkah II : Mengidentifikasi masalah atau diagnosa
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang telah
dikumpulkan sehingga ditentukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
· Langkah III : Mengantisipasi masalah potensial
Pada
langkah ini kita mengantisipasi masalah potensial berdasarkan diagnosa
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Bidan diharapkan dapat waspada
dan bersiap – siap mencegah masalah potensial ini benar – benar terjadi.
· Langkah IV : Menentukan kebutuhan segera
Bidan
perlu tindakan segera untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
· Langkah V : Menyusun rencana tindakan
Pada
langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh ditentukan oleh langkah –
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan langkah selanjutnya dari
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
· Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Perencanaan
ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya, walau bidan tidak melakukannya sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
· Langkah VII : Evaluasi
Mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar terpenuhi sesuai kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa atau masalah. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang efektif dalam
pelaksanaannya.
1. Pengkajian Data
A. Data Subyektif
a) Biodata
Nama : Nama perlu ditanyakan agar tidak
keliru bila ada kesamaa nama dengan klien lain. (Ibrahim C., 1984 : 84)
Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat
dikenal usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun.
(Sarwono, 1999 : 23)
Semua
wanita subur 20 – 30 tahun saat yang tepat untuk persalinan dengna
jarak > 2 tahun merupakan masa reproduksi yang sehat. (Depkes RI,
1993 : 23)
Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi
semakin tinggi sehingga perlu diberi penyuluhan. (Depkes RI, 1993 : 30)
Pekerjaan : Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial
ekonominya
agar nasehat yang diberikan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan
mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin zat
yang dihisap akan berpengaruh pada janin. (Ibrahim
.C, 1989 : 85)
Paritas : Paritas 2 – 3 merupakan paritas yang paling
aman ditijnau dari sudut kematian maternal. (Prawirohardjo .S, 1999 : 23)
Perkawinan : Berapa kali nikah atau berapa lamanya untuk
membantu
menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu, bila orang hamil sudah
lama menikah nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan
dalam pimpinan persalinan. (Sastrawinata S., 1983 : 55)
Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana,
menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namnya sama agar dapat dipastikan ibu
yang mana yang hndak ditolong untuk kunjungan pasien. (Ibrahim C., 1989 :
84)
b) Keluhan Utama
· 2 – 6 jam : - Nyeri perut bagian bawah
- Darah keluar banyak
- Nyeri luka jahitan
- ASI belum keluar
- Ibu belum bisa BAK
· 2 - 6 hari : - Ibu belum bisa meneteki bayi
- Ibu belum bisa BAB
- Payudara terasa penuh dan keras
- Badan teraba panas
· 2 – 6 minggu : - Bayinya tidak mau menetek
- Darah yang keluar berwarna merah dan berbau busuk.
- Ibu bingung untuk ikut KB
(Ibrahim C., 1980 : 37 dan Prawirohardjo S., 2002 : 123)
c) Riwayat Menstruasi
Haid
: menarche pada umur pubertas 12 – 16 tahun, selama haid siklus teratur
28 – 35 hari, lama 3 – 7 hari dengan pengeluaran darah +/- 50 – 70 cc.
ibu tidak mengalami gangguan haid. (Sarwono, 1999 : 103 – 104)
Selama
haid tidak ditemukan keluhan pusing, pingsan, ataupun tanda – tanda
anemia yang lain serta jumlah perdarahan yang berlebihan hingga atau
stosel. (Persis Mary H., 1995)
d) Riwayat Kesehatan Ibu
· Ibu
hamil dengan riwayat hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan
dan kemungkinan bisa menyebabkan transrent hypertension.
· Ibu hamil dengan riwayat PMS aktif kemungkinan bisa menyebabkan kuman bisa menular pada bayi saat persalinan.
· Ibu dengan penyakit DM mempunyai pengaruh pada persalinannya dan bayi bisa cacat bawaan – janin besar.
· Ibu menderita hepatitis kemungkinan bayi akan tertular melalui ASI. (Sarwono, 1999 : 401)
e) Riwayat Kesehatan
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga terutama :
· Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular (TBC, hepatitis).
· Penyakit keluarga yang dapat diturunkan (jantung, asma).
· Keturunan hasil kembar.
Informasi
ini sangat penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada
ibu dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya. (Depkes RI, 1993 :
63)
f) Riwayat Kehamilan Dulu
Hal
ini ditanyakan khusus untuk multigravida, apakah kehamilan yang dulu
ada penyakit seperti perdarahan, mual, muntah, dan lain – lain, berapa
kali periksa ANC dan pernah imunisasi TT pemberian tambah darah minimal
90 tablet dan vitamin hamil dan nutrisi.
g) Riwayat Persalinan Dulu
Adakah
penyakit pada persalinan terdahulu seperti perdarahan, section
caesaria, sulutio placenta. Hal ini ditanyakan untuk persiapan
persalinan ini.
h) Riwayat Nifas Dahulu
Adakah
penyakit nifas yang lalu (perdarahan, febris, kemungkinan terjadi pada
nifas sekarang) missal syok pada masa nifas, seperti syok haemoragik,
syok kardiogenik, infeksi pada nifas (febris).
i) Riwayat Keluarga Berencana
Ditanyakan
jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama memakai alat kontrasepsi,
alasan memakai, adakah keuhan selama memakai alat kontrasepsi.
(Depdikbud Unair, 1999 : 111)
j) Pola Kebiasaan
· Nutrisi :
Makanan
harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur – sayuran dan buah – buahan.
(Mochtar .R, 1998 : 117)
· Personal Hygiene :
Menjaga
kebersihan tubuh dan terutama pada alat genetalia, mencegah terjadinya
infeksi. Usahakan agar ibu mandi dengan air bersih dan juga membersihkan
daerah vital, merawat luka perineum jika ada jahitan.
· Eliminasi :
BAK
hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang – kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi M. Sfingter Ani. Selama persalinan BAB harus
dilakukan 3 – 4 hari pasca persalinan.
· Istirahat :
Istirahat
sangat penting bagi ibu pasca persalinan. Ibu harus terlentang selama 8
jam pasca persalinan, kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombosit. (Rustam Mochtar, 1998 : 116)
· Aktivitas
Ibu
diperbolehkan miring ke kanan dan ke kiri, bangun, duduk di tempat
tidur cukup istirahat beberapa jam setelah melahirkan ± 6 – 8 jam.
Setelah melahirkan, diperbolehkan turun dan jalan – jalan ini biasanya
disebut early ambulation. (Ibrahim C., 1980 : 36)
B. Data Obyektif
a) Pemeriksaan umum : Baik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi normal : 110 / 70 mmHg – 130 / 90 mmHg
Nadi normal : 80 – 100x / menit
Suhu normal : 36,5 o C – 37 o C
Nafas normal : 16 – 24x / menit
b) Riwayat Persalinan
Riwayat persalinan secara normal, spontan belakang kepala, ditolong bidan.
· Kala I
Untuk
primigravida berlangsung ± 12 jam kontraksi yang sebelumnya tidak
teratur menjadi lebih lama dan kuat sehingga pembukaan menjadi lengkap
10 cm.
- Fase laten 0 – 4 cm : ± 7 – 8 jam
- Fase aktif : fase akselarasi : 2 jam
- Fase dilatasi maksimal : 2 jam
· Kala II
Primi
berlangsung 60 menit dan multi berlangsung 30 menit dengan his menjadi
lebih kuat, kontraksinya 50 – 100 / detik datangnya tiap 2 – 3
menit.
(Sulaiman, 1983 : 260)
· Kala III
Berlangsung
5 – 10 menit setelah anak lahir. Keadaan placenta lengkap 15 – 20
kotiledon, diameter 15 – 20 cm, tebal 1,5 – 2,5 cm, berat ± 500 gram,
panjang tali pusat 50 – 60 cm, tidak ditentukan placenta berlubang.
Tidak ada pembuluh darah yang terputus.
(Prawirohardjo .S, 1983 : 264)
c) Pemeriksaan Fisik
· Kepala
- Muka : pucat atau tidak, warna muka ibu setelah
melahirkan kelihatan pucat disebabkan adanya perdarahan.
- Mata : simetris atau tidak, conjungtiva pucat atau
tidak karena berhubungan dengan anemia karena kehilangan darah saat proses persalinan. (Ibrahim C., 1980 : 81)
- Mulut : bibir tampak pucat kemungkinan anemia
(timbulnya rasa nyeri hebat).
- Leher : pembesaran kelenjar tiroid kemungkinan
mengalami kekurangan yodium.
- Dada : puting susu menonjol atau tidak, ASI keluar
banyak atau sedikit, karena air susu merupakan makanan pokok bagi bayi untuk tumbuh kembang. (Ibrahim C., 1980 : 19)
· Abdomen
- Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi.
- Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat merupakan
perubahan
alat – alat kandungan atau uterus yanbg terjadi setelah uri lahir,
kontraksi otot – otot uterus baik atau lemah, kontraksi tersebut berguna
untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan dan mencegah
terjadinya perdarahan. (Ibrahim C., 1980 : 12).
- Auscultasi : bising usus
- Perkusi : tidak kembung
· Genetalia
- Lochea rubra
Pada
kurang 2 hari post partum berisi darah segar dan sisa – sisa selaput
ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
- Lochea sanguinolenta
Berwarna kuning berisi darah dan lendir pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
- Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
- Lochea alba
Cairan putih selama 2 minggu/ perineum utuh atau episiotomi. (Mochtar Rustam, 1998 : 116)
- Anus
Ada atau tidak haemoroid
- Ekstrimitas
Oedema atau tidak, jika ada oedema disebabkan adanya trombosit dan tromboplebitis.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Rongent
II. Identifikasi Masalah atau Diagnosa
Diagnosa : P10001 dengan 2 – 6 jam post partum fisiologis masalah yang terjadi 2 – 4 jam post partum.
- Kontraksi uterus lemah
- Perdarahan yang bayak
- Gangguan psikologis (cemas, sehubungan dengan tidak bisa meneteki bayinya).
- Potensial terjadinya pembengkakan payudara.
- Potensial terjadi fenris puerperalis.
III. Mengantisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang terjadi pada masa nifas
1. Perdarahan
2. Terjadinya infeksi
3. Terjadinya bendungan payudara
IV. Menentukan Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang segera diberikan adalah :
1. Observasi tanda – tanda vital.
2. Observasi tanda infeksi, perdarahan, kontraksi uterus.
3. Rawat luka perineum.
4. Pemberian antibiotika.
V. Menyusun Rencana Tindakan
· Perencanaan
- Diagnosa : Ibu post partum
- Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan
diharapkan tidak terjadi komplikasi
- Kriteria :
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Tanda – tanda vital normal.
3. Suhu : 36,5 o C
Tensi : 110/70 mmHg – 130/90 mmHg
Nadi : 80 – 100x / menit
R-R : 16 – 24x / menit
· Intervensi
1. Jelaskan pada ibu pentingnya masa nifas
R/ Ibu mengerti dan mampu beradaptasi dengan keadaan.
2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi diri
R/ mempercepat proses involusi dan mencegah terjadinya infeksi.
3. Anjurkan ibu untuk makan dan minum
R/ mengganti tenaga yang dikeluarkan saat persalinan.
4. Beri posisi senyaman mungkin untuk istirahat
R/ memperlancar peredarana darah dan membuat ibu nyaman.
Masalah 1: Nyeri bekas jahitan perineum
Tujuan : Ibu dapat beradaptasi dengan nyerinya dan lebih
tenang.
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri
R/ Ibu kooperatif dan mengerti tentang penyebab nyeri.
2. Anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang
R/ Relaksasi oto – otot untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Ajarkan cara merawat luka perineum dengan mnegganti kasa tiap kali habis mandi dan setelah BAB dan BAK
R/ mencegah infeksi dan mengurangi rasa nyeri.
Masalah II : Kontraksi uterus lemah
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : Kontaksi uterus baik fundus uteri teraba bulat,
keras
Intervensi :
1. Lakukan massage uterus secara melingkar
R/ Memberi rangsangan uterus berkontraksi dengan baik.
2. Keluarkan stosel darah dalam uterus
R/ Uterus mnejadi berkontraksi.
3. Kosongkan kandung kemih yang penuh
R/ Tidak menghambat kontraksi uterus.
4. Berikan alat uterotonika
R/ Dapat membantu kontraksi uterus.
Masalah III : Perdarahan yang banyak
Tujuan : Perdarahan dapat diatasi
Kriteria : - Nadi normal 80 – 100 x / menit
- Warna muka tidak pucat
- Ibu merasa tenang
- Perdarahan normal ± 50 cc
Intervensi :
1. Cari penyebab perdarahan
R/ Dapat menfokuskan pada penyebab dan segera mengatasinya.
2. Lakukan massage uterus
R/ Menguatkan kontraksi uterus.
3. Lakukan penekanan aorta abdominal
R/ Menekan aorta addominal mencegah keluarnya darah.
Masalah IV : Gangguan psikologis (cemas)
Tujuan : Cemas dapat teratasi
Kriteria : - Ibu senang dengan kelahiran bayinya.
- Ibu dapat merawat bayinya dengan benar.
- Ibu dapat meneteki bayinya dengan benar.
Intervensi :
1. Berikan bimbingan kepada ibu tentang penyesuaian diri
R/ Mengatakan rasa cemas karena kelahiran sang bayi.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat bayinya
R/ Ibu dapat merawa bayinya dengan benar.
3. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara meneteki yang benar.
R/ Ibu dapat meneteki bayinya dengan benar.
4. Tunjukkan rasa simpati, menghargai, memberi ucapan selamat kepada ibu
R/ Memberikan perasaan senang pada ibu.
Masalah V : Potensi terjadinya pembengkakan payudara
Tujuan : Tidak terjadinya pembengkakan payudara.
Kriteria : - ASI keluar lancar
- Ibu mau menyusui bayinya.
Intervensi :
1. Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya dengan segera
R/ Memperlancar produksi ASI.
2. Ajarkan perawatan payudara dengan massage
R/ Melebarkan pembuluh darah pada payudara sehingga ASI keluar banyak.
3. Anjurkan ibu makan makanan bergizi
R/ Meningkatkan kualitas air susu dan memperbanyak produksi air susu.
Masalah VI : Potensial terjadinya februs puerperalis
Tujuan : Tidak terjadi febris puerperalis
Kriteria : - Suhu ibu normal 36,5 o C - 37 o C
Intervensi :
1. Lakukan observasi pada 2 jam post partum
R/ Mengetahui peningkatan suhu tubuh normal atau tidak.
2. Anjurkan ibu untuk banyak minum
R/ Memperlancar proses metabolisme.
3. Jaga kebersihan ibu, petugas dan ruang perawatan
R/ Mencegah terjadinya infeksi.
VI. Melakukan Perencanaan
Langkah
ini dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian oleh wanita tersebutjika
belum ditugaskan oleh orang lain tetapibidan memikul tanggung jawab
tentang pelaksanaannya.
VII. Evaluasi
S. Data Subyektif
- Ibu mengatakan sudah menjalankan nasehat yang diberikan oleh petugas kesehatan.
- Ibu mengatakan keadaannya mulai membaik.
O. Data Obyektif
- Suhu : 36,5 o C
- Nadi : 84x / menit
- Nafas : 20x / menit
- Tensi : 120 / 90 mmHg
- TFU : 2 jari di bawah pusat
- Perdarahan : 1 kotek penuh
- Kontraksi uterus : baik
A. Assesment
P10001 dengan post partum normal.
P. Rencana
- Observasi tanda vital ibu.
- Observasi TFU, perdarahan, kontraksi uterus.
- Kolaborai dengan dokter dalam pemberian terapis.
(Mochtar Rustam, 1995)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN DATA
Tanggal 13 juli 2011, pukul 09.00 WIB.
1. DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama Istri : Ny “N” Nama Istri : Tn “H”
Umur : 31th Umur : 35th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku//bangsa : jawa/indonesia Suku//bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Lama kawin : 4tahun Lama kawin : 4tahun
Alamat : Jln. Gaja Mada Alamat : Jln. Gaja Mada
no71 Sidoarjo no71 Sidoarjo
b. Status Perkawinan
Umur pertama kali menikah : 27 th
Lama perkawinan : 4 th
Berapa kali kawin : 1 kali
c. Keluhan
Ibu mengatakan perut terasa mulas tetapi tidak mengganggu aktivitas.
d. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 7 hari
Banyaknya : 2-3 kotex.
Sifat darah : warna merah segar , bau anyir
Dismenorhoe : jarang, pada hari pertama
Fluor Albus : ada, gatal, tidak berbau
Sekian dulu pembahasan Makalah Kebidanan yang berjudul "MASA NIFAS ". untuk para Sobat searching Makalah Cyber ( MakBer ) setia, semoga makalah yang kami bagikan dapat bermanfaat bagi para MakBer semua. jangan lupa follow twitter kami @makalahcyber dan like Facebook kami yaitu Makalah Cyber supaya tidak ketinggalan informasi makalah terupdate dari Makalah cyber. terima kasih para MakBer telah berkunjung di Makalah Cyber. Makalah Cyber adalah tempat Kumpulan Makalah terlengkap no 1 di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar