Tugas mandiri
KATETERISASI URINE
DISUSN OLEH :
SUCI RAHMADANI SAFITRI
10.2..0.1.034
KATETERISASI
1. PENGERTIAN
Definisi :
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silicon.
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selanng kateter kedalam kandung kemih melalui uretra ,dengan tujuan mengeluarkan urin.
Kegunaan :
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih.
• Untuk pengumpulan spesimen urine.
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih.
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan .
Perhatian :
• Pelaksana harus memiliki pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial.
• Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
• Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan pasien, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati .
• Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan.
• Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent .
Tindakan memasukkan kateter kedalam buli-buli melalui uretra dinamakan kateterisasi uretra. Indikasi kateterisasi dapat untuk membantu menegakkan diagnosis dan tindakan terapi.
Tindakan kateterisasi untuk tujuan diagnosis, misalnya ;
1. Memperoleh contoh urin pada wanita guna pemeriksaan kultur urin.
2. Mengukur residual urin pada pembesaran prostat
3. Memasukkan bahan kontras pemeriksaan seperti pada sistogram
4. Mengukur tekanan tekanan buli-buli seperti pada sindrom kompartemen abdomen
5. Untuk mengukur produksi urin yang merupakan cerminan keadaan perfusi ginjal pada penderita shock
6. Mengetahui perbaikan atau perburukan pada trauma ginjal dari urin yang bertambah merah atau jernih yang keluar dari kateter
Tindakan kateterisasi untuk tujuan terapi, antara lain :
1. Mengeluarkan urin pada retensio urinae
2. Membilas / irigasi buli-buli setelah operasi batu buli-buli, tumor buli atau prostat
3. Sebagai splint setelah operasi uretra seperti pada hipospadia
4. Untuk memasukkan obat ke buli-buli, misalnya pada carcinoma buli-buli
Macam kateter uretra
Kateter uretra bisa terbuat dari logam, karet atau silikon. Bermacam bentuk kateter dibuat, dan umumnya dinamai sesuai dengan pembuatnya, seperti kateter Nelaton, Tiemann, de Pezzer, Malecot dan Foley. Saat ini yang paling populer dan mudah didapat adalah kateter Foley. Selain mudah ditemui, keunggulan kateter Foley adalah merupakan kateter menetap (indwelling catheter=self retaining), tidak iritatif, tersedia dalam berbagai ukuran dan ada yang cabang tiga (three way catheter). Kateter Foley dapat dipasang menetap karena terdapat balon yang dapat dikembangkan sesudah kateter berada dalam buli-buli melalui pangkal kateter.
Ukuran kateter uretra
Ukuran pada kateter uretra menunjuk pada diameter luar, bukan lumennya. Pada bungkus kateter dan pangkal kateter selalu tercetak ukuran diameter kateter dan jumlah cairan yang diizinkan untuk dimasukkan dalam balon kateter. Ukuran diameter luar kateter ditulis dalam satuan Ch = Cheriere atau F/Fr = French (bukan Foley), dimana 1 Ch / 1 F sama dengan 0.33 milimeter; atau dengan kata lain 1 milimeter sama dengan 3 Ch atau 3 F. Pada orang dewasa Indonesia biasanya dipasang kateter no 16 atau 18.
Persiapan pemasangan kateter uretra
Karena pemasangan kateter merupakan tindakan invasif, menimbulkan nyeri dan dapat menimbulkan komplikasi permanen, pemasangannya harus melalui persetujuan tertulis (informed consent). Kateterisasi juga dapat menimbulkan infeksi pada uretra dan buli-buli, karenanya harus dilakukan secara aseptik.
Peralatan yang harus disiapkan adalah :
1. Kateter steril / baru yang masih dalam bungkus 2 lapis
2. Sarung tangan steril
3. Kasa
4. Zat antiseptik, misalnya povidone iodine
5. Doek lubang
6. Pelicin misalnya KY jelly
7. Pinset steril
8. Klem
9. NaCl atau aqua steril
10. Spuit
11. Urine bag
Prosedur pemasangan kateter uretra
Pemasangan kateter pada wanita lebih mudah karena uretranya pendek, karenanya prosedur pemasangan dibawah ini merupakan kateterisasi pada laki-laki dewasa.
1. Cuci tangan dengan antiseptik
2. Memakai sarung tangan steril
3. Disinfeksi sekitar meatus eksternus, kemudian seluruh penis, pubis, skrotum dan perineum
4. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang
5. Masukkan pelicin / lubrikans kedalam spuit tanpa jarum dan semprotkan pelicin kedalam uretra
6. Tutup meatus agar pelicin tidak keluar
7. Minta asisten untuk membuka bungkus luar, pegang plastik pembungkus kateter dan robek plastik pembungkus
8. Ujung kateter dipegang dengan pinset, sedang pangkal bisa dibiarkan dalam plastik pembungkus atau dikeluarkan untuk dipegang dengan jari ke IV dan V
9. Masukkan ujung kateter pelan-pelan
10. Bila ujung kateter sampai pada tempat sempit, yaitu pada sphincter, pars membranacea uretra atau adanya penyempitan oleh BPH, laju ujung kateter akan tertahan
11. Minta penderita bernapas dalam dan relaks; tekan beberapa menit sampai terjadi relaksasi, biasanya kateter dapat melewati tempat sempit dan masuk ke dalam buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urin
12. Masukkan terus kateter sampai pangkal kateter
13. Masukkan NaCl atau aqua steril untuk mengembangkan balon, jumlah cc-nya sesuai dengan yang tertulis pada pangkal kateter dan tarik kateter agar balon menutup orificium
14. Klem kateter, hubungkan dengan urine bag secara asepsis, buka klem dan biarkan urin mengalir
15. Lakukan fiksasi kateter pada paha atau inguinal.
Bila kateter tertahan pada sphincter atau terdapat penyempitan uretra karena BPH, ada beberapa teknik untuk mengatasinya, antara lain :
1. Minta penderita untuk relaks, bernapas panjang
2. Diberi anestesi topikal untuk mengurangi nyeri dan membantu relaksasi
3. Menyemprotkan pelicin melalui pangkal kateter untuk membantu membuka tempat penyempitan
4. Masase prostat melalui colok dubur (oleh asisten)
5. Ganti dengan kateter yang lebih kecil atau kateter Tiemann yang ujungnya runcing
6. Bila buli-buli penuh, kosongkan dulu dengan sistostomi; karena buli-buli penuh dapat mendesak prostat dan uretra. Setelah buli-buli kosong, coba kembali dilakukan kateterisasi
Perawatan kateter menetap
Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan komplikasi serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk merawat kateter menetap :
1. Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa mengendap dalam kateter
2. Mengosongkan urine bag secara teratur
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urin tidak mengalir kembali ke buli-buli
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter dengan antiseptik secara berkala
5. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali
Komplikasi pemasangan kateter
1. Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa menyebabkan luka dan perdarahan uretra yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup
2. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan luka pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan mengembnag dalam buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya
3. Infeksi uretra dan buli-buli
4. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru
5. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli
6. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang berkibat perdarahan dan melukai uretra
7. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat
Kateterisasi Urine
( Prosedur Kateterisasi Urine pada Wanita )
1. Pengertian
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan kedalam kandung kemih
2. Tujuan
a. Menghilangkan distensi kandung kemih
b. Mendapatkan spesimen urine
c. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
3. Persiapan
a. Persiapan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Bak instrumen berisi :
a) Poly kateter sesuai ukuran 1 buah
b) Urine bag steril 1 buah
c) Pinset anatomi 2 buah
d) Duk steril
e) Kassa steril yang diberi jelly
2) Sarung tangan steril
3) Kapas sublimat dalam kom tertutup
4) Perlak dan pengalasnya 1 buah
5) Sampiran
6) Cairan aquades atau Nacl
7) Plester
8) Gunting verband
9) Bengkok 1 buah
10) Korentang pada tempatnya
4. Prosedur
a. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat didekatkan ke pasien
b. Pasang sampiran
c. Cuci tangan
d. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien
e. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien lithotomi (kaki ditekuk dan Kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan didekat bokong klien
f. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset.
g. Bersihkan genitalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat membuka vulva kemudian tangan kanan memegang pinset dan mengambil satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia mayora dari atas kebawah dimulai dari sebelah kiri lalu kanan, kapas dibuang dalam bengkok, kemudian bersihkan labia minora, klitoris, dan anus. Letakkan pinset pada bengkok.
h. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam uretra kira-kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai ukuran yang tertulis di kateter. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung kemih
i. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi tempat tidur
j. Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien
k. Klien dirapikan kembali
l. Alat dirapikan kembali
m. Mencuci tangan
n. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
Sabtu, 07 April 2012
Kateterisasi URINE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar