A.
Pengertian Rekayasa Genetika
Rekayasa
genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya
dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu
menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen.
Teknologi
Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didifinisikan sebagai teknik
in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke
dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat
menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang
digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip
dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan
susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur
DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat
berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang
kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk
mendapatkan insulin
B.
Tujuan Rekayasa Genetika
Rekayasa
genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan
produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan
pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap
herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih
hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas
aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Rekayasa
Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba
tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara,
meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan
ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan
obat-obatan dan kosmetika.
C.
Tahap Pembuatan Insulin :
·
Bakteri
yang masih mempunyai plasmid, plasmidnya dipotong dengan menggunakan enzim
Restriksi Endonuklease
·
Kemudian
gen insulin dari sel pankreas juga dipotong dengan menggunakan enzim restriksi
·
Lalu gen
insulin ini di sisipkan pada plasmid bakteri dengan menggunakan enzim ligase
sehingga disebut dengan ADN rekombinan
·
Setelah
itu ADN rekombinan itu dimasukkan ke dalam tubuh bakteri baru
·
Bakteri
dibiarkan berkembang biak dalam wadah fermentasi sehingga dihasilkan insulin.
D.
Penyebab Berkembangnya Rekayasa Genetika
·
Ditemukannya
enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease
·
Ditemukannya
pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan operon laktosa pada
prokariota
·
Ditemukannya
perekat biologi yaitu enzim ligase
·
Ditemukannya
medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme
Sejalan
dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika,
bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan
dan efisiensi kerja bidang ini.
E.
Penerapan Rekayasa Genetika
1. Bidang pertanian dan bahan pangan
·
Ditemukannya
tomat Flavr Savr yang tahan
·
Ditemukannya
sapi dengan produksi susu meningkat 20%
·
Ditemukannya
kopi super
·
Ditemukannya
tanaman ber-pestisida
·
Ditemukannya
vaksin penyakit mulut dan kuku
·
Jagung
dengan protein tinggi
2. Bidang kesehatan dan farmasi
·
Diproduksinya
insulin dengan cepat dan murah
·
Adanya
terapi genetic
·
Diproduksinya
interferon
·
Diproduksinya
beberapa hormon pertumbuhan
3. Bidang Industri
·
Terciptanya
bakteri yang mampu membersihkan lingkungan tercemar
·
Bakteri
yang dapat mengubah bahan tercemar menjadi bahan tidak berbahaya
·
Batkeri
pembuat aspartanik
F.
Dampak Rekayasa Genetika
a.
Dampak di
bidang sosial ekonomi
Dampak ekonomi yang tampak
adalah paten hasil rekayasa, swastanisasi dan kosentrasi bioteknologi pada
kelompok tertentu, memberikan pengaruh yang sangat luas pada masyarakat. Produk
bioteknologi dapat merugikan petanikecil. Penggunakan hormon pertumbuhan sapi
dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20%, niscaya akan menggusur
peternak kecil.
b.
Dampak di
bidang kesehatan
Produk rekayasa di bidang
kesehatan ini memang sudah ada yang menimbulkan masalah yang serius. Contohnya
adalah penggunaan insulin hasil rekayasa menyebabkan 31 orang meninggal di
inggris. Tomat Flavr Savr diketahui mengandung gen resisten terhaap antibiotic.
Susu sapi yang disuntik dengan hormone BGH disinyalir mengandung bahan kimia
baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
c.
Dampak di
bidang etika dan moral
Menyisipkan gen makhluk
hidup kepada makhluk hidup lain memiliki dampak etika yag serius. Menyisipkan
gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat5 dianggap sebagai pelanggaran
terhadap hukum alam dan sulit diterima manusia. Bahan pangan transgenic yang
tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan
hak paten pada organism hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas
organism. Hal ini bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang
mengghargai nilai intrinsic makhluk hidup.
G.
Contoh Rekayasa Genetika
TANAMAN
TRANSGENIK
Pengertian Transgenik
Transgenik
adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan
tertentuOrganisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen
dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies)
lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara
ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa
genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup
lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang
memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman
sebelumnya.
Secara
epistemologi, proses pembuatan tanaman transgenik sebelum
dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian
yang panjang, studi kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan
yang ketat, termasuk melalui analisis dampak lingkungan
untuk jangka pendek dan jangka panjang. Secara
aksiologi: berdasarkan pendapat kelompok masyarakat
yang pro dan kontra tanaman transgenik memiliki manfaat untuk
memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tetapi manfaat tersebut belum
teruji, apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya.
Gen
yang telah diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke
dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu,
sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel
tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa
gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman
inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen
asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke
tanaman tersebut (Muladno, 2002).
Tanaman
transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah
gen. Gen yang dimasukkan itu - disebut transgene - bisa diisolasi dari tanaman
tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali.
Transgenik
per definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell
or germ cells of organism (BPPT,2000). Karena berisi transgene tadi, tanaman
itu disebut genetically modified crops (GM crops). Atau, organisme yang
mengalami rekayasa genetika (genetically modified organisms, GMOs).
Transgene
umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu.
Misal, pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi
memanfaatkan gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang
mematikan bagi hama tertentu. Gen Bt ini disisipkan ke rangkaian gen
tanaman jagung. Sehingga tanaman resipien (jagung) juga mewarisi sifat toksis
bagi hama. Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati (Intisari, 2003).
Proses Transgenik
Cara
seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelasan tentang
plasmid (lihat Bab XI). Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi
setelah transformasi dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa pun
atau berarti transformasi gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi atau
berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa
fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Untuk membedakan antara kemungkinan
pertama dan kedua dilihat perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel
inang memperlihatkan dua sifat marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan
kedualah yang terjadi. Selanjutnya, untuk membedakan antara kemungkinan kedua
dan ketiga dilihat pula perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel
inang hanya memperlihatkan salah satu sifat di antara kedua marker vektor, maka
dapat dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi.
Seleksi
sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan dengan mencari
fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang pembuatannya
dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai atau
polymerase chain reaction (PCR). Penjelasan lebih rinci tentang teknik PCR
dapat dilihat pada Bab XII. Pelacakan fragmen yang diinginkan antara lain dapat
dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi koloni (lihat Bab X). Koloni-koloni
sel rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis agar isi selnya keluar,
dibersihkan protein dan remukan sel lainnya hingga tinggal tersisa DNAnya saja.
Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di dalam larutan pelacak.
Posisi-posisi DNA yang terhibridisasi oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan
posisi koloni pada kultur awal (master plate). Dengan demikian, kita bisa
menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan.
Susunan
materil genetic diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang unggul ke dalam
kromosomnya.Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih dibanding tanaman
konvensional, kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca, umur
pendek, dll; sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan
pangan secara cepat dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida
atau bahan kimia lain serta tanaman transgenik produksi lebih baik
Teknik
rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman; yaitu memperbaiki sifat-sifat
tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman hama maupun
lingkungan yang kurang menguntungkan; sehingga tanaman transgenik memiliki
kualitas lebih baik dari tanaman konvensional, serta bukan hal baru karena
sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat;
Tujuan Transgenik
Tujuan
memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang memiliki sifat
lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman transgenik, misalnya
jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan dari tanaman transgenic
tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama.
Rekayasa
genetika seperti dalam pembuatan transgenik dilakukan untuk kesejahteraan
manusia. Akan tetapi, terkadang muncul dampak yang tidak diinginkan, yaitu
dampak negatif dan positifnya sebagai berikiut.
Aplikasi Transgenik
Teknologi
DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam
berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk
teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi
genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan genetically modified
organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan
berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang
dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa
ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam
berbagai bidang kehidupan manusia.
Ø
Pertanian
Aplikasi teknologi DNA
rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan dimungkinkannya transfer
gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens (lihat
Bab XI). Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman transgenik
seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.
Di bidang peternakan hampir
seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA rekombinan, misalnya
penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan bibit.
Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing, blue
tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah
diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah
dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine somatotropine atau
rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken
growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia
adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23
Februari 1997.
Pada dasarnya rekayasa
genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu
negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya penanganan
pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan
melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui
produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas
gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara
ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya
diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah
terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Ø
Perkebunan, kehutanan, dan florikultur
Perkebunan kelapa sawit
transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi saat ini
mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan
karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan
kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat.
Di bidang kehutanan telah
dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur kayu lebih baik.
Sementara itu, di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman
anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama. Demikian pula, telah
dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna
bunga yang diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.
Ø
Kesehatan
Di bidang kesehatan,
rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat dengan kualitas
yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlah
penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam
penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika
memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti
insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih
efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk
tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat
pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa.
Ø Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata
sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya penyelamatan keanekaragaman
hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa
ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan lingkungan
dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam
skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri
dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik
bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali.
Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan
tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang
dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Ø
Industri
Pada industri pengolahan
pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang digunakan juga merupakan
produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard cheese) yang
diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme
transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa
makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya
saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik
Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa
a.
Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetically
Modified Organism terbesar yaitu sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63%
dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa genetika, dihasilkan
tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida dan
memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah
dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan
kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi
b.
Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah
mengalami rekayasa genetika melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan
gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri
dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga dapat
meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis yang dipindahkan
mampu memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut
Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB
menunjukkan bahwa pengembangan usaha tani jagung transgenik secara nasional
memberikan keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliun. Keuntungan itu berasal
dari mulai peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani hingga
penghematan devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung
.
Dalam jangka pendek pengembangan jagung
transgenik akan meningkatkan produksi jagung nasional untuk pakan sebesar
145.170 ton dan konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang,
penurunan harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh
industri pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan
produksi jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya masih
cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara
tidak langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c.
Kapas Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan
tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika
dapat menurunkan jumlah penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak
digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus
thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap
herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para petani, keuntungan dengan
menggunakan kapas transgenik adalah menekan penggunaan pestisida atau
membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara efektif tanpa mematikan
tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada produksi tanaman kapas. Di
samping dapat menurunkan produksi, serangan serangga hama dapat menurunkan
kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika
merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah
merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga dengan Cina dan India yang
merupakan produsen kapas terbesar di dunia setelah Amerika Serikat juga secara
intensif telah mengembangkan kapas transgenik.
d.
Tomat Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus
dipanen ketika masih hijau tapi belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat
cepat lunak setelah matang. Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang
pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal
tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini
disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi
pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus
yang disebut antisenescens yang memperlambat proses pematangan
(ripening) dengan cara memperlambat sintesa enzim poligalakturonase sehungga
menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase
akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut
dibiarkan matang di bagian batang tanamannya untuk waktu yang lebih lama
sebelum dipanen. Bila dibandingkan dengan generasi tomat sebelumnya, tomat
jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan terhadap penanganan dan
ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan
lebih sedikit.
e.
Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah
Amerika nebyetujui untuk mengomersialkan kentang hasil rekayasas genetika yang
disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang dengan sebutan kentang “New
Leaf”. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi genetic yang
memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado
potato beetle. Dengan demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri
dari penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain
resisten terhadap serangan hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi
zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya. Hama beetle
Colorado merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk
komoditi kentang di Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan
kentang bila tidak ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik
tersebut berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga kentang
transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui
kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang berkesinambungan,
sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat
Dampak Positif
Transgenik
1.
Rekayasa
transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber yang lebih
sedikit.
2.
Rekayasa
tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas daerah
pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3.
Makanan
dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.
Dampak Negatif
Transgenik
Adapun
dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:
A.
Aspek sosial,Yang
meliputi:
1.
Aspek agama
Penggunaan gen yang berasal
dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan menimbulkan
kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen
dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan
kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi
produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ
tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan
mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral
kemanusiaan universal. Demikian juga, xenotransplantasi (transplantasi
organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk
kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma
agama.
2.
Aspek etika dan estetika
Penggunaan bakteri E coli
sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam
skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian
masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli
merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada
umumnya diisolasi dari tinja manusia.
B.
Aspek ekonomi
Berbagai komoditas
pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan serius
terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu
transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi
daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran
bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga,
produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh
kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit
sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang
peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan
kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam
keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
C.
Aspek kesehatan
1.
Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer
genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang
berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh,
transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung
secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan
kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi
alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan
konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya
kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan
toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap
makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang
sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme
tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin,
alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme
transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar
bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum
Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam
umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang
resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen,
yang tinggi.
2.
Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan
WHO pada tahun 1996
menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat
di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit
baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad
yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab
kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal
terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya
dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu,
penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas
transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut
dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet
transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi
sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat
diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999
dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan
dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia,
organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A.
Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi
pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi.
Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi
pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai
tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman
transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman
transgenik.
D.
Aspek lingkungan
1.
Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau
transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah
ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah
hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya
tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung
Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus
plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan
ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi
karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan
kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m
darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga
larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen
resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah
terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan
ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
2.
Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat
transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun
ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme
tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah
mengalami pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi
kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman
tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur
tanah di areal pertanamannya.
3.
Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat
pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan
terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau
lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor
lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan
gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.
4.
Potensi terbentuknya barrier species
Adanya mutasi pada
mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species yang
memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah
terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.
5.
Potensi mudah diserang penyakit
Tanaman transgenik di alam
pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar yang memang telah
lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih
disukai oleh serangga.
Sebagai contoh, penggunaan
tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan mengakibatkan
peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan dan
bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain,
terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman
transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru
memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan
menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Huzaifah, Hamid. Genetika Dasar. http://zaifbio.wordpress.com.
Amarullah, Zakky. Rekayasa Genetika.
http://senyawa-kimia.blogspot.com
Anonim. Rekayasa Genetika.
www.wikipedia.org.
http://id.answers.yahoo.com/
www.google.co.id
Herwandi, Yuyun. 2005. Pelajaran Biologi Untuk Kelas XII
Jurusan IPA Semester 1 dan 2.
http://makalahbiologiku.blogspot.com/2010/04/tanaman-transgenik.html
0 komentar:
Posting Komentar