Minggu, 22 Juli 2012

Kognisi, Emosi, dan Motivasi dalam Konseling

| Minggu, 22 Juli 2012 | 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Konseling di Indonesia sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas, khususnya di daerah perkotaan. Bahkan konseling sendiri sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan di Negara ini, walaupun dalam prakteknya masih terdapat banyak kekurangan yang perlu dibenahi.Perlu juga diketahui bahwa sebenarnya prinsip penerapan konseling tidak terbatas pada setting pendidikan belaka. Tapi dapat juga menyentuh ranah karir dan lembaga-lembaga sosial.

Konseling sebagai bagian dari pendidikan di Indonesia dapat memberikan sumbangan yang positif bagi perkembangan individu. Baik itu di bidang sosial, karir, belajar, maupun pribadi. Karena memberikan layanan yang bersifat psikologis terhadap penyelesaian masalah-masalah siswa, khususnya pada 4 bidang layanan tadi.
Konseling banyak menggunakan prinsip-prinsip terapis dala pemberian layanannya, sehingga aspek psiklogis mau tidak mau akan banyak dilibatkan dalam proses layanan konseling. Beberapa aspek yang berpengaruh dalam proses layanan konseling adalah kognisi, emosi, dan motivasi. Berdasarkan hal tersebut maka kami menyusun makalah yang berkaitan dengan kognisi, emosi, dan motivasi dalam rangka untuk lebih mengetahui seberapa besar pengaruh ketiganya dalam konseling.
1.2.      Rumusan Masalah
  1. Bagaimana hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi dalam konseling
1.3.      Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengatahuan tentang emosi, motivasi, dan kognisi dalam konseling,
Manfaat
  1. Bagi praktisi pendidikan, khususnya guru bimbingan dan konseling, dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang konseling.
  2. Bagi penyusun makalah selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan referansi dalam pembuatan makalah-makalah yang berkaitan dengan konseling.
1.4.      Metode Pembahasan
-          Jenis Tulisan
Tulisan ini menggunakan library search atau yang juga dikenal dengan istilah metode studi pustaka, yakni menggunakan sumber-sumber buku dan sumber website yang relevan dengan materi yang dibahas.
-          Objek Penulisan
Adapun yang menjadi objek dari penulisan dari makalah ini adalah gejala-gejala yang berkaitan dengan kognisi, emosi, dan motivasi.
-          Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan makalah  ini, digunakan tehnik pengumpulan data dengan cara mengambil bahan-bahan informasi yang berkaitan dengan objek yang dikaji dari berbagai sumber yang terkait misalnya buku dan internet.
-          Prosedur Penulisan Makalah
Prosedur penelitian makalah ini terdiri dari:  halaman judul,  kata pengantar,  daftar isi,  pendahuluan, tinjauan teoritis, analisis, kesimpulan dan rekomendasi, serta daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga, pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang serjak lahir (Sjarkawi, 2006).
Menurut Sjarkawi (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal.
  1. 1.      Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupoakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.
  1. 2.      Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ekternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal  dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti Koran, majalah dan sebagainya .
1.1.            Aspek Psikologis dalam Konseling
Nurul Wardhani (2007) menjelaskan beberapa aspek psikologis dan implementasinya dalam konseling, berikut ini penjelasannya:
  1. a.      Kognisi dalam konseling
Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada  penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan, penkhayalan atau penciptaan, pengambilan keputusan dan penalaran. Bagaimana orang memandang satu kejadian sering kali menentukan rekasi emosi atau dan kombinasi kognisi dengan emosi akan menghasilkan respon perilaku. Sebagai konsekuensinya, walaupun dua orang mengalami kejadian yang sama, mungkin akan memberikan reaksi yang berbeda.
  1. b.      Emosi dalam konseling
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu yang berupa perasaan – perasaan tertentu yang dialami saat menghadapi situasi tertentu. Interaksi antara kognisi, emosi, dan tindakan mencerminkan satu hubungan sebab akibat.
  1. c.       Motivasi dalam konseling
Salah satu aspek dalam konseling adalah motivasi, yaitu memberikan dorongan kepada klien agar mampu melaksanakan perilaku dalam upaya memecahkan masalahnya secara efektif dan produktif.
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu, motivasi memiliki karakteristik
  1. Sebagai hasil dari kebutuhan,
  2. Terarah pada tujuan, dan
  3. Menopang perilaku.
Dalam hal ini, fungsi konselor dalam konseling adalah memberikan motivasi kepada klien untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebaik mungkin secara efektif dan produktif.
BAB III
ANALISIS
3.1.      Analisis Teoritis
  1. A.    Pengertian Kognisi, Emosi, dan Motivasi
Sebelum membahas tentang hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi maka kita terlebih dahulu perlu mengetahui pengertian dari ketiganya. Pengetahuan pengertian tentang ketiganya akan membantu kita memberikan gambaran atas apa yang kita bahas.
  1. 1.      Pengertian Kognisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) kognisi memiliki pengertian  (1) kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, (2) proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, (3) hasil pemerolehan pengetahuan
Menurut Neisser, (1967) kognisi adalah keseluruhan proses dimana input sensorik diubah, dikurangi, dimaknai, diambil kembali dan digunakan.
Menurut Chaplin (2002, dalam Desmita 2008) kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangga, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kognisi merupakan usaha untuk memperoleh sesuatu dengan cara mengamati dan kemudian menafsirkannya dengan menggunakan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
  1. 2.      Pengertian Emosi
Emosi menurut Wade dan Tavris (2007) adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecendrungan melakukan suatu tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan.
Menurut The American College Dictionary, (H. Djali, 2007) emosi adalah suatu keadaan afektif yag disadari dimana dialami perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, takut, benci, dan cinta (ibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari); dan juga perasaan seperti kegembiraan (joy), kesedihan, taku, benci, dan cinta.
Sarlito W. Sarwono (2009) menjelaskan emosi sebagai suatu reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri.
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah bentuk keadaan reaksi , positif atau negative, oleh perasaan seseorang terhadap stimulus yang diperoleh berdasarkan hasil persepsi kognisi sebelumnya.
  1. 3.      Motivasi
Wade dan Tavris (2007) menjelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan organism tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.
Menurut H. Djali (2007) Motivasi adalah kondisi fisiologis dn psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktiitas tertentu guna mencapai tujuan (kebutuhan).
Menuru Frederick J. McDonad (Wasty Soemanto,1983) motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. (PT Rineka Cipta Jakarta,Psikologi Pendidikan)
Menurut Soekmadinata (2007) motivasi adalah kekuatan yang mendorong kegiatan individu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi dari dalam diri seseorang yang memberikan dorongan-dorongan kekuatan untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  1. B.     Hubungan Antara Kognisi, Emosi, dan Motivasi dalam Konseling
Mengawali pembahasan tentang hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi, maka gambaran berikut ini diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman hubungan antara keduanya
Dari gambar di atas terlihat bahwa emosi muncul didahului dengan kegiatan persepsi yang dilakukan oleh panca indra. Menurut Alport (Maz Bow, 2009) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Jadi dapat dikatakan bahwa Persepsi merupakan sebuah proses yang melibatkan kognisi dalam prosesnya.
Selanjutnya yang mesti kita ketahui bahwa emosi seseorang sangat berpengaruh pada motivasi yang dimilikinya. Menurut Ardi (2011) emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi orang dalam mencapai suatu sasaran.
Sebagai seorang konselor sekolah maka yang penting dilakukan, dalam proses konseling, kepada konseli yang mengalami ketidakmampuan menjalani kehidupan efektif sehari-hari adalah mengatur emosinya. Emosi ini kita atur sedemikian rupa untuk memberikan sugesti-sugesti positif yang dapat menumbuhkan motivasi bagi konseli tersebut. Namun, sebelumnya konselor harus mampu merubah kognisi (pola pikir) konseli dalam memandang hal-hal yang membuatnnya terganggu. Selanjutnya konselor dapat lebih muda mengatur emosi dan menumbuhkan motivasi dalam diri konseli.
Hal ini tidaklah sulit mengingat manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antarmanusia (Fahroe, 2007). Interaksi yang intens antara konselor dan konseli harus dijaga kulitasnya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan salah satu teknik konseling.
Salah satu teknik yang penulis pikir dapat digunakan adalah terapi rasional – emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis. Terapi ini cocok karena berorientasi proses berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak.

3.2.       Analisis Praktis
Kognisi, emosi, dan motivasi merupakan aspek-aspek psikologis yang tidak bisa diabaikan pengaruhnya dalam proses konseling. Adanya hal-hal tertentu yang mempengaruhi aspek-aspek psikologis tersebut berakibat pada ketidak mampuan individu tertentu untuk menjalani kehidupannya secara efektif.
Dari ketiga aspek psikologis di atas, penulis kemudian menitikberatkannya pada satu aspek yaitu aspek kognitif. Hal ini tidak berarti penulis mengabaikan dua aspek lain dalam proses konseling, akan tetapi penulis melihat bahwa berhasil tidaknya konselor merubah emosi dan motivasi konseli tergantung dari sejauh mana konselor mampu merubah kognitif konseli.
Secara sederhana dapat digambarkan alur proses hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi sebagai berikut :

Alur hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi
Dari skema gambar, penulis mencoba memberikan gambaran bagaimana proses hubungan antara kognisi, emosi, dan motivasi. Tidak berlebihan rasanya ketika penulis menitikberatkan pada aspek kognisi. Kognisi ibarat pintu gerbang yang akan menjadi penentu bagaimana keadaan emosi dan sejauh mana motivasi seorang individu.
Kognisi individu sebenarnya bukanlah sesuatu yang kosong belaka, namun telah terisi sebelmunya dengan informasi-inforamasi yang telah didapatkan serta pengalaman-pengalaman masa lalu. Tugas konselor adalah merekonstruksi pemikiran (kognisi) konseli yang sedang mengalami kegagalan dalam menjalani kehidupannya secara efektif.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
  1. Kesimpulan
Aspek-aspek psikologis dalam konseling menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses terapinya. Kondisi ini menuntut para pratiktisi konseling untuk lebih mampu memahami konsep dasar dari aspek-aspek psikologis dalam konseling. Tidak hanya sebatas itu, namun konselor juga diharapkan mampu menemukan hubungan dan keterkaitan dari aspek-aspek psikologis yang ada.
Pemahaman akan aspek-aspek psikolgis dari diri konseli akan memudahkan konselor untuk me-manage energi-energi  negative dari diri konseli dan kemudian merubahnya menjadi energi-energi positif untuk mengembangkan kehidupan sehari-hari yang efektif pada diri konseli
  1. b.      Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan makalah di atas maka dapat disampaikan rekomendasi sebagai berikut :
  1. Perlunya peningkatan kajian-kajian dan pelatihan-pelatihan yang memberikan pemahaman psikologis oleh pihak-pihak terkait kepada para konselor.
  2. Para praktisi bimbingan dan konseling diharapkan senantiasa meningkatkan kualitas pribadinya sebagai pendik dan kulitas profesinya sebagai konselor dengan aktif mengikuti perkembangan dunia konseling memalui bacaan Buku ataupun dengan mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.

DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU :
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Djali, H. 2007. Psikolgi pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta.
Soemanto, Wasti. 1983. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Soekmadinata. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Penerbit Rosda
Safari, Trianto., Saputra Nofrans Eka. 2009. Manajemen Emosi. Jakarta : Bumi Aksara
Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Sjarkawi. 2006. Pembentukan Keribadian Anak. Jakarta: PT Bumi AKsara
Wade, Carole., dan Tavris, Carol. 2007. Psikologi edisi ke 9 (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Wardani, Nurul. 2007. Makalah Keterkaitan Konsep Konseling dengan Asepk Psikologis. Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran Jatinagor.(tidak dipublikasikan)
 
SUMBER BUKU :
Ardi Al-Maqassary. 2011. Hubungan Antara Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif. http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/11/hubungan-antara-emosi-motivasi-dan-proses-kognitif/
Bro Fahroe. 2007. Motivasi Apa Emosi.http://fahroe.wordpress.com/2007/05/24/ motivasi-apa-emosi/. Di akses pada tanggal 21 Juni 2012.
Maz Bow. 2009. Apa Itu Persepsi?. From http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html. di akses pada tanggal 15 Juni 2012.
http://psikologi-online.com/bagaimana-hubungan-emosi-dan-pikiran

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Copyright 2012. Makalah Cyber . All rights reserved | Makalah Cyber.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by Makalah Cyber - Zoenk