Masih satu kategori dengan Makalah – Psikologi Anak Luar Biasa yang barusan diposting, makalah Psikologi Anak selanjutnya yaitu Kesulitan Belajar Pada Anak SD, sebelum dikupas tuntas alternatif jawabannya bisa dilihat di Makalah Psikologi Belajar – Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya.
Anak yang mengalami kesulitan belajar
adalah anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari proses dasar yang
mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak
sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja atau menghitung. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat
bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
1. Learning Disorder atau kekacauan
belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari
potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah
raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala
dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis
lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis
dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah
dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan
volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa
yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya
biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar
adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki
taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau
ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu
belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya.
Karakteristik anak yang kesulitan belajar
Myklebust dan Johnson seperti dikutip
Hargrove dan Poteet (1984:164) mengemukakan beberapa ciri anak
berkesulitan belajar sebagai berikut :
1) Mengalami kekurangan dalam memori visual dan auditoris, kekurangan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang;
2) Memiliki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari dalam seminggu;
3) Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan;
4) Memiliki kekurangan dalam memahami waktu;
5) Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap;
6) Miskin dalam mengeja;
7) Sulit dalam meninterpretasikan globe, peta, atau grafik;
Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan;
9) Kesulitan dalam belajar berhitung; dan
10) Kesulitan dalam belajar bahasa asing.
2) Memiliki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari dalam seminggu;
3) Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan;
4) Memiliki kekurangan dalam memahami waktu;
5) Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap;
6) Miskin dalam mengeja;
7) Sulit dalam meninterpretasikan globe, peta, atau grafik;
Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan;
9) Kesulitan dalam belajar berhitung; dan
10) Kesulitan dalam belajar bahasa asing.
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
Perlu diketahui juga, awalnya banyak
pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan pendidikan anak sangat
tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an
pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa
keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional
intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang
mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang
juga perlu diperhatikan.
Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa.
Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan
emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana
hati. Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas kita
sebagai orangtua dalam mendidik anak kita baik mulai dari masa kecil
mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang
mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita.
Maka dari itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan
mereka, dan akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat
perkembangan mereka. Marilah kita memulai belajar mengenali dan mendidik
anak mulai dari sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar