BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Diantara
ideologi-ideologi modern nasionalisme termasuk yang paling sederhana, paling
jelas, dan paling canggih sekaligus juga paling luas, dan memiliki daya
cengkeram yang paling kuat pada perasaan rakyat. Nasionalisme telah berhasil
mendapatkan loyalitas dan pengorbanan paling besar dari rakyat. Sebagai
hasilnya, nasionalisme menjadi agen perubahan politik yang paling kuat selama
duaratus tahun terakhir.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah
dalam karya tulis ini adalah:
1. Pengertian Nasionalisme menurut Ideologi Politik Mutakhir
2. Menjelaskan Kesimpulan Dari Nasionalisme
3. Memahami arti nasionalisme
C. Tujuan Yang Ingin
Dicapai
Adapun Tujuan penulis
dalam penulisan karya tulis ini adalah
1. Sebagai salah satu tugas
Presentasi Mata Pelajaran Civiq
Education semester I Prodi PGMI
2. Untuk mengetahui arti Nasionalisme secara umum dan secara khusus
3. Untuk menambah wawasan tentang Nasionalisme
D. Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif
dengan teknik study kepustakaan, yaitu pengetahuan yang bersumber dari media
tulis berupa buku yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di
dalam Karya tulis ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
Nasionalisme Menurut Ideologi
Politik Mutakhir
Nasionalisme berkeyakinan bahwa umat
manusia terbagi dalam bangsa-bangsa dan bahwa semua bangsa memiliki hak untuk
memiliki pemerintahan dan menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu,
Negara-negara adalah satu-satunya unit politik yang sah sebagai penjaga
identitas bangsa. Persatuan bangsa merupakan tujuan utama dari tindakan politik
kaum nasionalis. Nasionalisme adalah sebuah doktrin politik dan sebuah
ideology.
Ditangan
pengikut Jacobin, nasionalisme menjadi sebuah ide revolusioner yang mereka
usahakan untuk diekspor kepada bangsa-bangsa tetangga, yang pada gilirannya
menuntut bentuk-bentuk pemikiran lainnya yang berasal dari berbagai prinsip
yang sangat berbeda.
Nasionalisme
Romantik dan Revolusioner
·
Mendefinisikan Bangsa
Seperti
revolusi-revolusi Amerika, refolusi-revolusi Perancis ter inspirasi ole
hide-ide John Locke tentang hak-hak alami, pemerintah dengan dukungan yang
diperintah dan hak rakyat untuk menumbangkan tirani. Bagaimanapun ide-ide ini
mengatakan sedikit tentang siapa yang sebenarnya diperintah atau rakyat yang
memiliki hak ini dan kepada siapa kekuasaan itu seharusnya diberikan. Teori ini
memperlakukan Negara sebagai sebuah perhimpunan sukarelawan yang sependapat (Voluntary Association of The Like Minded),
yang menolak ikatan-ikatan bersama seperti ikatan komunitas dan kultur yang sama,
arti tntang sejarah yang sama, tujuan atau nasib yang sama
Abbe Sieyes
Abbe
Sieyes adalah teoritisi nasionalisme perancis yang paling penting saat ini.
Sieyes berpendapat bahwa estate ketiga mengekspresikan kehendak Perancis. Dua
estate yang lain mengekspresikan mereka yang menyumbangkan apa-apa pada bangsa
dan merupakan parasit yang hidup diatasnya. Kedua estate ini hanya dapat
menebus diri dengan mengidentifikasikan dirinya dengan Estate Ketiga, yang
berarti mengidentifikasikan dirinya dengan bangsa. Estate ketiga mengubah
dirinya menjadi Majelis Nasional tahun 1789 dan meletakkan prinsip-prinsip
dasar Revolusi dalam Declaration of the
Rights of Man, dimana Klausul III berbunyi :
“Bangsa Pada Dasarnya Merupakan sumber semua kekuasaan, seorang
individu, atau sekelompok orang, tidak memiliki hak untuk memegang kekuasaan
yang secara jelas tidak berasal dari bangsa.
|
Kaum
Revolusioner secara umum ingin menggunakan konsepsi yang baru tentang bangsa
ini untuk menghilangkan sentiment daerah dan feudal dari system lama, dan
menggantikannya dengan kesetiaan warga Negara yang bebas dan setara, memiliki
identitas dan nasib yang sama, terhadap bangsa mereka.
·
Nasionalisme Romantik
Konsep-konsep nasionalisme dari kaum
revolusioner perancis adalah hasil pemikiran pencerahan. Diantara para pemikir
Romantik yang paling awal adalah Johann Gottfried von Herder (1744-1803). Ia
percaya bahwa Tuhan telah membagi umat manusia kedalam berbagai bangsa sehingga
masing-masing bangsa, meskipun memiliki bahasa dan budaya sendiri, dapat
memberikan kontribusi unik bagi peradaban.
·
Nasionalisme jerman
Johan Fichte adalah orang yang menkonversi ide-ide Herder
menjadi program politik dalam karyanya, Adress
to the German Nation of 1807-08, Fichte menyerukan rakyat Jerman untuk
bersatu dan mengalahkan Pendudukan Perancis. Bangsa Jerman tidak boleh hanya
membersihkan dirinya dari pengaruh politik asing, tetapi juga mmbersihkan
dirinya dari pengaruh dan budaya inetelektual.
·
Nasionalisme Abad ke-19
Pandangan
kebangsaan dapat diringkas sebagai berikut :
a)
Umat manusia secara alami terbagi
kedaalam bangsa-bangsa
b)
Bangsa adalah lebih sekedar
persatuan politis. Bangsa adalah sebuah komunitas, unit social dan ekonomi.
c)
Keanggotaan dalam sebuah bangsa
menyiratkan lebih dari sekedar mengejar kepntingan pribadi. Keanggotaan dalam
sebuah bangsa tidak hanya melibatkan hak, tetapi juga kewajiban untuk menymbang
kebaikan bagi seluruh masyarakat, dan menjadi patriot.
d)
Bangsa adalah sebuah kesatuan yang
masing-masing anggotanya memiliki kehendak yang sama. Ini menyiratkan kultur
dan wilayah yang sama, tujuan yang sama. Bangsa adalah sebuah agen dengan
sebuah sejarah dan nasib.
e)
Jika bangsa adalah sebuah agen
dengan sebuah kehendak dan nasib, maka ia harus bebas untuk menjalankan
kehendak itu demi mengejar nasib itu.
f)
Adalah kewajiban pertama para
pemimpin politik untuk mengembangkan persatuan dan identitas nasional serta
memimpin bangsa menuju ketujuan umumnya.
Joseph Mazzini
Mazzini
mungkin lebih dari siapapun, melambangkan gabungan antara nasionalisme
Pencerahan dan Romantik. Mazzini percaya bahwa kebebasan pribadi dan penentuan
nasib bangsa sendiri tidak dapat dipisahkan.
·
Nasionalisme sayap Kanan
Pada akhir abad ke-19 berkembang
nasionalisme sayap kanan di Jerman dan tempat lain ; nasionalisme ini lebih
agresif, senofodik. Nasionalisme sayap kanan menekankan penegasan-penegasan dan
kemandirian ekonomi bangsa, yang terekspresi dalam perang untuk memperluas
wilayah dan mengembangkan kerajaan diluar negeri. Dalam teori evolusi Darwin,
yang argumennya adalah bahwa prinsip ‘kelangsungan hidup dari mereka yang
tercakap/survival of the fittest’.
Dan pada akhir abad ke-19 divirikan dengan
bab ekspansi kekaisaran yang baru, di mana Negara-negara Eropa berusaha
menjadikan dunia yang belum berada dibawah control Eropa sebagai koloni atau
wilayah pengaruh. Penentuan nasib sendiri berdsarkan kebangsaan adalah prinsip
utama Negara-negara besar yang menang, tetapi ini bukan merupakan basis
perdamaian abadi yang diharapkan.
Nasionalisme
Anti Kolonial
Pada
akhir abad ke-19, nasionalisme mulai berkembang di luar Eropa, pada awalnya di
dalam wilayah kekaisaran utama Eropa, dimana generasi pertama yang telah
menjadi penduduk tetap menciptakan cara hidup sendiri dan ingin terlepas dari
pengawasan ‘Ibu Pertiwi’.
·
Anti Eropanisme
Hak menentukan nasib sendiri ternyata
tidak berlaku bagi orang-orang non Eropa. Negeri Non-Eropa yang pertama yang
mengembangkan nasionalisme sebagai reaksi, dan sebagai tiruan, atas
nasionalisme adalah Jepang. Bagaimanapun pola yang lebih biasa dari kemunculan
nasionalisme adalah sebagai reaksi atas kolonisasi Eropa, dimana kaum kolonis
adalah elit kecil. Dan pada saat yang sama orang-orang Eropa memberi kaum
nasionalis lokal alat untuk menumbangkan kekuasaan mereka, yaitu :
1)
Modernisasi yang dapat membuat
keberlangsungan Negara pasca kolonial: administrasi tersentral, kominikasi,
industri, system pendidikan dan seterusnya.
2)
Ide-ide eropa tentang nasionalisme
dan hak asasi manusia, maupun teori imperialisme dan eksploitasi yang dapat
dijadikan alat untuk menyerang balik orang-orang Eropa.
·
Nasionalisme India
Nasionalisme
india pertama kali berkembang di akhir abad ke-19, tetapi berkembang sebagai
gerakan politik yang penting ialah setelah perang dunia I. cirinya yang paling
mencolok adalah pasivisme. Yang menolak perang dan kekerasan sebagai alat
kebijakan. Arus tradisi ini juga dirumuskan oleh pemimpin gerakan yang luar biasa
yaitu Mohandas Gandhi meskipun ia juga terpengaruh oleh pengikut pesivis barat
seperti Thoreau dan Tolstoy. Dalam nasionalisme secara umum sering terjadi
konflik antara tradisi dan modernisasi. Karena Gandhi sangat tradisionalis ia
tidak ingin India di Industrialisasikan, karena ia ingin india menjadi desa
tradisional dengan pertanian dan industry kerajinannya. Tetapi disisi lain
Gandhi percaya bahwa kemerdekaan harus dikaitkan dengan pembaruan social untuk
mengatasi konflik antar masyarakat dan masalah kaum paria. Tetapi setelah
menjadi kuat nasionalisme india tidak dapat dikendalikan lagi. Kemerdekaan pun
terjadi pada tahun 1947, tetapi india yang baru tidak dapat bersatu india
terpecah akibat kekerasan yang mengerikan dan Gandhi pun menjadi korban.
·
Nasionalisme Afrika
Wilayah
koloni Eropa di Afrika yang ditaklukan pada akhir abad ke-19 mulai mengenal
rasa nasionalisme ssekitar abad ke-20 terutama di wilayah Afrika bagian barat
dan selatan. Kongres Nasional Afrika (ANC) didirikan di Afrika Selatan tahun
1912. Pada awalnya gerakan nasionalisme sering memiliki perhatian pada
demokrasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi penduduk asli dibawah
rezim kolonial. Namun kemudian setelah perang dunia pertama gerakan nasionalis
itu lebih konsen dengan persoalan kemerdekaan bangsa. Kemudian dikembangkanlah
gagasan tentang ‘negritude’ sebuah kesadara hitam yang awal.
Dan setelah
perang dunia kedua nasionalisme menjadi kekuatan utama di sebagian besar negeri
ini. Baru kemudian partai-partai nasionalis yang baru didirikan atau di dirikan
kembali yang dipimpin oleh elit pendidikan Barat yang sering memiliki sedikit
komitmen pada kultur tradisional.
·
Anti Imperialisme
Di Asia dan Afrika perjuangan mencapai
kemerdekaan ini sering terperangkap dalam konflik perang dingin yang lebih luas
banyak rezim-rezim baru yang beraliran komunis. Kaum komunis memproklamasikan
pandangan bahwa kemerdekaan formal tidak berarti kemerdekaan atau menentukan
nasib sendiri yang sebenarnya. Ditegaskan Imperialisme adalah lebih lembut dan
berrgerak melalui persetujuan perdagangan dan bantuan yang mengeksploitasi
dunia bekas colonial seefektif penguasaan secara langsung. Teori ini
berdasarkan pada teori lenin tentang imperialisme sebagai perluasan global dari
system kapitalis yang melihat masalah bangsa baru terletak pada eksploitasi
kapitalis dan determinasi kapitalisme Barat untuk mempertahankan wilayah lain
dalam perbudakan.
Kebanyakan gerakan kemerdekaan yang
berhasil bercita-cita untuk membentuk Negara-negara baru menurut model Eropa,
dengan sebuah symbol status nasional. Bendera dan lagu kebangsaan, administrasi
modern, persenjataan modern, penerbangan nasional dan satu kursi di PBB, dan
seterusnya. Negeri-negeri semacam ini terdorong untuk meminjam dari barat
tetapi angka bunga yang membumbung tinggi membuat negeri smacam ini memiliki
utang yang tinggi.
Pan
Nasionalisme
Pan –Nasionalisme pada masa sekarang
merupakan bagian ide-ide dari anti kolonialis. Gerakan Pan –Nasionalis muncul
pertama kali dalam konteks nasionalisme Eropa abad ke-19. Gerakan-gerakan ini
mencakup gerakan Pan-Slavonik, Gerakan Pan-Germanik dan Gerakan Skandinavian.
·
Gerakan Pan di Eropa
Pan-Slavisme adalah gerakan yang paling
awal, yang berkembang di antara berbagai bangsa Slav di dalam kekaisaran
Austro-Hungorian dan turki selama tahun 1930-an hingga 1940-an. Di antara para
teoretisinya adalah seorang menteri protestan Slovak, Jan Koller yang melihat
orang-orang Slav pada dasarnya sebagai satu bangsa dengan warisan budaya yang
sama. Kongres Slav yang pertama diselenggarakan tahun 1948. Namun gerakan ini
mati menjelang abad ke-19, meski jauh USSR menghidupkan kembali untuk
membenarkan Imperium Komunis di Eropa Timur.
Pemikiran Pan-Jerman adalah serupa pada
abad ke-19 penyatuan Jerman hanya dapat dilihat sebagai langkah untuk
menciptakan Jerman yang lebih besar, yang mencakup orang-orang Austria dan
semua penutur bahasa Jerman. Etnik jerman jauh lebih mendominasi bangsa-bangsa
tetangga dan pan-Jermanisme memuat ide-ide rasis dan nasionalis agresif pada
akhir abad ke-19.
Skandinavisme pada awalnya merupakan
sebuah kultur yang di inspirasi ole hide-ide Romantik di awal abad ke-19 dan
setelah abad ke-20 berkambang berbagai organisasiskandinavia yang menggalang
kerjasama ekonomi dan politik.
Ditahun 1923 sebuah Uni Pan-Eropa
didirikan di Wina atas inisiatif pribadi. Gerakan ini bertujuan menyatukan
Negara-negara Eropa dalam kerjasama Ekonomi dan politik yang lebih besar dengan
tujuan untuk menciptkaan persatuan Negara-negara Eropa.
·
Gerakan pan Afrika dan Arab
Pan nasionalisme Arab dan Afrika muncul
dari nasionalisme anti kolonial stelah perang dunia kedua. Nasionalisme di
Afrika dan Arab utara muncul karena perasaan bahwa wilayah mereka, yang
sekaligus merupakan basis Negara-negara baruu. Seluruhnya adalah penetapan yang
asing dan artificial, yang sebenarnya merusakkan perkembangan penduduk-penduduk
diwilayah yang telah dibagi-bagi ini.
Ide-ide pan-Afrikanisme pertama kali
dikemukakan oleh para bekas budak di Amerika dan Karibea di akhir abad ke-19.
Idenya adalah bahwa semua penduduk asli termasuk Arab di Utara, memiliki
warisan yang sama dan karena itu memiliki identitas dan nasib politik yang
sama.
Di tahun 1963 Organisasi Persatuan Afrika
(OAU) didirikan di Addis Ababa. Organisasi ini sekadar forum diskusi dan
kerjasama diantara Negara-negara rasis seperti afrika selatan.
Pan Arabisme memiliki kesempatan yang
lebih besar baik untuk menciptakan struktur politik yang penting dibandingkan
pan-Afrikanisme. Bangsa arab memiliki homogenitas dan arti warisan bersama yang
lebih besar. Gerakan ini memili organisasi yaitu Liga Arab. Liga Arab didirikan
tahum 1945 dan mewajibkan setiap anggotanya memiliki kebijakan luar negeri yang
sama dan menyelesaikan perselisihan mereka melalui liga. Gerakan ini memiliki
pemimpin yang Karismatik yaitu Gamal Abdul Nasser, presiden mesir, pahlawan
dalam masalah terusan Suez dan symbol persatuan Arab dari Maroko hingga ke
teluk Persia. Gamal menciptakan sebuah Negara yang sosialis yang mencakup semua
bangsa Arab, dikemukakan oleh partai-partai Ba’ath yang muncul di sebagian
besar Negara Timur Tengah.
·
Ba’athisme
Gerakan
Ba’ath yang didirikan setelah Perang Dunia kedua ketika sebagian besar Negara
Arab Kecuali Arab Saudi. Ba’atishme pada dasarnya menggunakan Pan-Arabisme dengan
sebuah sosialisme yang meminjam dan menyesuaikan sejumlah elemen teoretis dan
organisasi dari komunisme. Slogan Ba’ath adalah persatuan, kebebasan dan
sosialisme. Persatuan di pahami dari segi keseragaman pandangan dan tujuan
meleburkan semua indivisualitas ke dalam sebuah massa bersatu dengan kehendak
nasional yang tunggal. Gerakan Ba’ath menolak arti Barat tentang ‘kebebasan’
sebagai hal yang terkait dengan egoisme dan eksploitasi kapasitas. Individu
menemukan pemenuhan dan realisasi diri dank arena itu kebebasan sejati melalui
identifikasi dengan massa.
Koherensi
dan Otonomi Nasionalisme
Nasionalisme
adalah Ideologi yang paling sederhana dan paling kuat, tetapi secara
intelektual paling lemah. Hal ini dikarenakan konsep utama yang menjadi
landasan ideologi nasionalisme sangatlah kabur dan sulit untuk dikemukakan.
·
Apa arti sebuah bangsa ?
Identitas
nasional harus diciptakan ini melibatkan banyak simbolisme bendera, lagu
kebangsaan, parade dan tim nasional, penciptaan sebuah sejarah dan kultur
nasional, dengan pahlawan nasional dan mitos kelahiran dan perjuangan bangsa
dan seterusnya. Mungkin ada anggapan bahwa homogenitas etnis merupakan sebuah
kondisi yang diperlukan. Tetapi kemudian banyak bangsa yang terdiri atas etnis.
Dan keriteria penting yang lain adalah bahasa. Sebuah bangsa melihat dirinya
atau merasakan dirinya sebagai sebuah bangsa karena kesamaan sejarah dan bahasa
dan alasan-alasan lain. Kriteria yang paling subjektif tentang bagaimana sebuah
bangsa melihat dirinya merupakan criteria paling tepat bagaimana sebuah bangsa
mendefinisikan khas kebangsaannya.
·
Kelangsungan Hidup Negara
Sebuah
Negara (State) membutuhkan sebuah ekonomi nasional yang cukup Otonom, sehingga
tidak bergantung pada Negara lain. Di ujung skala yang lain, fenomena yang
Pan-Nasionalisme menggambarkan beberapa masalah teoritis yang muncul dari
nasionalisme.
·
Otonomi Nasionalisme
Persoalan lebih lanjut dari nasionalisme
digambarkan oleh orang-orang Arab. Konflik yang sering akut antara tradisi dan
modernisasi adalah segi umum dari gerakan-gerakan naionalis sejak abad ke-19.
Jenis masyarakat yang ingin dimiliki oleh kaum nasionalis di dalam sebuah
situasi. Diberbagai waktu dan tempat, nasionalisme terkait dengan liberalisme,
konservatisme, berbagai bentuk sosialisme, dan bahkan marxisme, yang secara
sepintas merupakan sebuah doktrin antinasionalisis. Alasannya adalah bahwa
ide-ide inti dari nasionalisme seperti itu tidak mengatakan apa-apa tentang
bagaimana masyarakat harus di atur. Yakni ide-ide tersebut gagal menjawab persoalan
yang biasanya kita harapkan jawabannya dari sebuah ideology.
Apakah nasionalisme merupakan sebuah
ideologi yang lengkap dan otonom ? Di satu sisi, kita mungkin mengatakan bahwa
ideologi adalah tentang jenis system sosial atau pemerintahan yang ingin
dimiliki bangsa adalah masalah sekunder. Disisi lain sebenarnya semua ekspresi
nasional secara terkait dengan suatu doktrin ideology yang lain, yang menjadi
esensial setelah kemerdekaan dicapai. Dengan pertimbangan sana-sini, yang kedua
tampak merupakan argument yang lebih kuat, yang member kesan tentang sebuah
kategori ideology-ideologi parsial.
Nasionalisme masih merupakan sebuah
kekuatan yang sangat berpengaruh di dunia. Banyak yang melihat nasionalisme
sebagai sebuah kekuatan irrasional dan desstruktif perlu diletakan didalam
sebuah visi dan organisasi yang lebih luas.
Internasionalisme,
Federalisme dan Konflik
Abad ke-20 adalah abad yang paling
keras, dengan dunia dan berbagai konflik yang lebih kecil, terrorisme dan
ancaman kehancuran dari senjata nuklir ; semua ini melibatkan seluruh penduduk
melalui sebuah cara yang tidak dikenal dimasa lalu. Satu sebab terbesar dari
kekerasan ini adalah nasionalisme dalam berbagai bentuk. Prioritas utama dari
pendukung internasionalisme adalah mencegah perang. Ada kesepakatan luas
menyangkut perlunya suatu badan internasionalisme menyangkut perlunya suatu
badan internasional yang dapat mencapai tujuan ini, meskipun kesulitan
praktisnya besar. Masalah yang jauh lebih besar dari kemungkinan mendirikan
sebuah pemerintahan dunia adalah persoalan yang sangat berbeda, yang oleh
banyak orang akan dipandang sebagai fantasi.
Organisasi-organisasi
Internasional
Perang dunia pertama disebut sebagai
perang untuk mengakhiri semua perang dan buntutnya diharapkan muncul
insstitusi-institusi yang akan mencegah perang dimasa depan melalui kesepakatan
internasional, kerjasama dan mediasi. Harapan yang pertama adalah membentuk
Liga Bangsa-Bangsa. Dan PBB pun didirikan di tahun 1945, tetapi harapan dan
cita-citanya kalah oleh datangnya Perang Dingin. PBB dijadikan ajang persaingan
oleh Negara Superpower, dan hanya
mampu berbuat sedikit. Akibatnya PBB gagal menghentikan konflik-konflik besar.
Bagaimana pun PBB telah terbukti sebagai forum perdebatan yang berguna, sebagai
suatu alat kerjasama internasional dalam bidang kesehatan, broker dan penengah
netral dalam perselisihan-perselisihan yang lebih kecil.
Integrasi
Regional
Faktor-faktor berikut ini tampak
kurang berpengaruh mesti sekadar dibandingkan dengan keadaannya beberapa tahun
yang lalu. Runtuhnya Komunisme Eropa dan berakhirnya perang dingin telah
mengakhiri regiditas yang tampak permanen dalam masalah internasional, dimana
konsekuensinya baru akan muncul beberapa waktu lagi. Meskipun demikian, jika ada
gerakan-gerakan kearah pemerintahan dunia, ini tampak tidak mungkin terjadi
secara langsung.
Selama tahun 1960-an
hingga 1970-an, anggota-anggota yang baru telah masuk kedalam sisitem yang
mapan ini, sementara tahun 1980-an dicirikan dengan dorongan baru ke arah
integrasi yang lebih besar. Karena itu munculah signifikansi tahun 1992 dan
usulan untuk memakai mata uang bersama yang mengarah pada kebijakan ekonomi
bersama. Hal ini dilihat sebagai langkah besar menuju kearah integrasi politik
dan sebuah pemerintahan federal. Namun hal ini menimbulkan perdebatan atas mata
uang bersama dan memisahkan secara tajam kaum federalis dari kelompok yang pada
dasarnya hanya menginginkan sebuah wilayah perdagangan yang bebas dan kerjasama
yang lebih besar diantara Negara-negara yang selalu berpengaruh. Tetapi
bagaimanapun bukti terakhir sistem federalisme tidaklah menggembirakan.
Federalisme
Federalisme
adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana kekuasaan termasuk kekuasaan
llegislatif, dipindahkan ke unit federal melalui sebuah cara yang dijamin oleh
konstitusi. System federal telah
diperkenalkan untuk membatasi kekuasaan pemerintahan pusat dan untuk mengatasi
jarak wilayah yang jauh. Tetapi federalisme juga telah dilihat sebagai cara
untuk menyelesaikan persoalan kebangsaan. Sistem federalisme dapat dilihat
sebagai jawaban atas beberapa masalah seperti sebuah bangsa minoritas akan
memiliki sesuatu tingkat kemerdekaan sementara disisi lain terpenuhi aspirasi
akan kebangsaan dan keamanan yang lebih besar; ada kelompok bangsa yang mungkin
terlalu kecil untuk menjadi sebuah Negara. Sehingga mereka bergabung dalam
sebuah sisteem federal sementara pada saat yang sama saling menghormati
kebangsaan masing-masing. Dan jelaslah bahwa federalisme telah berhasil
membatasi pemerintahan pusat meskipun dalam banyak kasus kekuasaan semakin
condong ke pemerintahan pusat. Namun disisi lain federalism kurang berhasil
dalam menghadapi semangat kebangsaan.
Nasionalisme
dan konflik
Diluar
masalah penyatuan pemerintahan nasionalime memiliki kekuatan konflik dan
kekerasan yang hamper tidak berakhir, sebagaimana tampak dari survey tentang
tempat-tempat bermasalah di dunia. Dengan terpisahnya dunia Komunis yang masih
hidup dan yang telah mati.
Pemahaman
Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris
"nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap
negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political
legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan
nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan
tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan
dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan
menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang
notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada
ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun,
bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu,
sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman
modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang
dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik
biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem
seperti nasional sosialisme, pengasingan dan
sebagainya.
Beberapa bentuk
dari nasionalisme
Nasionalisme
dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan
negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan
ideologi. Kategori
tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan
sebahagian atau semua elemen tersebut.
Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme
sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran
politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat";
"perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan
menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai
Kontrak Sosial").
Nasionalisme etnis adalah sejenis
nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau
etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk
"rakyat").
Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme
organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme
etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi
("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah
bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik;
kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya
"Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi
kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan
sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang
menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah
dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras
minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk
menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan
keutuhan budaya
Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap
diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena
pemerintahan RRT berpaham komunisme.
Nasionalisme kenegaraan ialah variasi
nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat
sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan
suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung,
seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa
ialah Nazisme, serta
nasionalisme Turki kontemporer,
dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan
pemusat negeri Perancis, seperti juga
nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara
ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih
otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara
sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang
berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti
nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan
di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan
nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.
Nasionalisme agama ialah sejenis
nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.
Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan
nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat
nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme
di India seperti yang
diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.
Namun demikian,
bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya
motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme
Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan
nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata.
Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia
sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu,
nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.
Pemahaman
Nasionalisme Menurut Kelompok
Nasionalisme
adalah paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta
tanah air, memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa atau memiliki kehormatan
bangsa dan merupakan suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah Negara dengan mewujudkan sesuatu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia.
Nasionalisme adalah Munculnya
kesadaran dari seseorang sebagai bagian dari suatu bangsa
Faktor
Kemunculan Nasionalisme :
– Sengsara karena dijajah oleh
bangsa lain
– Adanya kebanggaan yang meluap-luap
sebagai suatu bangsa besar
Nasionalisme
mulai muncul di Indonesia?
– 1908 melalui BU (nasionalisme
kultural)
– 1928 lewat Sumpah pemuda
(nasionalisme politik)
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Ø Nasionalisme adalah
satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasaInggris "nation) dengan mewujudkan satu
konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Ø Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang
dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan
penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.
B.
Saran
Ø Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya menguatkan
semangat nasionalisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih di titik beratkan
pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global.Nasionalisme diprediksikan
akan lenyap sejalan dengan semakin sebuah negara menjadi modern. Nasionalisme,
dan hidup mandiri merupakan hal yang sangat penting. Karena akan membawa
kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa.
Ø Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan
ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Nasionalisme
DAFTAR
PUSTAKA
1. Adams, Ian, Ideologi Politik Mutakhir
(Political Ideology Today),
Penerjemah Ali Noerzaman, (Yogyakarta : Penerbit Qalam), 2004
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
3. Imran,Ali.1998.
Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta :
Balai Pustaka.
4. Bahar, Safroedin. 1991.
Perjuangan Menuju Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Semarang : Mandira Jaya Abadi.
0 komentar:
Posting Komentar