Minggu, 26 Agustus 2012

Makalah Civiq Education "Ideologi Politik Mutakhir"

| Minggu, 26 Agustus 2012 | 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Diantara ideologi-ideologi modern nasionalisme termasuk yang paling sederhana, paling jelas, dan paling canggih sekaligus juga paling luas, dan memiliki daya cengkeram yang paling kuat pada perasaan rakyat. Nasionalisme telah berhasil mendapatkan loyalitas dan pengorbanan paling besar dari rakyat. Sebagai hasilnya, nasionalisme menjadi agen perubahan politik yang paling kuat selama duaratus tahun terakhir.
B.     Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam karya tulis ini adalah:
1.      Pengertian Nasionalisme menurut Ideologi Politik Mutakhir
2.      Menjelaskan Kesimpulan Dari Nasionalisme
3.      Memahami arti nasionalisme
C.     Tujuan Yang Ingin Dicapai
Adapun Tujuan penulis dalam penulisan karya tulis ini adalah
1.      Sebagai salah satu tugas Presentasi Mata Pelajaran Civiq Education semester I Prodi PGMI
2.      Untuk mengetahui arti Nasionalisme secara umum dan secara khusus
3.      Untuk menambah wawasan tentang Nasionalisme
D.    Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan, yaitu pengetahuan yang bersumber dari media tulis berupa buku yang tentu ada kaitannya masalah-masalah yang di bahas di dalam Karya tulis ini.






BAB II
PEMBAHASAN

Nasionalisme Menurut Ideologi Politik Mutakhir
       Nasionalisme berkeyakinan bahwa umat manusia terbagi dalam bangsa-bangsa dan bahwa semua bangsa memiliki hak untuk memiliki pemerintahan dan menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu, Negara-negara adalah satu-satunya unit politik yang sah sebagai penjaga identitas bangsa. Persatuan bangsa merupakan tujuan utama dari tindakan politik kaum nasionalis. Nasionalisme adalah sebuah doktrin politik dan sebuah ideology.
             Ditangan pengikut Jacobin, nasionalisme menjadi sebuah ide revolusioner yang mereka usahakan untuk diekspor kepada bangsa-bangsa tetangga, yang pada gilirannya menuntut bentuk-bentuk pemikiran lainnya yang berasal dari berbagai prinsip yang sangat berbeda.

Nasionalisme Romantik dan Revolusioner
·         Mendefinisikan Bangsa
      Seperti revolusi-revolusi Amerika, refolusi-revolusi Perancis ter inspirasi ole hide-ide John Locke tentang hak-hak alami, pemerintah dengan dukungan yang diperintah dan hak rakyat untuk menumbangkan tirani. Bagaimanapun ide-ide ini mengatakan sedikit tentang siapa yang sebenarnya diperintah atau rakyat yang memiliki hak ini dan kepada siapa kekuasaan itu seharusnya diberikan. Teori ini memperlakukan Negara sebagai sebuah perhimpunan sukarelawan yang sependapat (Voluntary Association of The Like Minded), yang menolak ikatan-ikatan bersama seperti ikatan komunitas dan kultur yang sama, arti tntang sejarah yang sama, tujuan atau nasib yang sama




Abbe Sieyes
            Abbe Sieyes adalah teoritisi nasionalisme perancis yang paling penting saat ini. Sieyes berpendapat bahwa estate ketiga mengekspresikan kehendak Perancis. Dua estate yang lain mengekspresikan mereka yang menyumbangkan apa-apa pada bangsa dan merupakan parasit yang hidup diatasnya. Kedua estate ini hanya dapat menebus diri dengan mengidentifikasikan dirinya dengan Estate Ketiga, yang berarti mengidentifikasikan dirinya dengan bangsa. Estate ketiga mengubah dirinya menjadi Majelis Nasional tahun 1789 dan meletakkan prinsip-prinsip dasar Revolusi dalam Declaration of the Rights of Man, dimana Klausul III berbunyi :
“Bangsa Pada Dasarnya Merupakan sumber semua kekuasaan, seorang individu, atau sekelompok orang, tidak memiliki hak untuk memegang kekuasaan yang secara jelas tidak berasal dari bangsa.
            Kaum Revolusioner secara umum ingin menggunakan konsepsi yang baru tentang bangsa ini untuk menghilangkan sentiment daerah dan feudal dari system lama, dan menggantikannya dengan kesetiaan warga Negara yang bebas dan setara, memiliki identitas dan nasib yang sama, terhadap bangsa mereka.

·         Nasionalisme Romantik
            Konsep-konsep nasionalisme dari kaum revolusioner perancis adalah hasil pemikiran pencerahan. Diantara para pemikir Romantik yang paling awal adalah Johann Gottfried von Herder (1744-1803). Ia percaya bahwa Tuhan telah membagi umat manusia kedalam berbagai bangsa sehingga masing-masing bangsa, meskipun memiliki bahasa dan budaya sendiri, dapat memberikan kontribusi unik bagi peradaban.

·         Nasionalisme jerman
            Johan Fichte  adalah orang yang menkonversi ide-ide Herder menjadi program politik dalam karyanya, Adress to the German Nation of 1807-08, Fichte menyerukan rakyat Jerman untuk bersatu dan mengalahkan Pendudukan Perancis. Bangsa Jerman tidak boleh hanya membersihkan dirinya dari pengaruh politik asing, tetapi juga mmbersihkan dirinya dari pengaruh dan budaya inetelektual.

·         Nasionalisme Abad ke-19          
      Pandangan kebangsaan dapat diringkas sebagai berikut :
a)      Umat manusia secara alami terbagi kedaalam bangsa-bangsa
b)      Bangsa adalah lebih sekedar persatuan politis. Bangsa adalah sebuah komunitas, unit social dan ekonomi.
c)      Keanggotaan dalam sebuah bangsa menyiratkan lebih dari sekedar mengejar kepntingan pribadi. Keanggotaan dalam sebuah bangsa tidak hanya melibatkan hak, tetapi juga kewajiban untuk menymbang kebaikan bagi seluruh masyarakat, dan menjadi patriot.
d)     Bangsa adalah sebuah kesatuan yang masing-masing anggotanya memiliki kehendak yang sama. Ini menyiratkan kultur dan wilayah yang sama, tujuan yang sama. Bangsa adalah sebuah agen dengan sebuah sejarah dan nasib.
e)      Jika bangsa adalah sebuah agen dengan sebuah kehendak dan nasib, maka ia harus bebas untuk menjalankan kehendak itu demi mengejar nasib itu.
f)       Adalah kewajiban pertama para pemimpin politik untuk mengembangkan persatuan dan identitas nasional serta memimpin bangsa menuju ketujuan umumnya.

Joseph Mazzini
      Mazzini mungkin lebih dari siapapun, melambangkan gabungan antara nasionalisme Pencerahan dan Romantik. Mazzini percaya bahwa kebebasan pribadi dan penentuan nasib bangsa sendiri tidak dapat dipisahkan.


·         Nasionalisme sayap Kanan
            Pada akhir abad ke-19 berkembang nasionalisme sayap kanan di Jerman dan tempat lain ; nasionalisme ini lebih agresif, senofodik. Nasionalisme sayap kanan menekankan penegasan-penegasan dan kemandirian ekonomi bangsa, yang terekspresi dalam perang untuk memperluas wilayah dan mengembangkan kerajaan diluar negeri. Dalam teori evolusi Darwin, yang argumennya adalah bahwa prinsip ‘kelangsungan hidup dari mereka yang tercakap/survival of the fittest’.
            Dan pada akhir abad ke-19 divirikan dengan bab ekspansi kekaisaran yang baru, di mana Negara-negara Eropa berusaha menjadikan dunia yang belum berada dibawah control Eropa sebagai koloni atau wilayah pengaruh. Penentuan nasib sendiri berdsarkan kebangsaan adalah prinsip utama Negara-negara besar yang menang, tetapi ini bukan merupakan basis perdamaian abadi yang diharapkan.

Nasionalisme Anti Kolonial
            Pada akhir abad ke-19, nasionalisme mulai berkembang di luar Eropa, pada awalnya di dalam wilayah kekaisaran utama Eropa, dimana generasi pertama yang telah menjadi penduduk tetap menciptakan cara hidup sendiri dan ingin terlepas dari pengawasan ‘Ibu Pertiwi’.

·         Anti Eropanisme
            Hak menentukan nasib sendiri ternyata tidak berlaku bagi orang-orang non Eropa. Negeri Non-Eropa yang pertama yang mengembangkan nasionalisme sebagai reaksi, dan sebagai tiruan, atas nasionalisme adalah Jepang. Bagaimanapun pola yang lebih biasa dari kemunculan nasionalisme adalah sebagai reaksi atas kolonisasi Eropa, dimana kaum kolonis adalah elit kecil. Dan pada saat yang sama orang-orang Eropa memberi kaum nasionalis lokal alat untuk menumbangkan kekuasaan mereka, yaitu :
1)      Modernisasi yang dapat membuat keberlangsungan Negara pasca kolonial: administrasi tersentral, kominikasi, industri, system pendidikan dan seterusnya.
2)      Ide-ide eropa tentang nasionalisme dan hak asasi manusia, maupun teori imperialisme dan eksploitasi yang dapat dijadikan alat untuk menyerang balik orang-orang Eropa.

·         Nasionalisme India
      Nasionalisme india pertama kali berkembang di akhir abad ke-19, tetapi berkembang sebagai gerakan politik yang penting ialah setelah perang dunia I. cirinya yang paling mencolok adalah pasivisme. Yang menolak perang dan kekerasan sebagai alat kebijakan. Arus tradisi ini juga dirumuskan oleh pemimpin gerakan yang luar biasa yaitu Mohandas Gandhi meskipun ia juga terpengaruh oleh pengikut pesivis barat seperti Thoreau dan Tolstoy. Dalam nasionalisme secara umum sering terjadi konflik antara tradisi dan modernisasi. Karena Gandhi sangat tradisionalis ia tidak ingin India di Industrialisasikan, karena ia ingin india menjadi desa tradisional dengan pertanian dan industry kerajinannya. Tetapi disisi lain Gandhi percaya bahwa kemerdekaan harus dikaitkan dengan pembaruan social untuk mengatasi konflik antar masyarakat dan masalah kaum paria. Tetapi setelah menjadi kuat nasionalisme india tidak dapat dikendalikan lagi. Kemerdekaan pun terjadi pada tahun 1947, tetapi india yang baru tidak dapat bersatu india terpecah akibat kekerasan yang mengerikan dan Gandhi pun menjadi korban.

·         Nasionalisme Afrika
      Wilayah koloni Eropa di Afrika yang ditaklukan pada akhir abad ke-19 mulai mengenal rasa nasionalisme ssekitar abad ke-20 terutama di wilayah Afrika bagian barat dan selatan. Kongres Nasional Afrika (ANC) didirikan di Afrika Selatan tahun 1912. Pada awalnya gerakan nasionalisme sering memiliki perhatian pada demokrasi dan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi penduduk asli dibawah rezim kolonial. Namun kemudian setelah perang dunia pertama gerakan nasionalis itu lebih konsen dengan persoalan kemerdekaan bangsa. Kemudian dikembangkanlah gagasan tentang ‘negritude’ sebuah kesadara hitam yang awal.
      Dan setelah perang dunia kedua nasionalisme menjadi kekuatan utama di sebagian besar negeri ini. Baru kemudian partai-partai nasionalis yang baru didirikan atau di dirikan kembali yang dipimpin oleh elit pendidikan Barat yang sering memiliki sedikit komitmen pada kultur tradisional.

·         Anti Imperialisme
            Di Asia dan Afrika perjuangan mencapai kemerdekaan ini sering terperangkap dalam konflik perang dingin yang lebih luas banyak rezim-rezim baru yang beraliran komunis. Kaum komunis memproklamasikan pandangan bahwa kemerdekaan formal tidak berarti kemerdekaan atau menentukan nasib sendiri yang sebenarnya. Ditegaskan Imperialisme adalah lebih lembut dan berrgerak melalui persetujuan perdagangan dan bantuan yang mengeksploitasi dunia bekas colonial seefektif penguasaan secara langsung. Teori ini berdasarkan pada teori lenin tentang imperialisme sebagai perluasan global dari system kapitalis yang melihat masalah bangsa baru terletak pada eksploitasi kapitalis dan determinasi kapitalisme Barat untuk mempertahankan wilayah lain dalam perbudakan.
            Kebanyakan gerakan kemerdekaan yang berhasil bercita-cita untuk membentuk Negara-negara baru menurut model Eropa, dengan sebuah symbol status nasional. Bendera dan lagu kebangsaan, administrasi modern, persenjataan modern, penerbangan nasional dan satu kursi di PBB, dan seterusnya. Negeri-negeri semacam ini terdorong untuk meminjam dari barat tetapi angka bunga yang membumbung tinggi membuat negeri smacam ini memiliki utang yang tinggi.


Pan Nasionalisme
                  Pan –Nasionalisme pada masa sekarang merupakan bagian ide-ide dari anti kolonialis. Gerakan Pan –Nasionalis muncul pertama kali dalam konteks nasionalisme Eropa abad ke-19. Gerakan-gerakan ini mencakup gerakan Pan-Slavonik, Gerakan Pan-Germanik dan Gerakan Skandinavian.

·         Gerakan Pan di Eropa
            Pan-Slavisme adalah gerakan yang paling awal, yang berkembang di antara berbagai bangsa Slav di dalam kekaisaran Austro-Hungorian dan turki selama tahun 1930-an hingga 1940-an. Di antara para teoretisinya adalah seorang menteri protestan Slovak, Jan Koller yang melihat orang-orang Slav pada dasarnya sebagai satu bangsa dengan warisan budaya yang sama. Kongres Slav yang pertama diselenggarakan tahun 1948. Namun gerakan ini mati menjelang abad ke-19, meski jauh USSR menghidupkan kembali untuk membenarkan Imperium Komunis di Eropa Timur.
            Pemikiran Pan-Jerman adalah serupa pada abad ke-19 penyatuan Jerman hanya dapat dilihat sebagai langkah untuk menciptakan Jerman yang lebih besar, yang mencakup orang-orang Austria dan semua penutur bahasa Jerman. Etnik jerman jauh lebih mendominasi bangsa-bangsa tetangga dan pan-Jermanisme memuat ide-ide rasis dan nasionalis agresif pada akhir abad ke-19.
            Skandinavisme pada awalnya merupakan sebuah kultur yang di inspirasi ole hide-ide Romantik di awal abad ke-19 dan setelah abad ke-20 berkambang berbagai organisasiskandinavia yang menggalang kerjasama ekonomi dan politik.
            Ditahun 1923 sebuah Uni Pan-Eropa didirikan di Wina atas inisiatif pribadi. Gerakan ini bertujuan menyatukan Negara-negara Eropa dalam kerjasama Ekonomi dan politik yang lebih besar dengan tujuan untuk menciptkaan persatuan Negara-negara Eropa.

·         Gerakan pan Afrika dan Arab
            Pan nasionalisme Arab dan Afrika muncul dari nasionalisme anti kolonial stelah perang dunia kedua. Nasionalisme di Afrika dan Arab utara muncul karena perasaan bahwa wilayah mereka, yang sekaligus merupakan basis Negara-negara baruu. Seluruhnya adalah penetapan yang asing dan artificial, yang sebenarnya merusakkan perkembangan penduduk-penduduk diwilayah yang telah dibagi-bagi ini.
            Ide-ide pan-Afrikanisme pertama kali dikemukakan oleh para bekas budak di Amerika dan Karibea di akhir abad ke-19. Idenya adalah bahwa semua penduduk asli termasuk Arab di Utara, memiliki warisan yang sama dan karena itu memiliki identitas dan nasib politik yang sama.
            Di tahun 1963 Organisasi Persatuan Afrika (OAU) didirikan di Addis Ababa. Organisasi ini sekadar forum diskusi dan kerjasama diantara Negara-negara rasis seperti afrika selatan.
            Pan Arabisme memiliki kesempatan yang lebih besar baik untuk menciptakan struktur politik yang penting dibandingkan pan-Afrikanisme. Bangsa arab memiliki homogenitas dan arti warisan bersama yang lebih besar. Gerakan ini memili organisasi yaitu Liga Arab. Liga Arab didirikan tahum 1945 dan mewajibkan setiap anggotanya memiliki kebijakan luar negeri yang sama dan menyelesaikan perselisihan mereka melalui liga. Gerakan ini memiliki pemimpin yang Karismatik yaitu Gamal Abdul Nasser, presiden mesir, pahlawan dalam masalah terusan Suez dan symbol persatuan Arab dari Maroko hingga ke teluk Persia. Gamal menciptakan sebuah Negara yang sosialis yang mencakup semua bangsa Arab, dikemukakan oleh partai-partai Ba’ath yang muncul di sebagian besar Negara Timur Tengah.

·         Ba’athisme
                                         Gerakan Ba’ath yang didirikan setelah Perang Dunia kedua ketika sebagian besar Negara Arab Kecuali Arab Saudi. Ba’atishme pada dasarnya menggunakan Pan-Arabisme dengan sebuah sosialisme yang meminjam dan menyesuaikan sejumlah elemen teoretis dan organisasi dari komunisme. Slogan Ba’ath adalah persatuan, kebebasan dan sosialisme. Persatuan di pahami dari segi keseragaman pandangan dan tujuan meleburkan semua indivisualitas ke dalam sebuah massa bersatu dengan kehendak nasional yang tunggal. Gerakan Ba’ath menolak arti Barat tentang ‘kebebasan’ sebagai hal yang terkait dengan egoisme dan eksploitasi kapasitas. Individu menemukan pemenuhan dan realisasi diri dank arena itu kebebasan sejati melalui identifikasi dengan massa.

Koherensi dan Otonomi Nasionalisme
            Nasionalisme adalah Ideologi yang paling sederhana dan paling kuat, tetapi secara intelektual paling lemah. Hal ini dikarenakan konsep utama yang menjadi landasan ideologi nasionalisme sangatlah kabur dan sulit untuk dikemukakan.

·         Apa arti sebuah bangsa ?
      Identitas nasional harus diciptakan ini melibatkan banyak simbolisme bendera, lagu kebangsaan, parade dan tim nasional, penciptaan sebuah sejarah dan kultur nasional, dengan pahlawan nasional dan mitos kelahiran dan perjuangan bangsa dan seterusnya. Mungkin ada anggapan bahwa homogenitas etnis merupakan sebuah kondisi yang diperlukan. Tetapi kemudian banyak bangsa yang terdiri atas etnis. Dan keriteria penting yang lain adalah bahasa. Sebuah bangsa melihat dirinya atau merasakan dirinya sebagai sebuah bangsa karena kesamaan sejarah dan bahasa dan alasan-alasan lain. Kriteria yang paling subjektif tentang bagaimana sebuah bangsa melihat dirinya merupakan criteria paling tepat bagaimana sebuah bangsa mendefinisikan khas kebangsaannya.



·         Kelangsungan Hidup Negara
            Sebuah Negara (State) membutuhkan sebuah ekonomi nasional yang cukup Otonom, sehingga tidak bergantung pada Negara lain. Di ujung skala yang lain, fenomena yang Pan-Nasionalisme menggambarkan beberapa masalah teoritis yang muncul dari nasionalisme.

·         Otonomi Nasionalisme
            Persoalan lebih lanjut dari nasionalisme digambarkan oleh orang-orang Arab. Konflik yang sering akut antara tradisi dan modernisasi adalah segi umum dari gerakan-gerakan naionalis sejak abad ke-19. Jenis masyarakat yang ingin dimiliki oleh kaum nasionalis di dalam sebuah situasi. Diberbagai waktu dan tempat, nasionalisme terkait dengan liberalisme, konservatisme, berbagai bentuk sosialisme, dan bahkan marxisme, yang secara sepintas merupakan sebuah doktrin antinasionalisis. Alasannya adalah bahwa ide-ide inti dari nasionalisme seperti itu tidak mengatakan apa-apa tentang bagaimana masyarakat harus di atur. Yakni ide-ide tersebut gagal menjawab persoalan yang biasanya kita harapkan jawabannya dari sebuah ideology.
            Apakah nasionalisme merupakan sebuah ideologi yang lengkap dan otonom ? Di satu sisi, kita mungkin mengatakan bahwa ideologi adalah tentang jenis system sosial atau pemerintahan yang ingin dimiliki bangsa adalah masalah sekunder. Disisi lain sebenarnya semua ekspresi nasional secara terkait dengan suatu doktrin ideology yang lain, yang menjadi esensial setelah kemerdekaan dicapai. Dengan pertimbangan sana-sini, yang kedua tampak merupakan argument yang lebih kuat, yang member kesan tentang sebuah kategori ideology-ideologi parsial.
            Nasionalisme masih merupakan sebuah kekuatan yang sangat berpengaruh di dunia. Banyak yang melihat nasionalisme sebagai sebuah kekuatan irrasional dan desstruktif perlu diletakan didalam sebuah visi dan organisasi yang lebih luas.

Internasionalisme, Federalisme dan Konflik
                  Abad ke-20 adalah abad yang paling keras, dengan dunia dan berbagai konflik yang lebih kecil, terrorisme dan ancaman kehancuran dari senjata nuklir ; semua ini melibatkan seluruh penduduk melalui sebuah cara yang tidak dikenal dimasa lalu. Satu sebab terbesar dari kekerasan ini adalah nasionalisme dalam berbagai bentuk. Prioritas utama dari pendukung internasionalisme adalah mencegah perang. Ada kesepakatan luas menyangkut perlunya suatu badan internasionalisme menyangkut perlunya suatu badan internasional yang dapat mencapai tujuan ini, meskipun kesulitan praktisnya besar. Masalah yang jauh lebih besar dari kemungkinan mendirikan sebuah pemerintahan dunia adalah persoalan yang sangat berbeda, yang oleh banyak orang akan dipandang sebagai fantasi.

Organisasi-organisasi Internasional
                  Perang dunia pertama disebut sebagai perang untuk mengakhiri semua perang dan buntutnya diharapkan muncul insstitusi-institusi yang akan mencegah perang dimasa depan melalui kesepakatan internasional, kerjasama dan mediasi. Harapan yang pertama adalah membentuk Liga Bangsa-Bangsa. Dan PBB pun didirikan di tahun 1945, tetapi harapan dan cita-citanya kalah oleh datangnya Perang Dingin. PBB dijadikan ajang persaingan oleh Negara Superpower, dan hanya mampu berbuat sedikit. Akibatnya PBB gagal menghentikan konflik-konflik besar. Bagaimana pun PBB telah terbukti sebagai forum perdebatan yang berguna, sebagai suatu alat kerjasama internasional dalam bidang kesehatan, broker dan penengah netral dalam perselisihan-perselisihan yang lebih kecil.

Integrasi Regional
                  Faktor-faktor berikut ini tampak kurang berpengaruh mesti sekadar dibandingkan dengan keadaannya beberapa tahun yang lalu. Runtuhnya Komunisme Eropa dan berakhirnya perang dingin telah mengakhiri regiditas yang tampak permanen dalam masalah internasional, dimana konsekuensinya baru akan muncul beberapa waktu lagi. Meskipun demikian, jika ada gerakan-gerakan kearah pemerintahan dunia, ini tampak tidak mungkin terjadi secara langsung.
      Selama tahun 1960-an hingga 1970-an, anggota-anggota yang baru telah masuk kedalam sisitem yang mapan ini, sementara tahun 1980-an dicirikan dengan dorongan baru ke arah integrasi yang lebih besar. Karena itu munculah signifikansi tahun 1992 dan usulan untuk memakai mata uang bersama yang mengarah pada kebijakan ekonomi bersama. Hal ini dilihat sebagai langkah besar menuju kearah integrasi politik dan sebuah pemerintahan federal. Namun hal ini menimbulkan perdebatan atas mata uang bersama dan memisahkan secara tajam kaum federalis dari kelompok yang pada dasarnya hanya menginginkan sebuah wilayah perdagangan yang bebas dan kerjasama yang lebih besar diantara Negara-negara yang selalu berpengaruh. Tetapi bagaimanapun bukti terakhir sistem federalisme tidaklah menggembirakan.

Federalisme
            Federalisme adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana kekuasaan termasuk kekuasaan llegislatif, dipindahkan ke unit federal melalui sebuah cara yang dijamin oleh konstitusi.  System federal telah diperkenalkan untuk membatasi kekuasaan pemerintahan pusat dan untuk mengatasi jarak wilayah yang jauh. Tetapi federalisme juga telah dilihat sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan kebangsaan. Sistem federalisme dapat dilihat sebagai jawaban atas beberapa masalah seperti sebuah bangsa minoritas akan memiliki sesuatu tingkat kemerdekaan sementara disisi lain terpenuhi aspirasi akan kebangsaan dan keamanan yang lebih besar; ada kelompok bangsa yang mungkin terlalu kecil untuk menjadi sebuah Negara. Sehingga mereka bergabung dalam sebuah sisteem federal sementara pada saat yang sama saling menghormati kebangsaan masing-masing. Dan jelaslah bahwa federalisme telah berhasil membatasi pemerintahan pusat meskipun dalam banyak kasus kekuasaan semakin condong ke pemerintahan pusat. Namun disisi lain federalism kurang berhasil dalam menghadapi semangat kebangsaan.
Nasionalisme dan konflik
Diluar masalah penyatuan pemerintahan nasionalime memiliki kekuatan konflik dan kekerasan yang hamper tidak berakhir, sebagaimana tampak dari survey tentang tempat-tempat bermasalah di dunia. Dengan terpisahnya dunia Komunis yang masih hidup dan yang telah mati.

Pemahaman Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.


Beberapa bentuk dari nasionalisme
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.

Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.


Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.
Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.

Pemahaman Nasionalisme Menurut Kelompok
Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa kebanggaan sebagai bangsa atau memiliki kehormatan bangsa dan merupakan suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah Negara dengan mewujudkan sesuatu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Nasionalisme adalah Munculnya kesadaran dari seseorang sebagai bagian dari suatu bangsa
Faktor Kemunculan Nasionalisme :
– Sengsara karena dijajah oleh bangsa lain
– Adanya kebanggaan yang meluap-luap sebagai suatu bangsa besar
Nasionalisme mulai muncul di Indonesia?
– 1908 melalui BU (nasionalisme kultural)
– 1928 lewat Sumpah pemuda (nasionalisme politik)




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Ø  Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasaInggris "nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Ø  Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.


B.     Saran
Ø  Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya menguatkan semangat nasionalisme dalam konteks globalisasi saat ini harus lebih di titik beratkan pada elemen-elemen strategis dalam percaturan global.Nasionalisme diprediksikan akan lenyap sejalan dengan semakin sebuah negara menjadi modern. Nasionalisme, dan hidup mandiri merupakan hal yang sangat penting. Karena akan membawa kemakmuran dan kemajuan suatu bangsa.
Ø  Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Nasionalisme




DAFTAR PUSTAKA

1.      Adams, Ian, Ideologi Politik Mutakhir (Political Ideology Today), Penerjemah Ali Noerzaman, (Yogyakarta : Penerbit Qalam), 2004
2.      http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
3.      Imran,Ali.1998. Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta : Balai Pustaka.
4.      Bahar, Safroedin. 1991. Perjuangan Menuju Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Semarang : Mandira Jaya Abadi.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
© Copyright 2012. Makalah Cyber . All rights reserved | Makalah Cyber.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by Makalah Cyber - Zoenk