KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penulis dalam menyusun makalah Anatomi Tumbuhan ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Tidak
menutup kemungkinan bahwa penulisan laporan ini banyak terdapat
kekurangan yang mendasar disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan
penulis, dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal
ilmu pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapai hasil yang lebih
baik.
Di
dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa
saran-saran dan masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan
dan hambatan yang cukup berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut
merupakan faktor pendukung yang sangat penting dan bermanfaat bagi
penulis.
Samarinda, Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 2
3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian benda non Protolasmik (Ergas) 3
2. Sifat benda non protolasmik (Ergas) 3
3. Komponen dalam benda non protolasmik (Ergas) 4
a. Kristal Ca-oksalat 4
b. Kristal Anorganik 5
c. Butir Amilum 6
d. Butir Aleuron 9
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan 11
2. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Protoplas
dinyatakan bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam lumen sel
itu tidak terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung
protoplasma yaitu zat-zat kehidupan.
Dengan demikian maka “benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik”
berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan, yang artinya pula benda mati.
Benda-benda
mati yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas
(“Ergastic Substances”). Dalam buku-buku lain benda ergas tersebut
dinamakan “Inclusion of the protoplas” dan pada buku lainnya sering
disebut “Non-protoplasmic components” atau “Non protoplasmic materials”.
Di
dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat banyak benda-benda yang
nonprotoplasmik, yang biasanya berada dalam vakuola, dalam plasma sel
dan kerap kali pula dalam plastid. Benda yang nonprotoplasmik ini
terdiri dari substansi (bahan) organik atau anorganik, dapat bersifat cair ataupun padat. Menurut para ahli botani, benda-benda yang nonprotoplasmik itu umumnya merupakan makanan cadangan dan
sering diketemukan dalam jumlah besar pada tempat-tempat penimbunan
cadangan makanan cadangan, seperti misalnya pada akar, umbi, buah, biji
dan lain-lain.
Di atas disebutkan bahwa benda-benda yang nonprotoplasmik biasanya terdapat dalam vakuola, yaitu
rongga-rongga dalam sitoplasma yang berbatasan dengan tonoplasma.
Vakuola ini mempunyai kegunaan bagi pengaturan tegangan turgor, bagi
kepentingan kegiatan metabolisme, dan sebagai tempat penimbunan
bahan-bahan yang tidak digunakan lagi, yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme. Di antara benda-benda ergas tersebut ada yang telah
diketahui fungsinya, ada pula yang belum diketahui.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik?
2. Apa saja sifat benda non-protoplasmik (ergas)?
3. Apa saja benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat padat?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik.
2. Untuk mengetahui sifat benda non-protoplasmik.
3. Untuk mengetahui benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat padat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Benda Non Protolasmik (Ergas)
Protoplas
dinyatakan, bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam lumen sel
itu tidak terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung
protoplasma yaitu zat-zat kehidupan.
Dengan demikian maka “benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik”
berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan, yang artinya pula benda mati. Benda-benda mati yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (Ergastic Substances).
2. Sifat Benda Non Protolasmik (Ergas)
Komponen
non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan
padat. Komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat cair
itu terdapat di dalam vakuola dan komponen non protoplasmik (benda
ergastik) yang lazimnya berbentuk butiran padat Kristal Ca-oksalat,
Kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.
a. Benda Ergas yang Bersifat Cair
Penjelasan
yang bersifat cair akan meliputi: a. cairan sel, b. minyak dan lemak,
c. minyak yang mudah menguap dalm sel tumbuh-tumbuhan, yang dikenal
dengan nama minyak eteris dan dammar (harsa).
b. Benda Ergas yang Bersifat Padat
Benda-benda nonprotoplasmik (mati) dalam sel yang bersifat padat tentunya berwujud lebih nyata daripada yang bersifat cair, karena yang bersifat padat
lazimnya berbentuk butiran atau Kristal. Butiran atau Kristal ini
terbentuk sebagai hasil akhir metabolism (pertukaran zat) dalam
tumbuh-tumbuhan. Ada pula yang terbentuk karena terjadinya pengendapan
zat-zat cair makanan cadangan, sehingaa berwujud butiran. Di bawah ini
hanya akan dikemukakan tentang Kristal Ca-oksalat, Kristal an-organik,
butir amilum dan aleuron.
3. Komponen Dalam Benda Non Protolasmik (Ergas)
a. Kristal Ca-oksalat
Kristal ini memang cukup banyak terdapat dalam sel berbagai tumbuh-tumbuhan. Lazimnya terdapat dalam sel korteks (cortex), akan tetapi tidak jarang pula terdapat dalam sel-sel parenkhim floem (“phloem parenchyma”) dan parenkhim silemm (“xylem parenchyma”).
Kristal-kristal
ini terdapat dalam vakuola dari sel atau dalam plasma selnya. Sel-sel
ini biasanya memiliki dinding sel yang bergabus. Kristal-kristal ini
dapat berbentuk:
(1) Kristal dengan bentuk Prisma Teratur
Biasanya
terdapat dalam sel-sel di bawah epidermis dari daun jeruk, yang
letaknya yang umum yaitu pada jarak-jarak tertentu dari lapisan sel
tersebut.
(2) Kristal dengan bentuk Jarum
Kristal dengan bentuk jarum ini banyak terdapat dalam sel-sel daun mirabilis. Perhatikan pada gambar (b) tentang letaknya yang tidak teratur. Bentuk ini terdapat pada daun mirabilis jalapa.
(3) Kristal dengan bentuk butir-butiran kecil
Kristal ini dalam bahasa Inggris dinamakan “Crystal sands”, umumnya terdapat dalam sel daun serta tangkai daun dari tumbuhan Amaranthus (bayam).
(4) Kristal dengan bentuk rafida
Merupakan
Kristal bentuk jarum yang letaknya sejajar satu sama lain, biasanya
terdapat dalam sel-sel parenkhim dari jaringan-jaringan yang lunak.
Selnya mengandung lender dan berdinding tipis, misalnya dalams sel-sel
jaringan yang tergolong monocotyledoneae. Rafida misalnya terdapat pada endocarp buah aren (Angera pinnata), akan menimbulkan rasa gatal-gatal kalau tersinggung atau termakan.
(5) Kristal dengan bentuk kelenjar (driuse)
Kristal
yang berbentuk kelenjar atau “globose masses” atau juga “druse” hanya
terdapat dalam sel-sel tertentu dengan bentuknya yang tidak teratur
(dapat berbentuk bintang, bulat, atau bentuk-bentuk lainnya). Gambar 14
(e) menggambarkan Kristal pada tangkai daun papaya (Carica papaya). Pada sel-sel serat terkandung diketemukan Kristal oksalat yang memenuhi ruangan sel (lumen).
Dapat
ditambahkan, bahwa kristal-kristal oksalat akan dapat larut apabila
terhadapnya dibubuhkan: asam cuka dan sedikit dipanaskan dan akan
terbentuk gelembung-gelembung CO2; atau dengan pemberian HCL atau H2SO4.
b. Kristal Anorganik
Kristal-kristal anorganik dimaksud ialah yang berupa silikat,
yang banyak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan jenis bambu dan
rumput-rumputan terutama pada sel epidermisnya. Biasanya silikat ini
merupakan penebalan pada dinding sel. Karena itu dengan adanya bahan ini
dalam sel epidermis daun maka daun ini keadaannya menjadi keras serta
kaku, yang memungkinkannya menjaga gangguan-gangguan dari luar. Selain
itu terdapatnya silikat ini juga sebagai kristal-kristal dalam lumen
selnya.
Dalam sel selain silikat terdapat pula sistolit
akan tetapi bentuknya jarang sebagai kristal, melainkan berbentuk
khusus bagaikan sarang lebah. Dalam hal ini sel-sel yang mengandung
sistolit rata-rata berukuran lebih besar dari sel-sel yang ada di
sekitarnya, dengan demikian maka dapat dengan mudah dibedakan. Sel-sel
yang mengandung sistolit ini lazim disebut litosis.
c. Butir Amilum
Benda-benda nonprotoplasmik atau benda-benda mati ini dalam sel ini dibentuk oleh plastid-plastida, diantaranya oleh amiloplas dan kloroplas. Lazimnya merupakan tepung-tepung yang dibentuk oleh kloroplas disebut tepung asimilasi terdapat dalam sel-sel daun, sedang yang dibentuk oleh amiloplas diebut tepung cadangan
yang terdapat dalam alat-alat penyimpanan makanan, seperti halnya pada
akar-akar, umbi biji dan lain-lain. Kadar tepung kadang-kadang mencapai
tingkat yang tinggi, sekitar 20% dari berat keseluruhan, bahkan dalam
biji-bijian kadang-kadang dapat mencapai sekitar 70% dari berat biji
segar.
Terjadinya tepung transitoris dapat dikemukakan sebagai berikut:
(a) Tepung
asimilasi dalam proses menuju ke tempat penimbunan makanan, di bawah
pengaruh enzim-enzim amylase dan diastase telah diubah menjadi gula yang
dapat larut ke dalam air.
(b) Di
tengah perjalanan (sebelum sampai ke tempat penimbunan makanan) gula
yang telah terjadi dan larut dalam air mengalami pengendapan-pengandapan
sementara, dan terbentuk tepung transitoris.
Tentang tepung cadangan, bagi tiap jenis tumbuh-tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan tertentu, perhatikan Gambar 15 di halaman berikut.
Perbedaan macam-macam tepung ini dapat berdasarkan letak hilus dalam butir-butir tepung. Yang dimaksud dengan hilus ialah titik permulaan terbentuknya butir tepung, (hilum atau titik inisial), sedang lamella adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus.
Butir tepung yang terbentuk itu besarnya berkisar antara 17-20 mikron.
Perbedaan di atas menghasilkan adanya 2 macam butir-butir tepung yaitu
(1) yang konsentris, dan yang (2) eksentris.
v Butir tepung konsentris
Butir-butir tepung macam ini dilihat letaknya hilus dan mella:
(1) Hilusnya terletak di tengah-tengah,
(2) Letak lamella mengelilingi hilus.
Butir tepung konsentris banyak terdapat pada tumbuh tumbuhan jenis ketela, seperti misalnya pada ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima), dan lain-lain.
v Butir tepung eksentris
Perbedaannya dilihat pula dari letaknya hilus dan lamella:
(1) Hilusnya terletak di pinggir,
(2) Letak lamella mengelilingi hilus.
Umumnya bentuk dari butir-butir tepung macam ini adalah lonjong dan
tidak pernah bundar, banyak terdapat dalam sel tumbuh-tumbuhan seperti
kentang (Solanum tuberosum).
Kalau
di atas telah dibedakan macam-macam butir tepung berdasarkan letak dari
hilusnya, maka selanjutnya dapat dikemukakan tentang macam-macam butir
tepung apabila dilihat dari susunannya, yaitu butir tepung monoadelph,
diadelph dan polyadelph. Jelasnya sebagai berikut:
(a) Monoadelph
Butir-butir
tepung monoedelph adalah butir-butir tepung yang memiliki satu hilus
dengan lamella-lamella mengelilinginya. Sebagai contoh: butir tepung
pada ketela rambat, ketela pohon, gandum dan lain-lain.
(b) Diadelph
Dalam hal butir-butir tepung macam ini, adalah butir tepung yang terdiri dari dua hilus,
yang masing-masing hilus dikelilingi pula lamella-lamella
sendiri-sendiri. Masing-masing lamella ini dikelilingi lagi oleh lamella
lainnya. Sebagai contoh: butir tepung pada kentang.
(c) Poliadelph
Butir-butir
tepung diadelph ini ternyata banyak bagian-bagiannya atau dengan kata
lain terdiri dari banyak butir-butiran tepung yang bersatu. Sebagai
contoh: pada beras (Oryza sativa).
Butir-butir tepung tersusun pula atas dua macam polysakarida: bagian tepi dari tepung (amilopektin) dan bagian dalam dari butir tepung (amilose).
Kalau kita perhatikan kembali Gambar 15, pada butir tepumg phaseolus vulgaris, tedapat korosi.
Yang dimaksud dengan korosi adalah “peristiwa perubahan pada butir
tepung sebagai akibat digunakannya oleh tumbuhan, sehingga pengaruh
enzim-enzim amylase dan distase berubah menjadi gula yang larut dalam
air. Tapi larutnya ini tidak secara sekaligus melainkan secara sedikit
demi sedikit, dan akibatnya maka butir-butir tepung tadi seakan-akan
terkerat-kerat”.
Selanjutnya
kalau kita melakaukan pengamatan pada butir tepung dengan menggunakan
mikroskop yang untuk ini digunakan cahaya polarisasi, maka akan tampak
padanya suatu susunan seperti kristal merupakan sfaeorokristal. Sfaeorokristal ini terdiri dari unsur-unsur kristal yang letaknya radial dan disebut trikhit.
Dalam
suatu proses pelarutan tepung diperlukan pemanasan, karena butir-butir
tepung itu dalam air dingin tidak melarut. Dengan pemanasan maka
butir-butir tepung itu akan berubah menjadi lendir (semacam kanji).
Dengan asam sulfat pekat tepung akan dihidrolisa menjadi gula. Bila
tepung itu dipanaskan secara kering, akan berubah menjadi suatu zat yang
larut dalam air, yaitu dekstrim.
d. Butir Aleuron
Pada tumbuh-tumbuhan biasanya terdapat protein aktif dan protein pasif. Yang dimaksud dengan protein aktif adalah protein-protein pembentuk protoplasma, sedangkan protein pasif
adalah protein makanan cadangan. Pada hakikatnya protein pasif ini
adalah benda non protoplasmik (ergastic substances atau benda_benda
mati) yang ditemukan dalam vakuola-vakuola sebagai protein amorf ataupun
sebagai kristal, kedua-duanya lazim terdapat bersama-sama sebagai butir-butir aleuron yang merupakan benda-benda mati. Benda-benda mati ini lazimnya terdapat dalam endoperm, perisperm atau embrio dari biji-bijian.
Aleuron itu merupakan protein yang termasuk globulin,
butir-butirannya yang tergolong sangat besar biasanya terdapat pada
biji jarak (Ricinus communis).Pada butir-butir yang besar ini lazimnya
terdiri dari :
(1) Protein amorf
(2) Protein kristal
(3) Protein globoid.
Yang
dimaksud dengan protein amorf yaitu protein tidak berbentuk, protein
kristal yaitu protein yang memiliki bentuk yang beraturan, persegi lima
atau persegi enam. Sedangkan protein globoid adalh protein yang banyak
mengandung zat phytin, yaitu garam yang mengandung Ca dan Mg dengan
suatu asam (asam mesoinosith hexaphospor).
Lapisan
aleuron ialah lapisan sel yang berada di bawah kulit buah yang penuh
mengandung butir-butir kecil protein, sedangkan yang dimaksud dengan
gluten adalah protein yang menyusun butir-butir aleuron. Lapisan aleuron
terdapat misalnya pada butir-butir gandum, padi dan lain sebagainya.
Butir-butir protein selain terdapat pada vakuola, kadang-kadang terdapat
pula dalam :
(1) Sitoplasma, sebagai misal pada sel-sel umbi kentang yang letaknya di tepi
(2) Plastida
(3) Dalam inti sel (nukleus), misalnya dalam tumbuh-tumbuhan yang tergolong keluarga scrophulariaceae.
Selain
terdapat sebagai glubulin, protein pasif yang merupakan aleuron ini
terdapat juga sebagai albumin, glutelin ataupun protamin.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan (benda mati) yang berbentuk butiran atau kristal.
b. Komponen non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan padat.
c. Komponen
non protoplasmik (benda ergas) yang bersifat padat lazimnya berbentuk
butiran padat kristal Ca-oksalat, kristal an-organik, butir amilum dan
aleuron.
2. Saran
Untuk
memahami lebih lanjut tentang komponen non protoplasmik diharapkan
pembaca dapat mencari sumber-sumber yang lebih menunjang dari buku-buku
di perpustakaan maupun dari internet.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrian, Drs.Yayan.2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan
Jaringan). Rineka Cipta:Jakarta
http://didik-abd.blogspot.com/2008/12/sel-1.html
http://fadebyantoro.blogspot.com/2010/04/indoscience-2.html
http://wimamadiun.com/materi/endang/minggu02.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar