Rabu, 02 Mei 2012

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN BENDA DALAM SEL NON PROTOLASMIK (benda ergas)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis dalam menyusun makalah Anatomi Tumbuhan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan yang mendasar disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, dimana penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan bekal ilmu pengetahuan yang penulis miliki untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Di dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa saran-saran dan masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan hambatan yang cukup berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor pendukung yang sangat penting dan bermanfaat bagi penulis.

Samarinda,       Oktober  2010


    Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                       i
DAFTAR ISI                                                                                                    ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang                                                                                       1
2.  Rumusan Masalah                                                                                  2
3.  Tujuan                                                                                                    2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pengertian benda non Protolasmik (Ergas)                                            3
2.      Sifat benda non protolasmik (Ergas)                                                     3
3.      Komponen dalam benda non protolasmik (Ergas)                                4
a.       Kristal Ca-oksalat                                                                            4
b.      Kristal Anorganik                                                                            5
c.       Butir Amilum                                                                                   6
d.      Butir Aleuron                                                                                   9
BAB III PENUTUP
1.  Kesimpulan                                                                                            11
2.  Saran                                                                                                      11
DAFTAR PUSTAKA                                                                                       12




BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Protoplas dinyatakan bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam lumen sel itu tidak terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. Dengan demikian maka “benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik” berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan, yang artinya pula benda mati.
Benda-benda mati yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (“Ergastic Substances”). Dalam buku-buku lain benda ergas tersebut dinamakan “Inclusion of the protoplas” dan pada buku lainnya sering disebut “Non-protoplasmic components” atau “Non protoplasmic materials”.
Di dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat banyak benda-benda yang nonprotoplasmik, yang biasanya berada dalam vakuola, dalam plasma sel dan kerap kali pula dalam plastid. Benda yang nonprotoplasmik ini terdiri dari substansi (bahan) organik atau anorganik, dapat bersifat cair ataupun padat. Menurut para ahli botani, benda-benda yang nonprotoplasmik itu umumnya merupakan makanan cadangan dan sering diketemukan dalam jumlah besar pada tempat-tempat penimbunan cadangan makanan cadangan, seperti misalnya pada akar, umbi, buah, biji dan lain-lain.
Di atas disebutkan bahwa benda-benda yang nonprotoplasmik biasanya terdapat dalam vakuola, yaitu rongga-rongga dalam sitoplasma yang berbatasan dengan tonoplasma. Vakuola ini mempunyai kegunaan bagi pengaturan tegangan turgor, bagi kepentingan kegiatan metabolisme, dan sebagai tempat penimbunan bahan-bahan yang tidak digunakan lagi, yang merupakan hasil akhir dari metabolisme. Di antara benda-benda ergas tersebut ada yang telah diketahui fungsinya, ada pula yang belum diketahui.

2.      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik?
2.      Apa saja sifat benda non-protoplasmik (ergas)?
3.      Apa saja benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat padat?

3.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik.
2.      Untuk mengetahui sifat benda non-protoplasmik.
3.      Untuk mengetahui benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat padat.







BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Benda Non Protolasmik (Ergas)
 Protoplas dinyatakan, bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam lumen sel itu tidak terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. Dengan demikian maka “benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik” berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan, yang artinya pula benda mati. Benda-benda mati yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (Ergastic Substances).
2.      Sifat Benda Non Protolasmik (Ergas)
Komponen non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan padat. Komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat cair itu terdapat di dalam vakuola dan komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang lazimnya berbentuk butiran padat Kristal Ca-oksalat, Kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.

a.      Benda Ergas yang Bersifat Cair
Penjelasan yang bersifat cair akan meliputi: a. cairan sel, b. minyak dan lemak, c. minyak yang mudah menguap dalm sel tumbuh-tumbuhan, yang dikenal dengan nama minyak eteris dan dammar (harsa).

b.      Benda Ergas yang Bersifat Padat
Benda-benda nonprotoplasmik (mati) dalam sel yang bersifat padat tentunya berwujud lebih nyata daripada yang bersifat cair, karena yang bersifat padat lazimnya berbentuk butiran atau Kristal. Butiran atau Kristal ini terbentuk sebagai hasil akhir metabolism (pertukaran zat) dalam tumbuh-tumbuhan. Ada pula yang terbentuk karena terjadinya pengendapan zat-zat cair makanan cadangan, sehingaa berwujud butiran. Di bawah ini hanya akan dikemukakan tentang Kristal Ca-oksalat, Kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.

3.      Komponen Dalam Benda Non Protolasmik (Ergas)

a.         Kristal Ca-oksalat
Kristal ini memang cukup banyak terdapat dalam sel berbagai tumbuh-tumbuhan. Lazimnya terdapat dalam sel korteks (cortex), akan tetapi tidak jarang pula terdapat dalam sel-sel parenkhim floem (“phloem parenchyma”) dan parenkhim silemm (“xylem parenchyma”).
Kristal-kristal ini terdapat dalam vakuola dari sel atau dalam plasma selnya. Sel-sel ini biasanya memiliki dinding sel yang bergabus. Kristal-kristal ini dapat berbentuk:
(1)          Kristal dengan bentuk Prisma Teratur
Biasanya terdapat dalam sel-sel di bawah epidermis dari daun jeruk, yang letaknya yang umum yaitu pada jarak-jarak tertentu dari lapisan sel tersebut.
(2)          Kristal dengan bentuk Jarum
Kristal dengan bentuk jarum ini banyak terdapat dalam sel-sel daun mirabilis. Perhatikan pada gambar (b) tentang letaknya yang tidak teratur. Bentuk ini terdapat pada daun mirabilis jalapa.




(3)          Kristal dengan bentuk butir-butiran kecil
Kristal ini dalam bahasa Inggris dinamakan “Crystal sands”, umumnya terdapat dalam sel daun serta tangkai daun dari tumbuhan Amaranthus (bayam).
(4)          Kristal dengan bentuk rafida
Merupakan Kristal bentuk jarum yang letaknya sejajar satu sama lain, biasanya terdapat dalam sel-sel parenkhim dari jaringan-jaringan yang lunak. Selnya mengandung lender dan berdinding tipis, misalnya dalams sel-sel jaringan yang tergolong monocotyledoneae. Rafida misalnya terdapat pada endocarp buah aren (Angera pinnata), akan menimbulkan rasa gatal-gatal kalau tersinggung atau termakan.
(5)          Kristal dengan bentuk kelenjar (driuse)
Kristal yang berbentuk kelenjar atau “globose masses” atau juga “druse” hanya terdapat dalam sel-sel tertentu dengan bentuknya yang tidak teratur (dapat berbentuk bintang, bulat, atau bentuk-bentuk lainnya). Gambar 14 (e) menggambarkan Kristal pada tangkai daun papaya (Carica papaya). Pada sel-sel serat terkandung diketemukan Kristal oksalat yang memenuhi ruangan sel (lumen).
Dapat ditambahkan, bahwa kristal-kristal oksalat akan dapat larut apabila terhadapnya dibubuhkan: asam cuka dan sedikit dipanaskan dan akan terbentuk gelembung-gelembung CO2; atau dengan pemberian HCL atau H2SO4.

b.        Kristal Anorganik
Kristal-kristal anorganik dimaksud ialah yang berupa silikat, yang banyak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan jenis bambu dan rumput-rumputan terutama pada sel epidermisnya. Biasanya silikat ini merupakan penebalan pada dinding sel. Karena itu dengan adanya bahan ini dalam sel epidermis daun maka daun ini keadaannya menjadi keras serta kaku, yang memungkinkannya menjaga gangguan-gangguan dari luar. Selain itu terdapatnya silikat ini juga sebagai kristal-kristal dalam lumen selnya.
Dalam sel selain silikat terdapat pula sistolit akan tetapi bentuknya jarang sebagai kristal, melainkan berbentuk khusus bagaikan sarang lebah. Dalam hal ini sel-sel yang mengandung sistolit rata-rata berukuran lebih besar dari sel-sel yang ada di sekitarnya, dengan demikian maka dapat dengan mudah dibedakan. Sel-sel yang mengandung sistolit ini lazim disebut litosis.

c.         Butir Amilum
Benda-benda nonprotoplasmik atau benda-benda mati ini dalam sel ini dibentuk oleh plastid-plastida, diantaranya oleh amiloplas dan kloroplas. Lazimnya merupakan tepung-tepung  yang dibentuk oleh kloroplas disebut tepung asimilasi terdapat dalam sel-sel daun, sedang yang dibentuk oleh amiloplas diebut tepung cadangan yang terdapat dalam alat-alat penyimpanan makanan, seperti halnya pada akar-akar, umbi biji dan lain-lain. Kadar tepung kadang-kadang mencapai tingkat yang tinggi, sekitar 20% dari berat keseluruhan, bahkan dalam biji-bijian kadang-kadang dapat mencapai sekitar 70% dari berat biji segar.
Terjadinya tepung transitoris dapat dikemukakan sebagai berikut:
(a)          Tepung asimilasi dalam proses menuju ke tempat penimbunan makanan, di bawah pengaruh enzim-enzim amylase dan diastase telah diubah menjadi gula yang dapat larut ke dalam air.
(b)          Di tengah perjalanan (sebelum sampai ke tempat penimbunan makanan) gula yang telah terjadi dan larut dalam air mengalami pengendapan-pengandapan sementara, dan terbentuk tepung transitoris.
              Tentang tepung cadangan, bagi tiap jenis tumbuh-tumbuhan mempunyai bentuk  dan susunan tertentu, perhatikan Gambar 15 di halaman berikut.
Perbedaan macam-macam tepung ini dapat berdasarkan letak hilus dalam butir-butir tepung. Yang dimaksud dengan hilus ialah titik permulaan terbentuknya butir tepung, (hilum atau titik inisial), sedang lamella adalah garis-garis halus yang mengelilingi hilus. Butir tepung yang terbentuk itu besarnya berkisar antara 17-20 mikron. Perbedaan di atas menghasilkan adanya 2 macam butir-butir tepung yaitu (1) yang konsentris, dan yang (2) eksentris.
v  Butir tepung konsentris
            Butir-butir tepung macam ini dilihat letaknya hilus dan mella:
(1)               Hilusnya terletak di tengah-tengah,
(2)               Letak lamella mengelilingi hilus.
  Butir tepung konsentris banyak terdapat pada tumbuh tumbuhan jenis ketela, seperti misalnya pada ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima), dan lain-lain.
v  Butir tepung eksentris
Perbedaannya dilihat pula dari letaknya hilus dan lamella:
(1)               Hilusnya terletak di pinggir,
(2)               Letak lamella mengelilingi hilus.
            Umumnya bentuk dari butir-butir tepung macam ini adalah lonjong dan tidak pernah bundar, banyak terdapat dalam sel tumbuh-tumbuhan seperti kentang (Solanum tuberosum).
Kalau di atas telah dibedakan macam-macam butir tepung berdasarkan letak dari hilusnya, maka selanjutnya dapat dikemukakan tentang macam-macam butir tepung apabila dilihat dari susunannya, yaitu butir tepung monoadelph, diadelph dan polyadelph. Jelasnya sebagai berikut:
(a)               Monoadelph
Butir-butir tepung monoedelph adalah butir-butir tepung yang memiliki satu hilus dengan lamella-lamella mengelilinginya. Sebagai contoh: butir tepung pada ketela rambat, ketela pohon, gandum dan lain-lain.
(b)               Diadelph
Dalam hal butir-butir tepung macam ini, adalah butir tepung yang terdiri dari dua hilus, yang masing-masing hilus dikelilingi pula lamella-lamella sendiri-sendiri. Masing-masing lamella ini dikelilingi lagi oleh lamella lainnya. Sebagai contoh: butir tepung pada kentang.
(c)               Poliadelph
Butir-butir tepung diadelph ini ternyata banyak bagian-bagiannya atau dengan kata lain terdiri dari banyak butir-butiran tepung yang bersatu. Sebagai contoh: pada beras (Oryza sativa).
Butir-butir tepung tersusun pula atas dua macam polysakarida: bagian tepi dari tepung (amilopektin) dan bagian dalam dari butir tepung (amilose).
Kalau kita perhatikan kembali Gambar 15, pada butir tepumg phaseolus vulgaris, tedapat korosi. Yang dimaksud dengan korosi adalah “peristiwa perubahan pada butir tepung sebagai akibat digunakannya oleh tumbuhan, sehingga pengaruh enzim-enzim amylase dan distase berubah menjadi gula yang larut dalam air. Tapi larutnya ini tidak secara sekaligus melainkan secara sedikit demi sedikit, dan akibatnya maka butir-butir tepung tadi seakan-akan terkerat-kerat”.
Selanjutnya kalau kita melakaukan pengamatan pada butir tepung dengan menggunakan mikroskop yang untuk ini digunakan cahaya polarisasi, maka akan tampak padanya suatu susunan seperti kristal merupakan sfaeorokristal. Sfaeorokristal ini terdiri dari unsur-unsur kristal yang letaknya radial dan disebut trikhit.
Dalam suatu proses pelarutan tepung diperlukan pemanasan, karena butir-butir tepung itu dalam air dingin tidak melarut. Dengan pemanasan maka butir-butir tepung itu akan berubah menjadi lendir (semacam kanji). Dengan asam sulfat pekat tepung akan dihidrolisa menjadi gula. Bila tepung itu dipanaskan secara kering, akan berubah menjadi suatu zat yang larut dalam air, yaitu dekstrim.
d.      Butir Aleuron
Pada tumbuh-tumbuhan biasanya terdapat protein aktif dan protein pasif. Yang dimaksud dengan protein aktif adalah protein-protein pembentuk protoplasma, sedangkan protein pasif adalah protein makanan cadangan. Pada hakikatnya protein pasif ini adalah benda non protoplasmik (ergastic substances atau benda_benda mati) yang ditemukan dalam vakuola-vakuola sebagai protein amorf ataupun sebagai kristal, kedua-duanya lazim terdapat bersama-sama sebagai butir-butir aleuron yang merupakan benda-benda mati. Benda-benda mati ini lazimnya terdapat dalam endoperm, perisperm atau embrio dari biji-bijian.
Aleuron itu merupakan protein yang termasuk globulin, butir-butirannya yang tergolong sangat besar biasanya terdapat pada biji jarak (Ricinus communis).Pada butir-butir yang besar ini lazimnya terdiri dari :
(1)   Protein amorf
(2)   Protein kristal
(3)   Protein globoid.
Yang dimaksud dengan protein amorf yaitu protein tidak berbentuk, protein kristal yaitu protein yang memiliki bentuk yang beraturan, persegi lima atau persegi enam. Sedangkan protein globoid adalh protein yang banyak mengandung zat phytin, yaitu garam yang mengandung Ca dan Mg dengan suatu asam (asam mesoinosith hexaphospor).
Lapisan aleuron ialah lapisan sel yang berada di bawah kulit buah yang penuh mengandung butir-butir kecil protein, sedangkan yang dimaksud dengan gluten adalah protein yang menyusun butir-butir aleuron. Lapisan aleuron terdapat misalnya pada butir-butir gandum, padi dan lain sebagainya. Butir-butir protein selain terdapat pada vakuola, kadang-kadang terdapat pula dalam :
(1)     Sitoplasma, sebagai misal pada sel-sel umbi kentang yang letaknya di tepi
(2)     Plastida
(3)     Dalam inti sel (nukleus), misalnya dalam tumbuh-tumbuhan yang tergolong keluarga scrophulariaceae.
Selain terdapat sebagai glubulin, protein pasif yang merupakan aleuron ini terdapat juga sebagai albumin, glutelin ataupun protamin.



BAB III
PENUTUP


1.      Kesimpulan

a.       Benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan (benda mati) yang berbentuk butiran atau kristal.
b.      Komponen non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan padat.
c.       Komponen non protoplasmik (benda ergas) yang bersifat padat lazimnya berbentuk butiran padat kristal Ca-oksalat, kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.


2.      Saran

Untuk memahami lebih lanjut tentang komponen non protoplasmik diharapkan pembaca dapat mencari sumber-sumber yang lebih menunjang dari buku-buku di perpustakaan maupun dari internet.








DAFTAR PUSTAKA


Sutrian, Drs.Yayan.2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan
            Jaringan). Rineka Cipta:Jakarta
http://didik-abd.blogspot.com/2008/12/sel-1.html
http://fadebyantoro.blogspot.com/2010/04/indoscience-2.html
http://wimamadiun.com/materi/endang/minggu02.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar