DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ……………………………….. 1
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH ………………………. 1
D. KEGUNAAN MAKALAH ……………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………. 2
A. PRODUKSI ASI (PROLAKTIN) …………….. 5
B. PENGELUARAN ASI (OKSITOSIN)
C. PEMELIHARAAN LAKTASI …………………….. 6
D. KOMPOSISI ASI DAN STADIUM LAKTASI ……. 7
BAB III PENUTUP ……………………………………… 10
A. KESIMPULAN ……………………………… 10
B. SARAN ………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puja
dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan MAKALAH FISIOLOGI
LAKTASI dapat terselesaikan.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah yang akan dating.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada
kehamilan seorang ibu bukan hanya menyiapkan persalinan teta[I juga
harus menyiapkan untuk proses laktasi. Pemberian ASI kepada bayi baru
lahir merupakan suatu hal penting karena mempunyai manfaat besar bagi
ibu dan bayi. Proses laktasi merupakan hal yang fisiologis yang dialami
oleh setiap ibu. Dalam prosesnya laktasi mempunyai beberapa tahap dan
perlu di pahami.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses fisiologi laktasi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami proses fisiologi laktasi
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini memberikan informasi tentang bagaimana proses fisiologi laktasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Produksi air susu ibu (prolaktin)
Pembentukan
payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan berakhir ketika
mulai menstruasi. Hormone yang berperan adalah hormone esterogen dan
progesterone yang membantu maturasi alveoli. Sednagkan hormone prlaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu
hormone yang disekresi oleh glandula pituitary anterior, penting untuk
produksi ASI, tetapi walaupun kadar hormone ini di dalam sirkulasi
maternal meningkat selama kehamilan, kerja hormone ini di hambat oleh
hormone plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses
persalinan, maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun
sampai tingkat dapat dilepaskannya dan di aktifkannya prolaktin.
Terjadi peningkatan suplai darah yang
beredar lewat payudara dan dapat di ekstrasi bahan penting untuk
pembentukan ASI. Globulin lemak dan molekul-molekul protein dari dasar
sel-sel sekretoris akan membengkakan acini dan mendorongnya menuju ke
tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan
dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu
memberikan ASI 2-3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian
pertama pemberian susu dilakukan pada malam hari, yang biasanya memang
demikian, maka metode-metode kontrasepsi yang lebih reliable harus
dipakai apabila ingin menghindari kehamilan. Selama kehamilan hormone
prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena
pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesterone akan meurun pada saat hati ke 2 atau ke 3 pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Terdapat 2 reflek yang berperan yaitu
reflex prolaktin dan reflex alran yang timbul akibat perangsangan
putting susu dikarenakan isapan bayi.
1. reflex prolaktin
2. reflex aliran (let down reflek).
Refleks prolaktin
Akhir
kehamilan hormone prolaktin memegang perana untuk membuat kolostrum,
tetapi jimlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi. Pasca
persalinan yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang putting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanis. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran fakor penghamat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran factor pemacu sekresi prolaktin. Gaktor pemacu
sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anteiior sehingga keluar
prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyususi akan menjadi normal
3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak aka nada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi,
namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak
menyusui kadar prolaktiin akan menjadi normalpada minggu ke 2-3.
Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan
seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan
putting susu.
Refleks aliran (let down reflek)
Bersamaan
dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anteriror rangsangan yang
berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian
dikelarkan oksitosin. Melaui aliran darah hormone ini menuju uterus
sehingga menimbulan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoi dan masu ke system duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi.
Fakyor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Factor-faktor yang menghambatreflek let down adalah: stress seperti:
keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
1. refleks menangkap (rooting refleks)
2. refleks mennghisap
3. refleks menelan.
Refleks menangkap (rooting refleks)
Timbul
saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh kea rah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menangkap putting susu.
Refleks menghisap
Reflek
ini akan timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
putting. Agar putting mencapai palatum, maka sebagian besar aerola masuk
ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada
dibawah areola tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI
kelar.
Refleks menelan ( swallowing refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pada
akhir kehamilan terjadi sekresi cairan jernih kekningan yang disebut
kolostrum yang mengandung immunoglobulin. Produksi kolostrum terus
meningkat pasca persalinan dan digantikan dengan produksi ASI. Kadar
estrogen menurun dengan cepat 48 jam pasca persalinansehingga
memungkinkan berlangsungnya aktivitas HPR terhadap sel alveolus untuk
inisiasi dan mempertahankan proses laktasi. Proses laktasi semakin
meningkat dengan isapan pada payudara secara dini dan sering oleh karena
secra reflektoar, isapn tersebut akan semakin meningkatkan kadar hpr.
Emosi negative menyebabkan penurunan sekresi prolaktin melalui proses
pelepasan prolaktin inhibiting factor dari hipotalamus. Pada hari ke 2
dan ke 3 pasca persalinan hpr merangsang alveolus untuk menghasilkan
ASI. Pada awalnya ASI menyebabkan distensi alveolus dan ductus kecil
sehingga payudara menjadi tegang.
B. Pengeluaran air susu (oksitosin)
Dua
factor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik
ke papilla mamae. Keluarnya ASI terjadi akibat kontraksi sel
mioepiteliel dari alveolus dan ductuli yang berlangsung akibat adanya
reflek ejeksi ASI ( let down refleks). Reflek ejeksi ASI diawali hisapan
oleh bayi---hipotalamus---hipofisis mengeluarkan oksitosin ke dalam
sirkulasi darah ibu. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi sel
mioepitelial dan ASI disalurkan ke dalam alveoli dan ductuli---ductus
yang besar---penampungan subareolar. Oksitosin mencegah keluarnya
dopamine dari hipotalamus sehingga produksi ASI dapat berlanjut. Emosi
negative dan factor gisik dapat mengurangi reflek ejeksi ASI, tugas
perawatan pasca persalinan antara lain meliputi usaha untuk meningkatkan
keyakinan seorang ibu bahwa dia mampu untuk memberikan ASI kepada
bayinya.
ASI dapat berlanjut. Emosi
negatif dan faktor fisik dapat mengurangi reflek ejeksi ASI, tugas
perawatan pasca persalinan antara lain meliputi usaha untuk meningkatkan
keyakinan seorang ibu bahwa dia mampu untuk memberikan ASI kepada
bayinya.
1. Tekanan dari belakang
Tekanan
globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli
tersebut ke dalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi akan memacu
sekresi air susu lebih banyak.
2. Refleks neurohormonal
Apabila bayi disusui, maka
gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang
terdapat di dalam glandula pituitaria posterior.akibat langsung refleks
ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitari posterior : hal ini
akan menyebabkan sel-sel miopitel (sel keranjang atau sel laba-laba) di
sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam
pembuluh lactifer dan dengan demikian lebih banyak air susu yang
mengalir ke dalam ampulla. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa
sakit,misalnya jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk
menempatkan ibu falam posisi yang nyaman, santai
dan bebas dari rasa sakit terutama pada jam-jam menyusukan anak.Sekresi
oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uteus berkontraksi dan
membantu involusi uterus selama puerperium (masa nifas).
- Pemeliharaan laktasi
Penyediaan
berlangsung terus sesuai kebutuhan. Apabila bayi tidak disusukan,maka
tidak akan dimulai penyediaan air susu. Apabila seorang ibu bayi kembar
menyusukan kedua bayinya bersama, maka
penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua bayi tersebut. Maka
sering bayi disusukan, penyediaan air susu ibu juga makin baik.
Dua faktor penting untuk pemeliharaan laktasi tersebut adalah :
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusui, terutama
pada hari-hari neonatal awal. Penting bahwa bayi difiksasi pada
payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan
rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi
sebaiknya berada pada kulit areola,sehingga tekanan diberikan kepada
ampula yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan
demikian bayi minum dari payudara,dan bukan dari papilla mammae. Apabila
ibu mengeluh rasa sakit, maka bayi tidak terfiksasi secara baik.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin
dikeluarkan dari glandula pituitasi anterior dan demikian memacu
pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan
tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal,maka ibu dapat memeras air
susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara.
Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih
besar dibandingkan denagn kedua cara tersebut.
Fiksasi
Fiksasi bayi (yaitu
aposisi yang benar antara lidah dengan gusi bayi terhadap papilla dan
areola mammae ibu) merupakan seni yang perlu dipelajari oleh peserta
didik sebelum mereka mencoba melatih ibu-ibu muda. Ibu, bayi
dan bidan yang mengajari perlu menemukan posisi yang nyaman untuk
mencapai maksud ini, dan mungkin perlu mencoba posisi yang berbeda-beda.
2. Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan bayi benar-benar puas (kenyang), maka
bayi perlu diberikan baik air susu pertama (fore-milk) maupun air susu
kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai
dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Penting
bahwa bayi minum air susu apabila ia menginginkannya dan selama ia
ingin minum, maka penyediaannya jangan sampai tidak cukup atau
berlebihan. Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan maka
laktasi akan tertekan (mengalami hambatan) karena terjadi pembengkakan
alveoli dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi. Air susu ibu tidak
dapat dipaksa masuk kedalam ductus lactifer. Tidak terlalu ditekankan
disini bahwa memberikan air susu ibu saat dibutuhkan dan melakukan
stripping payudara setiap menyusukan anak
juga penting untuk memelihara laktasi. Rutinitas dan pola minum air
susu ibu akan terbentuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi
telah berfungsi penuh.
D. Komposisi ASI dan Stadium Laktasi
1. kolostrum (susu jolong) pelindung yang kolosal
a. kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berpotensi tinggi.
b.
komposisi kolostrum rata-rata mengandung protein 8,5%, lemak 2,5%,
karbohidrat 3,5%, corpusculum colostrums, garam mineral 0,4%, air 85,1%,
leukosit sisa-sisa epitel yang mati vitamin A,B,C,D,E dan K dalam
jumlah yang sedikit, nilai kalori sama dengan 80kJ/30ml.
c. fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi, yang berperan dalam proteksi untuk menata yang terdiri dari :
1. Imunoglobulin melapisi dinding usus yang berfungsi untuk mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi.
2.
Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap zat besi. Kadar laktoferin yang tertinggi pada kolostrum dan
air susu ibu adalah pada 7 hari pertama pascapartum (setelah
melahirkan). Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu
ibu akan mencegah perkembangan pathogen (setelah meahirkan). Kandungan
zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah
perkembangan pathogen. Laktoferin terdapat di dalam air susu sapi,
tetapi laktoferin ini akan rusak pada proses pasteurisasi. Laktoferin
tidak terdapat dalam makanan buatan (formula). Efek imunologis
laktoferin akan hilang apabila makanan bayi ditambah zat besi.
3. Lisosom berfungsi sebagai anti bakteri dan juga menghambat pertumbuhan berbagai virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan air susu jauh lebih besar kadarnya disbanding air susu sapi.
4.
Factor anti trifsin berfungsi menghambat kerja trifsin sehingga akan
menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin.
5.
Laktobasilus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai asam yang
mencegah pertumbuhan kuman pathogen. Untuk pertumbuhannya, laktobasilus
membutuhkan gula yang mengandung nitrogen yaitu factor bifidus. Factor
bifidus ini terdapat didalam kolostrum dan air susu ibu.
6. Factor bifidus tidak terdapat didalam susu sapi.
Pada
hari pertama dan kedua setelh melahirkan, tidak jarang kita mendengar
seorang ibu baru mengatakan, “ASI saya belum keluar”. Sebenarnya, meski
asi yang keluar pada hari tersebut sedikit menurut ukuran kita, tetapi
volume kolostrum dalam payudara. Mendekati kapasitas lambung bayi 1-2
hari.
“Cairan
emas” yang encer sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini
lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung sel hidup yang
nenyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit.
Merupakan
pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan
bayi bagi makanan yang akan dating.
Lebih
banyak mengandung protein dibandingkan dengan asi yang matang.
Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak disbanding dengan
ASI yang matang. Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibanding dengan susu matang.
Volume kolostrum antara 150-300 mil/24 jam.
Kolostrum harus diberikan pada bayi.
2). ASI transisi / peralihan
ASI peralihan adalah ASi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.
Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi.
Volume akan makin meningkat.
3). ASI matang (mature)
Merupakan ASi yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan.
Pada
ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan
satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
4). Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI
yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk
mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian
(hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali
dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.
5). Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
Lemak
ASi adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak
bevariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang
tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis, dapat
menyesuaikan diri dengan jumlah kalori yng dibutuhkan untuk pertumbuhan
bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama kadar lemak ASI pada
waktu yang berbeda tidak sama.
Pada
masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan diperlukan kalori yang
lebih banyak. Oleh karena itu, bayi akan lebih sering menyusu sepanjang
hari selama beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek
seperti itu maka kadar lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan energi
yang meningkat pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan
bayi dimaksud.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Fisiologi laktasi dipengaruhi oleh hormone dimulai dari proses produksi ASI yang dipengaruhi oleh hormone Prolaktin. Pada
proses pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormone Oksitosin. Dalam
pemeliharaannya ini dipengaruhi oleh rangsangan maupun pengosongan ASI.
Proses laktasi sangat penting karena komposisi ASI mempunyai nutrisi dan
antibody yang baik bagi bayi seperti kolostrum. Bagi
ibu rangsangan yang ditimbulkan dari isapan bayi dapat membantu proses
involusi uterus serta salah satu alat kontrasepsi alami.
B. SARAN
Sebaiknya untuk ibu yang baru saja melahirkan memberikan ASI exlusive kepada bayi nya.
0 komentar:
Posting Komentar