BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Refleks
adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua jenis
refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in
yang tidak perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing
yang masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika
belajar dan berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu
sewaktu melihat suatu di kertas partitur.
Jalur
– jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks dikenal
sebagai lengkung refleks. Refleks sangat penting untuk
pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh.
Dari refleks atau respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu
mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu, pelaksanaan
praktikum ini sangat penting agar diketahui bagaimana cara memeriksa reflex fisiologis yang ada pada manusia.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan reflek ?
2.
Apa saja reflek fisiologis ?
3.
Apa saja reflek patologis ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
a.
Agar mahasiswa mengetahui apa pengertian gerak reflek;
b.
Agar mahasiswa mengetahui apa saja jenis reflek fisiologis;
c.
Agar mahasiswa mengetahui apa saja reflek patologis;
1.3.2
Tujuan Khusus
a.
Agar mahasiswa mampu membedakan reflek fisiologis dan
reflek patologis;
b.
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki masalah
persyarafan
c.
Agar mahasiswa keperawatan mamu
meningkatkan pelayanan terhadap pasien di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Gerak Reflek
Gerak
pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah
oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf
motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks
berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan
terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh
gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada
gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai
dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat
saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak
langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu
otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks
dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di
dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan
refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum
tulang belakang misalnya refleks pada lutut. Unit dasar setiap kegiatan reflex
terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra,
serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat
atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada mamalia,
hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya terdapat di
otak atau medulla spinalis.
Serat
neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla
spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan selnya akan terdapat di
ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau melalui nervus cranial yang
sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks
ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell-Magendie. Kegiatan pada
lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai potensial reseptor yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan
membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen.
Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya
potensial generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons yang
besarnya sebanding dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi pascasinaps
(Excitatory Postsynaptic Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps
(Inhibitory Postsynaptic Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps).
Respon yang timbul di serat eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau
tuntas. Bila potensial aksi ini sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya
sebanding dengan kuat rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, akan terjadi
sumasi respons sehingga dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan
tetapi, di efektor yang berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu
cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi
otot. Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya
terdapat di system saraf pusat, dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat
dimodifikasi oleh berbagai masukan dari neuron lain yang juga bersinaps pada
neuron eferen tersebut. Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung
reflex yang mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung
reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut
reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron
antara neuron afern dan eferen dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya
antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada
lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh
adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah ambang
(subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain.
Bila
suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul
kontraksi. Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan
pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya
adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan
kumparan otot yang dihantarkan ke SSP melalui sera-serat sensorik cepat yang
langsung bersinaps dengan neuron motorik otot yang teregang itu.
Neurotransmitter di sinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate.
Reflex-refleks regang merupakan contoh reflex monosimpatik yang paling dikenal
dan paling banyak diteliti.
Jika
suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di
dalam gelendong-gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan
potensial aksi di serat saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di
serat-serat gelendong yang teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung
bersinaps dengan neuron motorik alfa yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal
otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch
reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk menahan
setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat
dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya.
Reflex
regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut
mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas.
Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi
system saraf. Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah
komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik,
keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri-berfungsi normal.
Reflex ini juga mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan eksitorik
dan inhibitorik ke neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.
Tujuan
utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot
ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak.
Setiap kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot
kuadriseps teregang. Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat
reflex regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan tungkai tetap terkstensi,
sehingga orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak.
Stretch
dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi menjadi
dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis. Dinamis
adalah menimbulkan refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis ditularkan
dari indra utama akhiran dari spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan
cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau teregang,
sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat menyebabkan
refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari sinyal
yang berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada otot
panjang. Refleks regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot
telah menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih
lemah statis refleks regangan terus untuk waktu yang lama setelahnya. Refleks
ini diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer
dan endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa hal
itu menyebabkan tingkat kontraksi otot tetap cukup konstan, kecuali jika sistem
saraf seseorang secara spesifik kehendak sebaliknya. Yang sangat penting fungsi
dari refleks regangan adalah kemampuannya untuk mencegah osilasi atau sentakan
pada pergerakan mesin tubuh. Ini adalah fungsi meredam dam memperlancar seperti
yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal dari sumsum tulang belakang
sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth, meningkatkan intensitas untuk
beberapa milidetik, kemudian menurun intensitas, kemudian mengubah tingkat
intensitas lain, dan begitu seterusnya. Refleks cahaya pada pupil adalah
refleks yang mengontrol diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas
(pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina mata. Intensitas cahaya yang lebih
besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil (kurangnya cahaya yang masuk),
sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah menyebabkan pupil menjadi lebih
besar ( banyak cahaya yang masuk). Jadi, refleks cahaya pupil mengatur
intensitas cahaya yang memasuki mata. Refleks
kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak mata
berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda
asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan
perifer. Harus membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons
konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi pesat sebesar
0,1 detik.
Tujuan
evolusioner refleks ini adalah untuk melindungi mata dari benda asing dan lampu
terang (yang terakhir ini dikenal sebagai refleks optic. Pemeriksaan
refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya
ketika mengevaluasi koma. Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari saraf
kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang.
Stimulasi dari satu kornea biasanya memiliki respons konsensual, dengan menutup
kedua kelopak mata normal.
Refleks
biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan untuk
mengurangi refleks C6 derajat busur. Tes ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah tendon palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat
melewati kubiti fosa. Secara spesifik, tes mengaktifkan reseptor di dalam
peregangan otot bisep brachii yang berkomunikasi terutama dengan C5 dan
sebagian saraf tulang belakang dengan saraf tulang belakang C6 untuk merangsang
kontraksi refleks dari otot biseps dan menyentakkan lengan bawah.
A. Alat Yang Dibutuhkan
• Palu perkusi
• Lampu Senter
• Kapas
• Jarum
B. Cara Kerja
a. Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak
lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah
umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
b.
Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung
menjadi bentuk silinder halus. Orang coba menggerakkan bola mata ke lateral
yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah
dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas. Respon berupa kedipan
mata secara cepat.
c.
Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil
salah satu mata orang coba. Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan
kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.
d.
Refleks Periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah
difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah
periosteum pada ujung distal os radii. Respons berupa fleksi lengan bawah pada
siku dan supinasi tangan.
e.
Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah
difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi. Ketuklah
pada periost prosessus stiloideus. Respons berupa pronasi tangan.
f.
Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)
1)
Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua
tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan
fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan Hammer sehingga
terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadrisips.
2)
Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki
didorsofleksikan. Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi
dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.
3)
Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku.
Ketuklah pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada siku
dan tampak kontraksi otot biseps.
4)
Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit
dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan
menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
5)
Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa
ekstensi. Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan
hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin
agar tidak melukai orang coba. Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi
stimulus.
Perlu
diperhatikan:
1.
Relaksasi sempurna: orang harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota
gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada
usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.
2.
Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai
bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
3.
Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan
kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.
Refleks adalah jawaban motoric atas
rangsangan sensorik yang diberikan pada kulit atau respon apapun yang terjadi
secara otomatis tanpa usaha sadar. Dalam pemeriksaan refleks, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
-
Relaksasi sempurna. Orasng coba harus relaks dengan posisi
seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif
mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.
-
Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa.
Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan
baik.
- Pemeriksaan mengetukkan Hammer
dengan gerakan fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan
regangan yang cukup.
Adapun
arti penting refleks yaitu :
- Pemeriksaan refleks : bagian
pemeriksaan fisis secara umum
- Pemeriksaan khususnya : pasien
dengan lesi, UMN, LMN, atau orang yang ototnya sering lemas.
- Pemeriksaan neurologis : pemeriksaan
motorik (motorik kasar dan motorik halus), pemeriksaan sensorik (raba, suhu,
dll), pemeriksaan koordinasi tubuh, dan pemeriksaan nervus (fungsi nervus I –
XII).
2.2
Jenis - jenis
Reflek
Pada
manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis. Refleks
fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis
normal jika tidak terdapat pada manusia.
a.
Refleks fisiologis
Pada
percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan kedua
lengan terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke
arah umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding
perut. Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi
kontraksi otot dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor. Pada refleks kornea atau refleks
mengedip, orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat
salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea
orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk silinder halus.
Respon berupa kedipan mata secara cepat.
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N . Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.
Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N . Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.
·
Refleks cahaya ini juga disebut refleks pupil.
·
Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang
coba difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan
pengetukan periosteum pada ujung distal os radii. Jalannya impuls pada refleks
periost radialis yaitu dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis
kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n.
ulnaris lalu akan menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa
fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
·
Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
Jalannya impuls saraf berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n.
radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis
lalu akan menggerakkan m. brachioradialis.
Bila suatu otot rangka dengan
persarafan yang utuh diregangkan akan timbul kontraksi. Respon ini disebut
refleks regang. Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa
kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya adalah kumparan otot (muscel
spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj reflex) yaitu Knee Pess
Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan
Withdrawl refleks.
·
Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan
palu dan respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi
lutu dan kaki didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles
diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Ketika
dilakukan ketukan pada tendo otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan
pada siku dan supinasi. Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon
yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.
·
Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat
dilihat pada saat spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks
muntah, sedangkan nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan
beberapa nervus dapat diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus
penggerak mata antara nervus IV, abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI (nervus
accesoris) dapat diuji dengan menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan,
artinya normal.
·
Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem
saraf. Respon ini dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara
bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat, sebaliknya orang yang
koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka dia tidak akan menunjuk dengan
tepat.
·
Pemeriksaan Neurologi
1.
Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan
dengan Glasgow Coma Scala (GCS) :
• Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
• Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan
membingungkan.
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
• Refleks motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah
dengan benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan fleksi
2 : Hanya dapat melakukan ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang
didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6),
sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1) Bila salah satu reaksi tidak
bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X –
5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6.
Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.
·
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada
anak berumur kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Ø Sadar : Dapat berorientasi dan
berkomunikasi
Ø Somnolens : dapat digugah dengan
berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi.
Gelisah atau tenang.
Ø Stupor : gerakan spontan, menjawab
secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan
penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua
kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
Ø Semi koma : tidak terdapat respon
verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri
tusukan)
Ø Koma : tidak bereaksi terhadap
stimulus
Kualitas kesadaran :
Ø Compos mentis : bereaksi secara
adekuat
Ø Abstensia drowsy/kesadaran tumpul :
tidak tidur dan tidak begitu waspada. Perhatian terhadap sekeliling berkurang.
Cenderung mengantuk.
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
Ø Delerium : mental dan motorik kacau,
ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.
Ø Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh,
tidak bicara dan pandangan hampa
·
Gangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan
intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori,
interpretasi dan komunikasi.
2.
Fungsi nervus cranialis
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
a.
N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau yang
dirasakaan (kopi, tembakau, alkohol,dll)
b.
N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan
periksa lapang pandang
c.
N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi
pupil, gerakan otot mata): Tes putaran bola mata, menggerkan
konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
d.
N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):
sama seperti N.III
sama seperti N.III
e.
N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah
dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip):
menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata,
sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda
tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan
kornea dengan kapas
f.
N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) :
sama sperti N.III
g.
N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3
anterior lidah):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam
h.
N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan )
:
test Webber dan Rinne
i.
N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):
membedakan rasaa mani dan asam ( gula dan garam)
j.
N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :
menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air,
disuruh mengucap “ah…!”
k.
N.XI: Accesorius (gerakan otot trapezius dan
sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.
l.
N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke
sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan
perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
3. Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran : atropi / hipertropi
Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan
gravitasi bumi.
1 : Hanya ada kontraksi
0 : tidak ada kontraksi sama sekali
b. Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
4. Fungsi sensorik
Test : Nyeri, Suhu,
Raba halus, Gerak,
Getar, Sikap,
Tekan, Refered pain.
5. Refleks
a. Refleks superficial
• Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra
umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
• Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke
bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
• Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks tendon / periosteum
• Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon :
fleksi lengan pada sendi siku
• Refleks
Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
• Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial,
posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena
kontraksi m.brachiradialis
• Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi
lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates
• Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
• Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
• Refleks Klonus lutut
Cara : pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama
stimulus berlangsung
• Refleks Klonus kaki
Cara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai
fleksi di sendi lutut.
Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus
berlangsung
b.
Refleks patologis
·
Hoffmann Tromer
Tangan
pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang
lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika
terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
·
Rasping
Gores palmar
penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk
penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa.
Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal
masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan
terdapat lesi di area premotorik cortex
·
Reflek palmomental
Garukan pada
telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral.
Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral
·
Reflek snouting
Ketukan
hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek
menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu.
Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
·
Mayer reflek
Fleksikan
jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul
adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di
tractus pyramidalis
·
Reflek babinski
Lakukan
goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai.
Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan
jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
Lakukan
goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua
jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski
·
Reflek gordon
Lakukan
goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek
seperti babinski
·
Reflek schaefer
Lakukan
pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti Babinski
·
Reflek caddock
Lakukan
goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit
ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
·
Reflek rossolimo
Pukulkan
hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari
kaki.
·
Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan
telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa
pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan fungsi luhur:
1.
Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan
volunter atas perintah
2.
Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3.
Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4.
Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih
dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari
tengah.
5.
Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh
baik tubuh sendiri maupun orang lain.
6.
Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan
aritmatika sederhana.
Refleks Primitif
Moro
Refleks berjalan
Refleks menghisap/menyusu
Tonic neck reflex
Palmar grasp reflex
Refleks Babinski
Refleks Galant
Refleks Berenang
Refleks Babkin
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.
Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.
2.
Refleks cahaya berupa kontriksi pupil homolateral dan
kontralateral.
3.
Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada
siku dan supinasi tangan.
4.
Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.
5.
Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai
kontraksi otot kuadriseps.
6.
Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari
kaki dan kontraksi otot gastroknemius.
7.
Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kntraksi
otot biseps.
8.
Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot
triseps.
3.2
Saran
1.
Sebaiknya perlengakapan lab diperbanyak sehingga praktikan
dapat melakukan praktikum ini sendiri dengan bimbingan asisten.
2.
Melibatkan langsung mahasiswa dalam proses praktikum agar
mahasiswa dapat lebih paham.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem.EGC
·
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
·
Guyton &
Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders
·
http://en.wikipedia.org/wiki/Reflexa
0 komentar:
Posting Komentar