Kamis, 03 Mei 2012

MAKALAH FISIOLOGI LAKTASI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN         ………………………………..             1
A.    LATAR BELAKANG
B.    RUMUSAN MASALAH          ……………………….             1
C.   TUJUAN                                 ………………………              1
D.   KEGUNAAN MAKALAH        ………………………              1
BAB II PEMBAHASAN          ……………………………….              2
A.    PRODUKSI ASI (PROLAKTIN)         ……………..               5
B.    PENGELUARAN ASI (OKSITOSIN)
C.   PEMELIHARAAN LAKTASI  ……………………..                6
D.   KOMPOSISI ASI DAN STADIUM LAKTASI …….                7
BAB III PENUTUP      ………………………………………                10
A.    KESIMPULAN                        ………………………………               10
B.    SARAN           ……………………………………….               10
DAFTAR PUSTAKA

















KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusunan MAKALAH FISIOLOGI LAKTASI dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan dating.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.







 
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada kehamilan seorang ibu bukan hanya menyiapkan persalinan teta[I juga harus menyiapkan untuk proses laktasi. Pemberian ASI kepada bayi baru lahir merupakan suatu hal penting karena mempunyai manfaat besar bagi ibu dan bayi. Proses laktasi merupakan hal yang fisiologis yang dialami oleh setiap ibu. Dalam prosesnya laktasi mempunyai beberapa tahap dan perlu di pahami.

B.    Rumusan Masalah
Bagaimana proses fisiologi laktasi?

C.   Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami proses fisiologi laktasi

D.   Kegunaan Makalah
Makalah ini memberikan informasi tentang bagaimana proses fisiologi laktasi.





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Produksi air susu ibu (prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormone yang berperan adalah hormone esterogen dan progesterone yang membantu maturasi alveoli. Sednagkan hormone prlaktin berfungsi untuk produksi ASI. Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormone yang disekresi oleh glandula pituitary anterior, penting untuk produksi ASI, tetapi walaupun kadar hormone ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, kerja hormone ini di hambat oleh hormone plasenta. Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan di aktifkannya prolaktin. Terjadi peningkatan suplai darah  yang beredar lewat payudara dan dapat di ekstrasi bahan penting untuk pembentukan ASI. Globulin lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan ASI 2-3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan penghentian pertama pemberian susu dilakukan pada malam hari, yang biasanya memang demikian, maka metode-metode kontrasepsi yang lebih reliable harus dipakai apabila ingin menghindari kehamilan. Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan meurun pada saat hati ke 2 atau ke 3 pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Terdapat 2 reflek yang berperan yaitu reflex prolaktin dan reflex alran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan isapan bayi.
1.    reflex prolaktin
2.    reflex aliran (let down reflek).


Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormone prolaktin memegang perana untuk membuat kolostrum, tetapi jimlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi. Pasca persalinan yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang putting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanis. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran fakor penghamat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemacu sekresi prolaktin. Gaktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anteiior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyususi akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak aka nada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui kadar prolaktiin akan menjadi normalpada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan putting susu.

Refleks aliran (let down reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anteriror rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikelarkan oksitosin. Melaui aliran darah hormone ini menuju uterus sehingga menimbulan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoi dan masu ke system duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi. Fakyor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Factor-faktor yang menghambatreflek let down adalah: stress seperti: keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
1.    refleks menangkap (rooting refleks)
2.    refleks mennghisap
3.    refleks menelan.

Refleks menangkap (rooting refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh kea rah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap putting susu.

Refleks menghisap
Reflek ini akan timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh putting. Agar putting mencapai palatum, maka sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI kelar.

Refleks menelan ( swallowing refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pada akhir kehamilan terjadi sekresi cairan jernih kekningan yang disebut kolostrum yang mengandung immunoglobulin. Produksi kolostrum terus meningkat pasca persalinan dan digantikan dengan produksi ASI. Kadar estrogen menurun dengan cepat 48 jam pasca persalinansehingga memungkinkan berlangsungnya aktivitas HPR terhadap sel alveolus untuk inisiasi dan mempertahankan proses laktasi. Proses laktasi semakin meningkat dengan isapan pada payudara secara dini dan sering oleh karena secra reflektoar, isapn tersebut akan semakin meningkatkan kadar hpr. Emosi negative menyebabkan penurunan sekresi prolaktin melalui proses pelepasan prolaktin inhibiting factor dari hipotalamus. Pada hari ke 2 dan ke 3 pasca persalinan hpr merangsang alveolus untuk menghasilkan ASI. Pada awalnya ASI menyebabkan distensi alveolus dan ductus kecil sehingga payudara menjadi tegang.

B.    Pengeluaran air susu (oksitosin)
Dua factor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae. Keluarnya ASI terjadi akibat kontraksi sel mioepiteliel dari alveolus dan ductuli yang berlangsung akibat adanya reflek ejeksi ASI ( let down refleks). Reflek ejeksi ASI diawali hisapan oleh bayi---hipotalamus---hipofisis mengeluarkan oksitosin ke dalam sirkulasi darah ibu. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi sel mioepitelial dan ASI disalurkan ke dalam alveoli dan ductuli---ductus yang besar---penampungan subareolar. Oksitosin mencegah keluarnya dopamine dari hipotalamus sehingga produksi ASI dapat berlanjut. Emosi negative dan factor gisik dapat mengurangi reflek ejeksi ASI, tugas perawatan pasca persalinan antara lain meliputi usaha untuk meningkatkan keyakinan seorang ibu bahwa dia mampu untuk memberikan ASI kepada bayinya.

ASI dapat berlanjut. Emosi negatif dan faktor fisik dapat mengurangi reflek ejeksi ASI, tugas perawatan pasca persalinan antara lain meliputi usaha untuk meningkatkan keyakinan seorang ibu bahwa dia mampu untuk memberikan ASI kepada bayinya.
1.     Tekanan dari belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi akan memacu sekresi air susu lebih banyak.

2.      Refleks neurohormonal
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitaria posterior.akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitari posterior : hal ini akan menyebabkan sel-sel miopitel (sel keranjang atau sel laba-laba) di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh lactifer dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke dalam ampulla. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit,misalnya jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk menempatkan ibu falam posisi yang nyaman, santai dan bebas dari rasa sakit terutama pada jam-jam menyusukan anak.Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uteus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium (masa nifas).
  1. Pemeliharaan laktasi
Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan. Apabila bayi tidak disusukan,maka tidak akan dimulai penyediaan air susu. Apabila seorang ibu bayi kembar menyusukan kedua bayinya bersama, maka penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua bayi tersebut. Maka sering bayi disusukan, penyediaan air susu ibu juga makin baik.

Dua faktor penting untuk pemeliharaan laktasi tersebut adalah :
1.      Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusui, terutama pada hari-hari neonatal awal. Penting bahwa bayi difiksasi pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola,sehingga tekanan diberikan kepada ampula yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpannya air susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara,dan bukan dari papilla mammae. Apabila ibu mengeluh rasa sakit, maka bayi tidak terfiksasi secara baik.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula pituitasi anterior dan demikian memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal,maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan denagn kedua cara tersebut.

Fiksasi
Fiksasi bayi (yaitu aposisi yang benar antara lidah dengan gusi bayi terhadap papilla dan areola mammae ibu) merupakan seni yang perlu dipelajari oleh peserta didik sebelum mereka mencoba melatih ibu-ibu muda. Ibu, bayi dan bidan yang mengajari perlu menemukan posisi yang nyaman untuk mencapai maksud ini, dan mungkin perlu mencoba posisi yang berbeda-beda.

2.      Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama (fore-milk) maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara.
Penting bahwa bayi minum air susu apabila ia menginginkannya dan selama ia ingin minum, maka penyediaannya jangan sampai tidak cukup atau berlebihan. Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan maka laktasi akan tertekan (mengalami hambatan) karena terjadi pembengkakan alveoli dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi. Air susu ibu tidak dapat dipaksa masuk kedalam ductus lactifer. Tidak terlalu ditekankan disini bahwa memberikan air susu ibu saat dibutuhkan dan melakukan stripping payudara setiap menyusukan anak juga penting untuk memelihara laktasi. Rutinitas dan pola minum air susu ibu akan terbentuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi telah berfungsi penuh. 

D. Komposisi ASI dan Stadium Laktasi
1.  kolostrum (susu jolong) pelindung yang kolosal
a. kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan berpotensi tinggi.
b. komposisi kolostrum rata-rata mengandung protein 8,5%, lemak 2,5%, karbohidrat 3,5%, corpusculum colostrums, garam mineral 0,4%, air 85,1%, leukosit sisa-sisa epitel yang mati vitamin A,B,C,D,E dan K dalam jumlah yang sedikit, nilai kalori sama dengan 80kJ/30ml.
c. fungsi kolostrum memberikan gizi dan proteksi, yang berperan dalam proteksi untuk menata yang terdiri dari :
1. Imunoglobulin melapisi dinding usus yang berfungsi untuk mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi.
2. Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat besi. Kadar laktoferin yang tertinggi pada kolostrum dan air susu ibu adalah pada 7 hari pertama pascapartum (setelah melahirkan). Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah perkembangan pathogen (setelah meahirkan). Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan mencegah perkembangan pathogen. Laktoferin terdapat di dalam air susu sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada proses pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan (formula). Efek imunologis laktoferin akan hilang apabila makanan bayi ditambah zat besi.
3. Lisosom berfungsi sebagai anti bakteri dan juga menghambat pertumbuhan berbagai virus. Kadar lisosom pada kolostrum  dan air susu jauh lebih besar kadarnya disbanding air susu sapi.
4. Factor anti trifsin berfungsi menghambat kerja trifsin sehingga akan menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin.
5. Laktobasilus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai asam yang mencegah pertumbuhan kuman pathogen. Untuk pertumbuhannya, laktobasilus membutuhkan gula yang mengandung nitrogen yaitu factor bifidus. Factor bifidus ini terdapat didalam kolostrum dan air susu ibu.
6. Factor bifidus tidak terdapat didalam susu sapi.
  Pada hari pertama dan kedua setelh melahirkan, tidak jarang kita mendengar seorang ibu baru mengatakan, “ASI saya belum keluar”. Sebenarnya, meski asi yang keluar pada hari tersebut sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum dalam payudara. Mendekati kapasitas lambung bayi 1-2 hari.
  “Cairan emas” yang encer sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung sel hidup yang nenyerupai “sel darah putih” yang dapat membunuh kuman penyakit.
  Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan dating.
  Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan asi yang matang. Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak disbanding dengan ASI yang matang. Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibanding  dengan susu matang.
  Volume kolostrum antara 150-300 mil/24 jam.
  Kolostrum harus diberikan pada bayi.
2). ASI transisi / peralihan
 ASI peralihan adalah ASi yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.
Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi.
Volume akan makin meningkat.
3).  ASI matang (mature)
Merupakan ASi yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan.
Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
4).  Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.
5). Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
Lemak ASi adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bevariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis, dapat menyesuaikan diri dengan jumlah kalori yng dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama kadar lemak ASI pada waktu yang berbeda tidak sama.
Pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan diperlukan kalori yang lebih banyak. Oleh karena itu, bayi akan lebih sering menyusu sepanjang hari selama beberapa minggu. Dengan jarak menyusu yang lebih pendek seperti itu maka kadar lemak akan meningkat memenuhi kebutuhan energi yang meningkat pada masa pertumbuhan cepat atau loncatan pertumbuhan bayi dimaksud.

BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Fisiologi laktasi dipengaruhi oleh hormone dimulai dari proses produksi ASI yang dipengaruhi oleh hormone Prolaktin. Pada proses pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormone Oksitosin. Dalam pemeliharaannya ini dipengaruhi oleh rangsangan maupun pengosongan ASI. Proses laktasi sangat penting karena komposisi ASI mempunyai nutrisi dan antibody yang baik bagi bayi seperti kolostrum. Bagi ibu rangsangan yang ditimbulkan dari isapan bayi dapat membantu proses involusi uterus serta salah satu alat kontrasepsi alami.

B.    SARAN
Sebaiknya untuk ibu yang baru saja melahirkan memberikan ASI exlusive kepada bayi nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar