BAB I PENDAHULUAN
A, Latar Belakang
Pendidikan di
Indonesia sedang melakukan pembenahan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Sesuai dengan UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 2, dikatakan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan seorang
pemimpin atau kepala sekolah yang berkualitas.
Dalam satu
situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur seperti orang-orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, orang-orang
yang mendapat pengaruh dilain pihak, adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak
dicapai dan adanya serangkaian tindakan untuk mempengaruhi dan untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
Kepemimpinan
mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan
anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga
dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan
sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya
tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan
memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan
dapat tercapai secara maksimal.
Kehadiran kepala
sekolah sebagai seorang pemimpin pada satuyan pendidikan sangat menentukan
keberhasilan instansi pendidikan tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan pada
tingkat mikro yang pada akhirnya akan bersama-sama mewujudkan pendidikan pada
tingkat mezo dan makro. Beberapa implikasi kualitas kepemimpinan kepala sekolah
pada dunia pendidikan adalah:
a. Kepemimpinan berarti melibatkan
orang atau pihak lain yaitu para guru dan staf administasi sekolah agar mereka memiliki kemauan dan kesadaran untuk menerima arahan dari pemimpin.
b. Seorang
pemimpin yang efektif adalah seseorang dengan kekuasaannya mampu menggugah
pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Kekuasaan itu dapat
bersumber dari: Hadiah, hukuman, otoritas dan karisma.
c. Pemimpin harus memiliki kejujuran
terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan,
keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan pada diri sendiri dan
orang lain dalam membangun organisasi.
Tanpa adanya kehadiran pemimipin yang berkualitas, akan sulit rasanya
pendidikan mencapai tujuan yang diharapkan. Kehadiran guru yang berkualitas
tanpa adanya pemimpin atau kepala sekolah akan menjadikan pendidikan berjalan
terpecah karena guru dan staf berjalan tanpa adanya kesinergian yang baik.
Berdasarkan hal di atas, kami tertarik mengangkat permasalahan kepemimpinan
pada makalah ini. Kami berharap, dengan makalah ini akan dapat membuka pikiran
kita untuk menjadi pemimpin yang baik demi mencapai tujuan pendidikan pada
skala mikro, mezo, dan makro.
B.
Permasalahan
Berpijak
pada hal-hal di atas, maka kami mengajukan permasalahan yang perlu dikupas
untuk menciptakan kepemimpinan yang berkualitas. Permasalah tersebut adalah:
1.
Bagaimana
keterampilan kepemimpinan yang seharusnya dimiliki oleh kepala sekolah?
2.
Bagaimana
implementasi ketrampilan mempengaruhi, menggerakan, mengembangkan, dan
memberdayakan yang telah dilakukan?
3.
Bagaimana
rencana tindakan yang yang akan dilaksanakan?
BAB II PEMBAHASAN
A.
Keterampilan kepemimpinan yang
seharusnya dimiliki oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki tugas dan kewajiban mengarahkan bawahan kepada suatu komitmen
dalam pelaksanaan tugas. Dengan demikian bahwa kepala sekolah harus senantiasa
mempengaruhi bawahan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini
bisa kita kaji gagasan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso Sung Tuladha, artinya
seorang pemimpin hendaknya menjadi panutan (contoh) bagi bawahan; Ing Madya
mangun karsa, yang artinya
pemimpin ikut kegiatan menggugah semangat anak buahnya; dan Tut Wuri Handayani, yang berarti pemimpin
berupaya memberikan dorongan dari belakang.
Bagi orang Islam kepemimpinan Rassulullah wajar
dijadikan landasan filosofis, dimana kepemimpinan beliau sangat mengedepankan
contoh contoh perbuatan yang baik. Dikatakan
dalam alquran bahwa dalam diri Rasulullah telah terdapat contoh yang baik
(Uswatun Khasanah). Dengan demikian bagi seorang pemimpin yang dapat
memberikan contoh nanti tidak akan sulit
mengarahkan bawahan kearah yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya keberhasilan kepemimpinan kepala
sekolah sangat dipengaruhi oleh hal hal sebagai berikut :
a.
Kepribadian yang kuat. Kepala sekolah harus
mengembangkan pribadi percaya diri, berani, bersemangat, murah hati dan
memiliki kepekaan sosial.
b.
Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Pemahaman yang
baik merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat menjelaskan kepada guru,
siswa dan pihak lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya.
c.
Pengetahuan yang luas. Kepala sekolah harus memiliki
pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain yang terkait.
d.
Keterampilan profisional yang terkait dengan tugasnya
sebagai kepala sekolah, yaitu :
Ø Keterampilan
teknis, misalnya penyusun jadwal pelajaran mengsupervisi pengajaran, memimpin
rapat dan dan seterusnya.
Ø Keterampilan
hubungan kemanusiaan, misalnya bekerjasama dengan orang lain, memotivasi, mendorong
guru dan seterusnya.
Ø Keterampilan
konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah memperkirakan
masalah yang akan muncul dan mencari pemecahannya.
Dalam
prosesnya, kepemimpinan tidak selalu berjalan mulus. Keberadaan
struktur, sistem, dan budaya merupakan hambatan perubahan daripada berfungsi
sebagai fasilitator. Tingkat kepentingan yang tinggi sangat membantu dalam
menyelesaikan semua tahap proses transformasi. Jika tingkat perubahan eksternal
terus naik, maka tingkat kepentingan menjadi dominan, organisasi harus
(memposisikan diri) dalam arus pengembangan era global. Model abad kedua puluh
bukanlah merupakan periode yang panjang, tenang atau puas, karena periode ini
begitu singkat, sementara aktivitas kerja sangat padat.
Tingkat kepentingan yang lebih tinggi memicu
dinamisasi kependidikan yang lebih kreatif dan inovatif. Peningkatan urgensi
kepemimpinan pendidikan membutuhkan sistem informasi kinerja yang jauh lebih
unggul daripada apa yang biasanya. Sistem penyediaam informasi kinerja
selayaknya dapat menginformasikan yang valid dan originalitas, terutama tentang
kinerja. Informasi tentang kepuasan peserta didik harus dikumpulkan lebih
akurat.
Dengan demikian, para manajer pendidikan seharusnya
meningkatkan intensitas melihat dan mendengar keluhan para pelanggan (pelanggan
pendidikan) khususnya mereka yang tidak puas terhadap layanan pendidikan. Untuk
menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara produktif, budaya sekolah
dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran, menggabungkan norma dan
kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja yang kurang efektif harus
dihilangkan. Perubahan dimulai dari pemimpin pendidikan, kemudian memberikan
pengaruh terhadap beberapa personel sekolah melalui contoh perilaku yang dapat
membentuk budaya sekolah sehingga menghasilkan beberapa keuntungan oraganisasi
sekolah.
Semua organisasi pendidikan membutuhkan pemimpin yang
baik yang bertanggung jawab. Kerja sama tim diperlukan untuk menghadapi
transformasi secara periodik. Suksesi di bagian pemimpin organisasi
mungkin tidak lagi menjadi media untuk melatih dan memilih satu orang
untuk mengantikan yang lain. Suksesi bisa menjadi proses pengembangan
kepemimpinan pendidikan
Sebagai leader atau pemimpin, kepala sekolah
yang baik harus memiliki kemampuan mempengaruhi, menggerakkan, mengambangkan,
dan memberdayakan (4 M) sumber daya sekolah yang dmiliki baik berupa sumber
daya manusia (SDM) maupun sumber daya materialnya. Keempat keterampilan saling
terkait satu sama lainnya demi suksesnya pencapaian tujuan pendidikan.
Pada pembahasan bagian ini
akan dijelaskan tentang bagian demi bagian dari 4 M Ketermapilan yang harus
dimiliki oleh kepala seorang kepala sekolah.
Keterampilan
Mempengaruhi
Keterampilan mempengaruhi dilihat dari kemampuan
seorang kepala sekolah mengajak bawahannya (warga sekolah) untuk melaksanakan
kebijakan yang telah menjadi ketetapan sekolah. Semakin patuh bawahan
melaksanakan garis kebijakan sekolah dengan penuh kesadaran, mengindikasikan
ketercapaian keterampilan mempengaruhi pada diri kepala sekolah. Untuk itu, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebijakan sekolah agar
kebijakan tersebut menjadi tanggung jawab bersama seluruh warga sekolah
sehingga mereka dengan penuh kesadaran melaksanakan sesuatu yang telah
diputuskan. Hal-hal tersebut antara lain:
1.
Kebijakan
yang diambil bukan semata-mata untuk kepentingan sekelompok orang tetapi
kebijakan yang diambil harus memiliki tujuan yang jelas untuk memajukan
pendidikan secara umum pada tingkat mikro.
2.
Kebijakan
yang diambil menampung semaksimal mungkin aspirasi bawahan sehingga kebijakan
tersebut menjadi tanggung jawab bersama.
3.
Lakukan
analisis dampak negatif dan positif bersama dengan pembantu kepala sekolah
sebelum kebijakan tersebut diluncurkan.
4.
Hindari
mengambil keputusan yang tidak populer yang hanya akan mengakibatkan
kontroversi pada tingkat bawah.
Keterampilan
Menggerakkan
Keterampilan menggerakkan merupakan kemampuan
kepala sekolah agar sumber daya yang ada (terutama manusia) dapat bekerja dan
bersinergi untuk pencapaian tujuan yang diharapkan. Sumber daya manusia
merupakan hal yang unik karena di situ terdapat keberanekaan harapan dan
keinginan. Oleh karena itu, kesalahan dalam menggerakan sumber daya manusia
akan dapat mengakibatkan penyelewengan dari sebagaian atau keseluruhan sumber
daya yang ada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya
menggerakkan sumber daya manusia yang ada di antaranya adalah:
1.
Perlakukan
mereka sebagai manusia yang memiliki kebebasan berpikir, mengeluarkan gagasan
atau pendapat, dan memerlukan penghargaan terhadap prestasi kerja. Dengan
demikian segala yang terkait dengan hal tersebut harus menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan usaha menggerakan sumberdaya tersebut.
2.
Lakukan
kontrol secara kontinu terhadap pelaksanaan kebijakan tanpa menimbulkan kesan
mencari kesalahan.Penghargaan terhadap progres kerja akan menjadi motivasi yang
mujarab dalam penggerakan SDM.
3.
Selalu
motivasi bawahan baik secara formal maupun nonformal. Dengan motivasi agar
muncul perasaan dihargai pada diri bawahan sehingga kinerja terbaiklah yang
akan ditampilkan.
4.
Lakukan
komunikasi yang harmonis terhadap gejala tindakan indisipliner dan atau
penyelewengan terhadap pelaksanaan kebijakan untuk mengetahui alasan
penyelewengan tersebut. Dengan demikian akan segera dilakukan solusi yang tepat
untuk menyelamatkan pelaksanaan program kebijakan.
Keterampilan
Mengembangkan
Pengembangan sekolah sebagai suatu institusi
pendidikan menjadi hal yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah. Oleh
karena itu kepala sekolah harus memiliki sense
of development karena pengembangan sekolah tidak hanya didasarkan pada
teori semata tetapi perlu adanya teknik dan strategi yang jitu. Kepala sekolah
yang memiliki keterampilan mengembangkan akan dapat meningkatkan kualitas wrga
pendidikan yang berada dalam wilayah kerjanya. Pendidik dan kependidikan akan
berkembang kualitas dirinya sehingga dapat meningkatkan kinerja menjadi lebih
baik sesuai dengan harapan. Dari peserta didik juga akan meningkat baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Sejalan dengan itu, meningkat pula sarana dan
prasarana pendukung untuk meningkatkan pembelajaran lebih berkualitas.
Keterampilan mengembangkan belum sepenuhnya
dimiliki oleh kepala sekolah. Pada umumnya, kepala sekolah lebih fokus pada
pengembangan sarana dan prasarana pendidikan. mereka lupa bahwa kualitas
pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh unsur sarana, tetapi juga pendidik
sebagai prosesor, dan peserta didik sebagai input dan sekaligus output yang
akan mengindikasikan keberhasilan pendidikan pada suatu instansi pendidikan.
Terkait dengan hal tersebut, berikut ini
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mengembangkan sekolah sebagai
instutsi pendidikan:
1.
Lakukan
analisis kebutuhan masyarakat atau stakeholder terhadap mutu lulusan.
2.
Buat program
dengan penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat.
3.
Lakukan
pembinaan secara terprogram dalam rangka meningkatkan kompetensi warga sekolah.
4.
Program-program
peningkatan kompetensi menjadi sesuatu yang harus direncanakan dan dilakukan.
Program ini bisa dilakukan baik secara mandiri maupun kontingensi pada kegiatan
peningkatan kompetensi di tingkat lain.
Keterampilan
Memberdayakan
Memberdayakan berarti memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal
dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam kaitannya dengan
kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah dianggap telah berhasil atau
memiliki keterampilan memberdayakan apabila terdapat indikasi sebagai berikut:
1.
Pembagian
tugas pada guru dan staf administrasi telah sesuai dengan kompetensi personil
yang bersangkutan bukan lagi berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) semata.
2.
Pemanfaatan
sumber nonmanusia telah semaksimal mungkin oleh sebagaian besar warga sekolah
dalam mengupayakan tercapaianya pelayanan pendidikan yang optimal.
3.
Semua
personil dalam naungan pembinaan kepala sekolah telah berjalan dengan baik
dalam melaksanakan tugas masing-masing.
4.
Tidak
terdapat ketidaktermanfaatkan potensi baik dari sumber daya manusia maupun
nonmanusia.
Terkait dengan hal tersebut, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memberdayakan sumber daya yang ada secara baik seperti:
1.
Lakukan
analisis yang baik terhadap peta kekuatan seluruh sumber daya yang ada. Hasil
analisis ini tentunya akan menjadi dasar dalam langkah selanjutnya yaitu
pembagian kerja.
2.
Prinsip right man in the right place harus
menjadi dasar dalam pembagian tugas.
3.
Lakukan
evaluasi terhadap kinerja bawahan secara teliti untuk mengetahui
kekurangberdayaan personil yang telah ditunjuk.
4.
Pembinaan
personil dalam rangka menjaga ritme kerja dilakukan secara terencana dan
terarah.
terimakasih artikel anda sangat membantu:)
BalasHapus