BAB II
PEMBAHASAN
- Peran Organisasi Dalam Memenuhi Keinginan Para Anggotanya
Era
ketidakpastian yang merupakan anak kandung peradaban, lahir karena
manusia secara historis berkembang sejalan hakikat dirinya sebagai
makhluk berfikir dan makhluk berpiranti.uatan fiki manusia terus
melakukan pencermatan sejalan dengan kebutuhannya untuk mempertahankan
eksistensi dirinya, maka tercipta kemajuan teknologi.Dampaknya telah
memasuki berbagai aspek kehidupan mulai dari persoalan sederhana
sehingga rumit pencermatannya akan tersentuh kemajuan teknologi
ini.Persoalan organisasi misalnya, merupakan sektor eksis yang langsung
menerima dampak dari kemajuan ini, karna organisasi merupakan wadah
berhimpunnya manusia untuk melindungi eksistensinya. Manusia berhimpun
memiliki tujuan tertentu yakni, terlindungi, berkembang dan memperoleh
manfaat. Hal inilah yang akan kita cermati bersama apakah organisasi
mampu memainkan perannya dalam memenuhi keinginan para anggotanya.
- Bangkitkan Profesionalisme Anggota(Organisasi Profesi yang Cerdas tidak ingin Mendidik Anggotanya Sembunyi dibalik Kekuatan Organisasi)
Alam konstelasi politik yang kadang sulit diprediksi arah kehadirannya, serta merta telah memasuki berbagai sektor kehidupan manusia, mulai dari persoalan-persoalan yang sumir hingga pelik tingkatannya tidak dapat dihindarkan. Organisasi tidak dapat menghindar dari keadaan ini apalagi justru maladaptip. Realitas inilah yang menantang bagi setiap organisasi untuk lebih merasa bertanggung jawab pada semua anggotanya.Kondisi ini membawa perubahan yang sangat besar terutama pada proteksi profesi, seseorang yang menyatakan dirinya sebagai profesional pendidik(guru) misalnya, tidak dapat lagi sembunyi dibalik kekuatan organisasi dalam menjamin eksistensinya. Kendatipun organisasi tidak kehilangan inner power (kekuatan sejatinya) untuk melindungi anggota-anggotanya yang lemah profesi. Organisasi saat ini secara tidak langsung telah berubah pada perikatan yang profesional, artinya tidak hanya mengemban misi dalam upaya-upaya perlindungan individu, karena era ini menuntut lebih banyak persaingan yang sifatnya indivudual(competition on individual base). Organisasi profesi yang secara dini tidak membekali para anggotanya piranti persaingan, dan tidak hanya menanti belas kasihan organisasi, secara dini pula dirinya akan terlindas oleh kemajuan jaman. Suatu kenyataan telah berada di pelupuk mata kita, bahwa hadirnya profesional pendidik asing (guru-guru dari luar negeri), tak satupun organisasi mampu menolaknya. Karena negara telah mengikat dirinya dalam berbagai bentuk perjanjian, misalnya WTO, OPEC, dan AFTA yang kita sepakati dan mengharuskan kita sepakat untuk mendunia.
Menghadapi kenyataan ini maka sebuah organisasi, harus melangkahkan kesadarannya pada misi baru, yakni menjadi katalisator untuk meningkatkan kekuatan profesional para anggotanya. Sebagai langkah awal adalah mencegah sekaligus mengeliminasi idola-idola sesat. Meminjam buah fikir Francis Bacon sebagai peletak dasar-dasar empirisme menganjurkan organisasi untuk membebaskan manusia dari pandangan atau keyakinannya yang menyesatkan, dia menyebutkan terdapat empat idola yaitu:
- "The idols of cave", yaitu sikap mengungkung diri sendiri seperti katak dalam tempurung sehingga enggan membuka diri terhadap pendapat dan fikiran orang lain.
- "The idols of market place", yaitu sikap mendewa-dewakan slogan dan cenderung suka "ngecap" (lip service).
- "The idols of theatre", yaitu sikap membebek, kurang fleksibel, berdisiplin mati dan "ABIS Asal Bapak Ibu Senang".
- "The idols of tribe" yaitu cara berfikir yang sempit sehingga hanya membenarkan fikirannya sendiri(solipsistic) dan hanya membenarkan kelompoknya atau organisasinya sendiri.
Jika
organisasi telah mampu membebaskan para anggotanya dari idola idola
tersebut, maka secara tidaklangsung organisasi telah meraup kembali
inner power yang selama ini hilang sebagai akibat kemajuan jaman yang
penuh ketidakpastian.dukaitkan dengan profesi guru, maka wadah
organisasi seperti PGRI – Persatuan Guru Republik Indonesia, terlantang
untuk memanifestasikan kemampuannya, karena secara macro organisasi PGRI
dihadapkan pada "barier protection" sebagai akibat globalisasi.sadar
dari relita ini PGRI akan tetap melakukan upaya cerdas dalam bentuk
peningkatan kemampuann individual ( peningkatan kompetensi).Sehingga
kesan yang berkembang dan yang memandang PGRI hanya mempertahankan
organisasi sebagai alat pelindung dengan bermodalkan kekuatan massa
(pressure group), tidak selamanya benar.
2.1.2 Kesadaran di Era Ketidakpastian
(sebagai kesadaran baru para guru dalam kompetensi)
Keberhasilan
organisasi dalam membebaskan anggotanya dari sebuah proteksi,maka
organisasi harus berperan untuk menguatkan kesadaran baru, dengan
membekali para anggotanya sebagai profesionalis sejati. Adapun kesadaran
akan profesionalis sejati ini terdiri dari dua domain yaitu :
- Keunggulan dalam penguasaan materi ajaran
- keunggulan dalam penguasaan metodologi pengajaran
Dalam undang-undang Guru dan
Dosen kompetesi meliputi : professional,kompetesi pedagogic,kompetesi
pribadi dan kompetesi social. Dari syarat kompetesi ini merupakan bentuk
tuntutan yang sifatnya dinamik, karena penguasaan materi ajaran,serta
penguasaan metodologi pengajaran selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman. Dalam penguasaan materi ajaran misalnya, untuk suatu
hari saja dunia telah mencatat lebih kurang satu juta judul buku
terbit. Sisi lain yang juga menjadi tantangan adalah rekayasa bidang
teknologi computer, dengan rekayasa tersebut maka tercipta beberapa
perangkat alat lunak(soft ware) pendidikan yang mempunyai kemampuan yang
luar biasa dan sangat reasonable terhadap berbagai keadaan dan fungsi.
Realitas ini merupakan kendala yang harus diantisipasi oleh prganisasi.
Mengkuatkan Tanggung Jawab
Tanggung
jawab profesi juga terkena imbas kemajuan jaman, teristimewa untuk
profesi pendidik, karena disamping tuntutan bidang akademik dengan
perannya sebagai ahli pengetahuan, secara bersamaan guru membawa beban
moral sebagai pendidik moral.
Kemajuan
teknologi ternyata tidak pernah steril dari budaya baru, teknologi
selalu mempercepat dan membawa dampak pengiring,yang kadangkala
bernuansa negative, tanpa disadari langit-langit bumi telah menjadi
atmosfer elektronik, yang denganbebas dan tanpa merasa dosa mengalirkan
informasi kesegala penjuru dunia, dan tidak memandang perbedaan budaya,
etika serta estetika.suatu gambaran yang serba naïf dapat diakses oleh
sebagian besar penduduk Indonesia karena parabola telah mampu
mejembatani penyiaran TV asing, dengan tidak terasa terjadi penetrasi
budaya. Secara bersamaan guru telah guru telah mendapat beban tambahan
untuk memberikan perawatan budaya, agar moral bangsa tetap berada dalam
bingkai budaya. Keadaan ini menjadi serba dilematik, sisi lain guru
harus ahli dalam penguasaan subject mater,namun beberapa waktunya hilang
untuk mengurusi bidang yang terkait dengan moral.
Sebagai
tantangan tanggung jawab profesi, yang terkait dengan persosalan moral
profesi adalah semakin lemhnya kepercayaan terhadap guru, karena
nilai-nilai yang berkembang saat ini dengan cepat memberikanperubahan,
namun berbagai persoalan individu utamanya kesejahteraan seorang guru
masih belum dapat dikatakan menggembirakan. Kenyataan menunjukkan kepada
kita,sering pula guru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya menekuni
pekerjaan-pekerjaan yang pada akhirnya merugikan nilai-nilai
professional.ilustrasi yang sangat ringan dapat kita lihat, bahwa
kemajuan ekonomi juga mengkondisi guru lebih senang bahkan lebih tekun
mengerjakan fungsi-fungsi lain yang lebih menjanjikan dari pada
mempertajam visi profesinya. Melihat realita ini, maka organisasi harus
melakukan tindakan cerdas, dengan berupaya terus menerus melakukan
seasat.
Mempererat Jiwa Korsa (KESEJAWATAN)
Profesionalisme
selalu membutuhkan wahana untuk mempererat persaudaraan sesame-profesi,
yang dapat pula difungsikan sebagai sarana sosialisasi pemikiran
ataupun sebagai alat control profesi. Jiwa korsa dapat dijadikan wahana
untuk membangun perlindungan profesi. Sebuah realita yang sulit
dipungkir jika dalam menjalankan aktovitas profesinya mendapatkan
ganguan,maka sebuah solidaritas akan membantu. Terkait dengan ini,maka
peran perlindungan terhadap anggota organisasi dapat terealisasi.
Terkait dengan jiwa korsa ini, PGRI kembali menyatakan
jatidirinya,disamping profesi organisasi juga merupakan serikat kerja.
Sisi
professional membangun citra profesionalisme guru dengan berbagai
kompetesi,serta pengembangan karier, sisi lainya menjadi organisasi
ketana kerjaan (serikat kerja) memberikan jaminan dari rasa kesewenangan
dan ketidak adilan. Dalam menjamin eksistensinya sebagai organisasi
profesi PGRI membangun jejaring(networking) baik local, nasional, dan
international. Seperti jaringan dengan serikat kerja dan bergabung dalam
KSPI-Konggres Serikat Pekerja Indonesia, menjalin kerja sama dengan
organisasi profesi lain ISPI-ikatan Serikat Pekerja Indonesia. Secara
international brgabung dalam Ei-Education International.
2.1.3 Upaya PGRI Sebagai Organisasi
(Tidak berpikir hanya untuk guru tapi berpikir untuk kemajuan pendidikan anak bangsa)
Upaya
cerdas yang dilakukan PGRI sebagai organisasi profesi dan ketanagaan
telah dilakukan bersama kelahirannya, namun demikian apresiati dan
pengakuan masyarakat masih belum setimpal dengan perjuangan yang
dilakukan.
Berikut
perjuangan strategis yang dilakukan PGRI dalam mengemban amanat UUD
1945 dalam mencerdaskan bangsa, hal ini menunjukkan bahwa PGRI tidak
egois hanya memperjuangkan anggotanya namun, lebih mengarah pada
kemaslahatan pendidikan di Indonesia .
Adapun upaya strategis yang dimaksud adalah seperti berikut :
- Sebagaimana amanat konggres PGRI ke XVIII pada bulan November tahun 1998 di Bandung, bahwa segera diwujudkan adanya perlindungan hokum bagi para guru dengan nama "UNDANG-UNDANG GURU", Upaya ini dilakukan dengan harapan Guru mendapatkan perlindungan atas profesi yang dijalankan, serta memperoleh kesejahteraan dan keselamatan kerja. Juga hilangnya perlakuan yang kurang manusiawi terhadap guru.
- Pada era Presiden BJ>Habibi, Pengurus Besar PGRI telah berhasil mendorong pemerintah untuk tambahan gaji PNS sebesar Rp. 150.000
- Tahun 1999 Pengurus Besar PGRI, melalui YPLP, melalui YPLP-Yayasan Pembina Lembaga Perguruan Pusat menunjuk Universitas PGRI Adi Buana Surabaya menyelenggarakan seminar Nasional bertajuk "Undangan-Undang Perlindungan Guru" dengan harapan out-put seminar difungsikan sebagai naskah akademis, pembicara diantaranya Prof. Dr dr Marsetyo Dono Seputro, WDF Rindo-rindo dan Prof.H> Soelaiman Joesoef.
Peranan PGRI Dalam Memperjuangkan Nasib Guru
Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi profesi terbesar yang
dimiliki oleh guru di Indonesia adalah organisasi yang sangat ideal dan
tepat sebagai wadah untuk meningkatkan profesionalisme guru,mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi para guru serta memperjuangkan nasib guru
dan pendidikan pada umumnya. Agar guru dan ketanaga pendidikan dapat
berperan maksimal dalam menjalankan fungsinya, mereka perlu didukung,
dibantu, didorong dan diorganisasikan dalam suatu wadah yang dinamis,
prospectif dan mampu menjawab tantangan masa depan. Organisasi yang
tepat dan telah mampu melakukan hal itu semua adalah PGRI. Sejarah telah
membuktikan bahwa kwuletan, kekompakan, kejuangan dan perjuangan PGRI
selama ini telah menempatkan PGRI bukan saja menjadi prganisasi guru dan
tenaga kependidikan yang tersebar di Indonesia, tetapi juga merupakan
bagian dari organisasi guru dunia yang tersebar di 158 negara di Dunia
yang anggotanya kinilebih dari 25 juta.
Akan
tetapi hingga kini masih banyak guru di Indonesia yang belum masuk
sebagai anggota PGRI. Terutama dari kalangan guru swasta atau dari guru
Departement Agama. Hal ini terjadi karena perekrutan anggota PGRI
bersifat sukarela dan lepas dari birokrasi pemerintah. Memang tidak ada
peraturan yang mewajibkan bahwa semua guru baik negeri maupun swasta
harus menjadi anggota PGRI. Bahkan banyak diantara mereka yang tidak
tahu banyak tentang PGRI danperanannya bagi mereka. Banyak pula diantara
mereka baik yang sudah masuk menjadi anggota PGRI maupun yang belum
mencibir PGRI itu sendiri. Sebagian beranggapan masuk menjadi anggota
PGRI tidak ada manfaatnya. Malah katanya mereka malah rugi karena
gajinya dipotong tiap bulan untuk iuran organisasi. Ada yang mengatakan
PGRI adalah organisasi yang bisanya hanya potong gaji saja, tidak
membawa tidak membawa manfaat apa-apa bagi mereka. Padahal sadar atau
tidak sadar sebenernya selamaini merela telah menikmati berbagai
peningkatan dan perbaikan nasib guru bahkan kemajuan dunia pendidikan
pada umunya yang merupakan hasil dari kegigihan perjuangan PGRI yang
telah dilakukan selama ini. Mereka tidak ikut iuran, tetapi mereka telah
ikut menikmati hasil perjuangan nya, bahkan tidak hanya guru saja yang
memetik hasil perjuangan PGRI, tetapi PNS yang lainnya juga ikut
menikati hasil perjuangan PGRI. Sebagai contoh kenaikan gaji PNS Rp.
155.250,00 pada tahun 1999, mengusulkan tunjangan beras diganti dengan
uang, memaksimalkan penggunaan AKSES diRS Swasta dan masih banyak
lainya, itu adalah hasil perjuangan PGRI.
Apa yang telah dilakukan PGRI……???
Sebetulnya banyaksekali perjuangan
PGRI baik pengurus pusat maupun pengurus daerah dalam memperjuangkan
nasib guru pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Ada
beberapa hasil perjuangan PGRI yang perlu ditunjukan untuk menghindari
fitnah dan dapat mengurangi peran serta sebagai anggota PGRI. Secara
umum pengurus PGRI pusat yang lebih aktif melakukan perjuangan dan
desakan baik dikalangan eksekutif maupun legislative untukmengungkapkan
apa yang menjadi usulannya. Beberapa perjuangan PGRI yang telah
dilakuakan selama ini antara lain sebagai berikut :
- Mengusulkan kenaikan gaji pada tahun 1999 kepada Presiden, dan hasilnya gaji PNS naik Rp.155.250,00
- Tahun 2000 PGRI mengusulkan tunjangan tunjangan bagi guru, hasilnya tunjangan fungsional guru naik 150%.
- Mengusulkan honor guru wiyata bakti, hasilnya guru wiyata bhakti baik disekolah negeri maupun swasta mendapat tunjangan dan pemerintah sebesar Rp. 75.000,00 per bulan.
- Memperjuangkan sekolah untuk sekolah swasta, hasilnya bantuan pendidikan untuk sekolah swasta mengalami peningkatan yang signifikan.
- Mengusulkan agar guru TK mendapatkan perhatian, hasilnya ada Direktur PAUD, pengangkatan guru TK dan peningkatan kesejahteraan guru TK.
- Mengusulkan agar tunjangan beras PNS diganti degan uang agar merugikan PNS. Hasilnya sekarang PNS sekarang telah menerima tunjangan beras dalam bentuk uang yang dibayarkan bersamaan dengan penerimaan gaji.
- Pemaksimalan penggunaan AKSES agar dapat digunakan di RS swasta .
- Untuk kenaiakan golongan IV/a ke atas cukup ditingkat propensi ,kecuali guru dilingkungan department Agama tetap dipusat.
- Tunjangan THR dan tambahan kesejahteraan bagi guru, hasilnya pemerintah kabupaten/kota telah mencairkan tunjangan THR dan dana kesejahteran bagi seluruh PNS di jajarannya.
- Rekruitment PNS khusunya guru,hasilnya dilakukan secara nasional. Mengusulkan agar Guru GTT disekolah negeri diangkat menjadi PNS. Hasilnya guru kontrak secara otomatis diangkat menjadi PNS meskipun secara bertahap bahkan di depag seluruh data guru yang masuk dalam data base secara bertahap akan diangkat menjadi PNS.
Masih banyak lagi perjuangan PGRI
,akantetapi harus diakui bahwa perjuangan PGRI belum maksimal. Hal ini
disebabkan karena dua factor, yaitu :
- Belum kuatnya PGRI sebagai kekuatan penekan
- Kurangnya political will dari pemerintah dan birokrasi pendidikan.
Kegigihan PGRI dalam
memperjuangkan hak-hak guru baik negeri maupun swasta berdasarkan UUD
1945 beserta segenap peraturan pelaksanaan belumlah surut, sekalian
ancaman,ganguan,hambatan dan tantangan terus menerpa PGRI. Cakupan
perjuangan itu antaralain : Realisasi anggaran 20% dari APBN untuk
pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945, jaminan pengembangan karier
dan keprofesionalan guru, tunjangan fungsional,tunjangan
profesi,tunjangan pendidikan,tunjangan khusus,kemaslahan lain,tunjangank
kelebihan jam mengajar bagi guru SD,insentif dan peningkatan
kesejahteraan bagi guru swasta dan tenaga honorer. Status karier dan
kesejahteraan guru GTT. Guru wiyata bhakti,guru honorer juga terus
diperjuangkan melalui berbagai pendekatan dan cara, Evaluasi
sementara,perjuangan PGRI tersebut ada yang berhasil, tetapai masih
banyak juga yang harus tetap diperjuangkan. Ketidakberhasilan itu
menurut analisa sementara penyebabnya adalah karena kader PGRI belum
menmpati posisi kunci dalam mengambil kebijakan dalam system
pemerintahan. PGRI mengamati masih banyak pejabat pemerintah belum
banyak memahami kebutuhan professional rill para guru. Para pejabat
mempersepsikan pekerjaan guru sama saja denga jenis pekerjaan
administrasi perkantoran lainya, sehingga tidak pelu mendapat perhatian
khusus, padahal guru memiliki peranan strategis untuk memajukan dan
mencerdaskan bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar